Counterpart - 4

507 107 0
                                    


*****

Peringatan dari Naruto ada benarnya, dan terngiang dalam benak.

"Aku sempat tinggal bersama keluarga Menma selama beberapa hari. Bahkan sempat terpikir untuk tak pernah kembali lagi ke dunia asal."

Mata safir Naruto berkaca-kaca ketika membagikan pengalaman tentang dunia tiruan tersebut.

"Waktuku bersama keluarga itu hanya sebentar, tapi aku tak bisa melupakan mereka. Itu adalah pertama kalinya aku diberi kesempatan merasakan kehangatan keluarga sejak aku lahir. Untuk setiap makanan yang disajikan, setiap kali mereka mengkhawatirkanku, mereka marah kepadaku, aku sangat berterima kasih."

Dibandingkan Sasuke, lelaki Uzumaki tersebut memang lebih ekspresif dan lantang menyuarakan isi hati ataupun pikiran.

Akan tetapi, ia tak akan mengarang cerita ataupun berbohong untuk mendapatkan simpati.

Siapapun pasti trenyuh melihat ekspresi Naruto kala itu. Kepalanya menunduk dan bahu lebar itu bergetar hebat seakan menahan beban berat.

Sakura menggenggam erat telapak tangan Naruto yang sehat, ingin memberikan kekuatan sekaligus menunjukkan kalau sang Uzumaki telah memiliki tempat bersandar.

Sekarang, Sasuke juga merasakan imbas walaupun ia hanya bertemu dengan Mikoto beberapa menit.

Berbagai pikiran dan emosi berkecamuk dalam benak. Logika dan batinnya tengah berperang hebat saat ini.

Padahal ia sudah melakukan antisipasi dan menyiapkan hati jauh-jauh hari sebelumnya.

Ia sama sekali tak sekuat Naruto yang sanggup menghabiskan waktu selama beberapa hari bersama keluarga Menma.

Akal sehatnya meminta si Uchiha terakhir untuk meninggalkan desa secepat mungkin.

Suasana hati yang telah memburuk semakin bertambah parah ketika ia melihat adegan tak terduga dalam perjalanan pulang untuk bertemu Hinata.

*****

Hinata yang telah membeli perbekalan untuk perjalanan jauh, tidak disangka bertemu lagi dengan Charasuke.

"Hey, kau habis belanja?"

Hinata menganggukkan kepala, segala kebaikan dan sikap ramah Charasuke membuat Hinata ingin mengucapkan kalimat perpisahan sebaik mungkin.

"A-ano, aku ingin berpamitan. Terima kasih untuk semua bantuanmu, Sasuke-kun."

"Berpamitan? Memangnya kau mau kemana?"

Peringatan dari Sasuke tentang bahaya distorsi dan kekacauan, membuat Hinata ragu hendak berterus terang bahwa mereka berasal dari dimensi berbeda.

Sosok Charasuke di hadapannya ini sangat polos dan mungkin tak bisa menerima informasi yang terlalu rumit.

Hinata membalikkan badan bermaksud meninggalkan tempat itu sejauh mungkin, namun Charasuke tak bisa menerima jika pertanyaannya terus diabaikan begitu saja.

"Hey, kenapa tak menjawab pertanyaanku?"

Lengan pemuda itu hendak menyentuh bahu Hinata, namun tiba-tiba saja sekelabat angin dingin mengelilingi mereka berdua dan satu sosok misterius berjubah hitam telah berdiri di tengah-tengah mereka berdua.

Sebelah tangan terbalut sarung tangan hitam, mencengkeram erat pergelangan tangan Charasuke memaksa pemuda itu memandangi sang pemilik yang kini menatapnya dengan sebelah mata berpendar merah.

Deg! Deg!

Sosok itu bagaikan pinang dibelah dua dengan Charasuke walaupun sebelah wajahnya tertutupi oleh rambut hitam, namun ada aura kelam dan mengerikan yang sanggup membuat siapapun yang berada di dekatnya bergidik ngeri.

Short Story Collection SH - Alternate UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang