Crimson Eyes - Conclude

731 84 27
                                    


*****

Hinata tentu saja merasa risih karena seumur hidup ia tak pernah dilayani atau diikuti oleh sedemikian banyak pelayan wanita.

Akan tetapi, Hinata masih mau melakukan kompromi ketika dibantu berpakaian dengan jubah yang berlapis-lapis khas bangsawan asalkan ia diperkenankan sendirian di kamar mandi yang ternyata luasnya menyerupai minka miliknya di desa.

Hinata yang telah berganti pakaian dengan standar bangsawan dibawa ke hadapan sang pemilik paviliun.

Tentu saja Sasuke memandanginya tanpa berkedip, karena aura kecantikan dan aristokrat khas Hyuuga milik Hinata langsung terpancar keluar.

Ketika ia memegangi lengan Hinata, ia bisa merasakan lengan tersebut jauh lebih kurus dibandingkan pertemuan mereka beberapa bulan lalu.

"Kenapa kau jauh lebih kurus sekarang? Aku mendengar dari Sanada jika kau sering sakit-sakitan setelah aku meninggalkan desa."

"Ano.. itu... aku tak bisa menjelaskannya pada Sanada-kun karena ia pasti akan terus bertanya padaku, padahal ia belum cukup umur."

Sasuke mengernyitkan sepasang alis hitam miliknya, "memangnya ada penyakit yang hanya diderita oleh keturunan Hyuuga?"

Hinata tersipu malu ketika menjelaskan, "Aku sering mual dan muntah sehingga makanan yang masuk ke tubuhku hanya sedikit." Ada jeda sejenak ketika Hinata melanjutkan, "aku sedang mengandung, Sasuke-sama."

Manik kelam sang pria melebar, refleks sebelah tangannya menyentuh perut Hinata, "kau sedang hamil?"

Ada rasa bahagia yang sulit diucapkan ketika Hinata menganggukkan kepala dengan malu-malu.

Untunglah keputusannya untuk segera menjemput Hinata dari desa kecil tersebut terlaksana dengan cepat, ia tak ingin lagi kehilangan momen untuk menjaga dan merawat calon bayi mereka yang kini berada di dalam rahim Hinata seperti ketika Hinata mengandung Sanada dulu.

Melihat kondisi gubuk tempat tinggal Hinata, hati Sasuke benar-benar merasa sangat bersalah karena membayangkan bagaimana ibu dan anak tersebut melewati musim dingin selama bertahun-tahun.

Sasuke segera menginstruksikan pelayan untuk memanggilkan tabib dan sisanya meninggalkan mereka berdua, menunggu di luar ruangan.

Sepeninggal para pelayan, Sasuke merengkuh kepala cantik itu dan mencium Hinata dengan begitu mendalam untuk meluapkan rasa bahagia dan terima kasih.

Setelah itu, ia mengangkat tubuh mungil sang istri hingga tidak menjejak tanah.

"Aku masih tak percaya akan datang masa dimana kita benar-benar bisa berbagi hidup selayaknya keluarga yang utuh, Hinata."

Sasuke tersenyum lebar dan sepasang netra kelamnya berbinar penuh kebahagiaan dan rasa cinta yang begitu tulus.

"Bukankah Sasuke-sama bisa dengan mudah mendapatkan selir manapun yang diinginkan?"

"Menurutmu? Siapa yang menyebabkan aku hidup selibat selama bertahun-tahun? Jangan berharap kau bisa lari dari penebusan dosamu. Kau bertanggung jawab menghangatkan ranjangku setiap malam. Semua anak-anakku harus lahir dari rahimmu."

Wajah Hinata benar-benar merona sekarang. Ia menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya di perpotongan bahu dan leher sang suami yang masih mengangkat tubuhnya.

Sasuke berbisik di samping telinga Hinata.

"Kupastikan hanya kau yang menjadi istri utamaku, tak akan ada yang lain. Keputusanmu mempertahankan Sanada belasan tahun lalu, memudahkan langkah kita ke depannya."

Short Story Collection SH - Alternate UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang