Malam Tiba...
"Night Dad"Bokongku beranjak dari kursi.
Kami baru saja menghabiskan beberapa potong Pizza dan masih ada 2 potong lagi.
"Night too, Honey. Jangan lupa matikan lampu"ia mengecup keningku.
"Ayah persis seperti ibu"
Bibirnya tersenyum padaku, namun nampak seperti tidak ada isinya. Terlihat hampa. "Tidurlah"
Terpaksa aku mengikuti perintahnya. Kedua kakiku segera melangkah menaiki anak tangga yang berkisar 15 buah.
"Huft"
Aku menjatuhkan tubuhku diranjang. Sebenarnya aku belum mengantuk. Biasanya aku akan tertidur pukul sebelas malam, walau aku telah memejamkan mata pukul setengah sepuluh. Memang menyebalkan. Aku akan tidur pulas jika tidak diberi aba-aba, bila dipaksa pasti akan terasa sulit.
"Lauren! Lauren Tunggu!"teriak seseorang dibawah sana.
"Lau!"
Mendengar nama Lauren, aku segera bangkit dari ranjang. Aku membuka jendela.
Wush... Hembusan angin membuat rambutku sedikit terayun.
Terlihat keduanya sibuk dengan cemohan-cemohan tidak karuan. Keduanya memang sedang mejalin hubungan.
"Lauren kau tak mengerti!"
"Apa lagi?!"
"Lauren. Apakah kau tak bisa mendengarkanku sebentar saja?"
Lauren tetap melangkahkan kakinya.
"Dia-dia hanya ingin ber-duet dengan Bandku. Karena dia bilang lagu ketiga bandku menarik. Ayolah Lauren percaya padaku. Kau hanya terpengaruh oleh Tristan."
Gadis berambut hitam itu menghentikan langkahnya. Dan menghadap pada pria ikal.
Lauren menghela nafas. "Bradley, Tristan memiliki bukti. Kau? apa dengan berbicara aku dapat percaya padamu? tentu tidak Brad. Aku ini pintar. Jadi semua sudah jelas"
"Sudah kuduga kau terkena racunnya Lau."
"Racun? Aku rasa kau yang racun! Menciumku seenaknya ditengah-tengah panggung. Kau tak pikirkan berapa banyak orang yang menonton kita? Hah? Orang tua, Coach, dan sahabat-sahabatku? Aku merasa harga diriku menurun saat itu"
"Harusnya kau bilang itu sejak awal. Kenapa kau tak menolakku saja?"
Lauren melengos, menyebunyikan wajahnya. "Aku kasihan dengan orang yang hanya memiliki 1 sahabat"
"Hey! Aku memiliki Band. Dan mereka sahabatku"
"Tidak lagi"Ia memperlihatkan layar ponselnya pada Bradley. Halaman Twitter terlihat jelas dimatanya.
Bradley diam memasang wajah skeptisnya.
"Kuyakin ia hanya bercanda"Gumam Bradley setelah usai menatap Iphone milik Lauren.
"Sekarang kau hanya memiliki Hazzel. Si Gadis rendahan"
Hey!
"Bisakah kita fokus pada masalah ini dan jangan bawa sahabat-sahabatku."
Ia tertawa kecut. "Aku yakin setelah ini pasti kau akan merenung dikamar. Sendirian"
"Lau kenapa kau jadi seperti ini? Ini bukan Lauren yang kukenal."
"Tak seharusnya aku berhubungan dengan pria tak peka."kaki jenjangnya mulai melangkah jauh dari keberadaan Bradley.
Bradley cuma diam menyaksikannya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dog ⏩ CalumHood//BradleySimpson
FanfictionDia pergi dan dia juga pergi. Akankah orang-orang disekitarku juga akan pergi?