Ini adalah cerita "sebelum" dari judul Crimson Eyes yang sebelumnya sudah pernah dipublish.
*****
*****
Aku tak akan melupakan hari itu.
Suara teriakan, tangisan dan kepanikan mengisi malam yang kelam, dan sangat mencekam.
Langit sehitam beludru terlihat kontras dengan kobaran api berwarna merah berpadu jingga melahap habis segala yang ia temui.
Tak ada bantuan yang datang. Tak ada yang peduli dengan ratapan dan isak tangis para wanita dan anak-anak yang dibantai dengan keji.
Rumah-rumah yang terbakar habis tanpa sisa.
Tiada lagi tempat kami untuk pulang.
Semua anggota klan yang selamat tercerai berai tanpa diketahui kabar beritanya. Entah masih hidup ataupun sudah mati.
Mungkin sampai disinilah klan kami menorehkan eksistensinya dalam sejarah kerajaan Konoha.
Dan aku tak akan pernah melupakan puluhan netra berwarna merah yang tertawa keras di atas penderitaan kami.
*****
Gadis bersurai indigo tersentak bangun dengan dahi berpeluh, lagi-lagi ia mengalami mimpi buruk.
Di luar, langit masih gelap.
Cahaya bulan masuk melalui jendela kayu besar yang dilapisi oleh kertas.
Ia menatap sekeliling ruangan yang dihuni oleh banyak orang, berjejer di futon masing-masing dalam sebuah ruangan tatami yang luas.
Mereka adalah para pelayan wanita dari barak tentara, terlelap setelah seharian bekerja keras.
Suara gemerisik dari gudang penyimpanan jerami, beserta desahan dan rintihan adalah hal yang biasa terjadi di tempat ini.
Apalagi beberapa futon kosong memberi konfirmasi bahwa ada pelayan wanita yang sedang dibawa pergi oleh prajurit yang sedang mendapat giliran patroli.
Sejak keluar dari desa, ia hidup tak tentu arah. Sempat hidup sebagai pencuri demi mengganjal perut yang lapar, dan gara-gara sebutir kue manju, ia berakhir di tempat ini.
Tidak bisa dikatakan tempat tinggal yang layak, namun ia harus tahu diri. Bisa tetap bertahan hidup di zaman ini adalah sebuah kemewahan, walaupun kualitas hidupnya seperti neraka.
Mendapat tempat berteduh dan makanan yang cukup manusiawi, walaupun tenaga fisik mereka digerus dari pagi hingga malam.
Bahkan tak jarang para pelayan itu digilir oleh para prajurit untuk memuaskan hasrat sesuka hati.
Hinata mengelus sebuah plakat hitam terbuat dari kayu ebony dengan tulisan merah yang tersampir sebagai aksesoris di pinggangnya.
Berkat plakat tersebut, ia terbebas dari jamahan para pria hidung belang karena hal itu menandakan bahwa ia adalah jatah sang pemimpin barak.
Ibarat buah simalakama.
Pilihan hidup yang sama buruknya dengan digilir oleh para prajurit, karena nyawanya senantiasa di ujung tanduk.
Panglima ini diketahui sangat pemilih dan tak segan membunuh pelayannya bila melakukan kesalahan sekecil apapun.
Karena hal itu pula, pelayan wanita tak ada satupun yang berani menindas Hinata.
Jika Hinata mati, berarti akan ada pelayan wanita lain yang mesti menggantikan perannya.
Dan itu berarti semua pelayan wanita hanya menunggu giliran untuk mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection SH - Alternate Universe
Historia CortaJidai wo Koeru Renketsu to Omoi. Kumpulan kisah pairing Hinata dalam berbagai tema dan zaman - mostly AU. Mind to RnR? Disclaimer : Semua karakter Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei. rank tertinggi : #1 di shortstorycollection # 14 di SasuHina #...