SINGULARITY

152 23 18
                                    

Singularity 

Dia seolah kehilangan jati dirinya dan membuang dirinya sendiri

Ia bersembunyi di balik topeng dan menjadi orang lain

Aku tak mengenalnya meski mencari tahu

Dia selalu menjadi variabel tidak terduga dalam segala rencana kami

-Ilvero Genio-


ILVERO GENIO

Aku sedang berkutat dengan buku-buku dan berkas yang berhasil kukumpulkan. Aku bingung saat mendengar suara pintu bangunan tempat tinggal kami ini dibanting dengan kasar. Tuan Levi berjalan tergesa-gesa sambil melempar jubahnya sembarangan. Yang kutahu, Tuan Levi dan Aurum pergi bersama-sama usai makan malam. Dua jam kemudian, Tuan Levi pulang sendirian dengan wajah kesal sambil mengumpati bocah kesayangannya itu.

"Aurum bertindak semaunya sendiri. Sekarang, ia sudah berani melanggar perintahku. Padahal siapa yang akan menolongnya jika dirinya dalam bahaya. Bahkan hujan akan segera turun."

Tuan Levi mengoceh dengan kecepatan tinggi bagaikan seorang rapper. Sepertinya ia telah lama memendam banyak kalimat yang selama ini sangat jarang dikeluarkannya.

Aku jadi ragu saat meminta bantuannya mencari kacamataku yang hilang. Tuan Levi akan marah dan mengeluh karena kecerobohanku tak pernah sembuh. Aku ingat kami pernah bertengkar akibat aku mengusik ketenangannya untuk memperbaiki peralatan rumah tangga yang rusak saat kusentuh.

Berhari-hari aku hanya membaca buku, membuat rencana hebat yang diinginkan Tuan Levi, serta menulis sajak sesekali. Aku telah cukup mengumpulkan informasi tentang Vion Viore sampai kehabisan waktu untuk menikmati alam dan merawat bonsai.

Aku melakukan perjalanan, menemui beberapa orang yang diduga mengenal Vion Viore. Selain Ibu Veloz, aku menemui seseorang bernama Alto yang merupakan teman sepermainan Vion. Dari Alto, aku mendapatkan cukup banyak informasi, termasuk nama-nama teman-teman Vion. Aku tidak mungkin menemui mereka satu per satu dan bertanya tentang Vion. Bagaimanapun, aku tidak dapat membuktikan bahwa anak itu adalah seorang Viore. Ia tidak pernah menunjukkan sihir di depan teman-temannya. Nihil, aku hanya mendapat informasi tentang kesehariannya, bagaimana mereka mengenal Vion, dan tidak ada yang tahu asal-usul Vion. Mereka hanya tahu Vion adalah cucu dari Ibu Veloz.

Aku pikir sajak tentang singularity sangat cocok untuk Vion Viore. Anak itu seperti kehilangan dirinya sendiri atau lebih tepatnya membuang dirinya sendiri. Segalanya tentang dia sulit ditemukan, sulit dipecahkan. Ia menjadi orang lain setiap harinya, tergantung dengan siapa ia berhadapan.

Pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit, Aurum kembali dengan mantel yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ia kehujanan lagi dan sepertinya ketakutannya itu telah menjadi penghalang selama ini. Aku mendekat sambil membawakan handuk dan pakaian ganti.

"Dari mana saja kau? Menguntit Lucas lagi?"

Aurum mengangguk dan berkata pelan, "aku bertemu langsung dan menyapa mereka."

"Lalu kau kehujanan lagi?" tanyaku.

"Tenang saja. Orang itu menolongku," lirih Aurum sambil merebut handuk dari tanganku.

"Siapa?"

"Aku tidak menanyakan namanya," jawabnya.

"Keponakan Veloz?" tanyaku menebak.

Behind The Story of King's Diary (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang