"Itu kunci apa Hazzel. Jarimu agak naik keatas,"ia memberi pentunjuk pada jari telunjukku. "Nah, begini."Edelweiss berseru.
"Haz..."ia mendesah memperhatikan jari-jariku yang mulai meleset dari senar gitar.
"Ini sulit Weiss, bagaimana kau dapat menekan senar itu dengan mudah? Jariku memang menjengkelkan."sungutku mengamati jari-jariku. Ditemukan bentuk garis di masing-masing jariku akibat menekan senar gitar.
"Aku juga merasakan itu. Sekarang ayo lanjutkan."Edelweiss meraih gitar dibelakangnya. Dan kembali menempatkan di pangkuanku.
"Edelweiss..."aku meresah dan menaruh kepalaku lemah di atas gitar menimbulkan rambutku yang terikat kuda jatuh lunglai di bagian bahuku.
"Mana semangatmu?"
"Hidupku memang hanya untuk tarik suara."gumamku di dalam bekapanku.
"Kau hanya belum mencobanya lebih lekat. Ini harus di lakukan dengan jerih payahmu. Jik-"
"Apa aku tak terlihat seperti sudah melewati jerih payah?"ku angkat kedua tanganku lalu melambai-lambai kecil.
Ia mendengus kesal. "Jika ka-"
"Iyaa Weissy Hemmings akan ku lakukan."aku mengangkat kepalaku, kemudian menempatkan jari-jariku di senar gitar.
"Ha-,"
"Aku tahu, Aku tahu."lima jariku terbuai di senar gitar yang hasilnya hanya sebuah petikan abstrak.
"Apa yang kau mainkan Haz?"ia mulai jemu terhadap tingkahku.
Ting Tong
"Pizza!"pekik seseorang di luar sana.
"YASS!"kami berseru menatap wajah kami masing-masing.
Seseorang dari pihak perusahaan makanan mengetuk pelan pintu rumahku.
"Biar aku."Edelweiss mengambil alih.
"Okay."
Ia beranjak dan meninggalkanku seorang disini. Aku menggapai ponselku yang berada di ranjangku. Ini sedikit membuatku bergerak maju menuju ranjang. Terdapat 1 pesan dari Bradley.
Butuh teman?
Pesan macam apa ini?
Tidak terimakasih, Malam ini bagian Edelweiss. By the way, thanks untuk yang kemarin. Maaf jadi merepotkan.
Aku menekan teks send di layar ponselku. Tak lama ponselku bergetar lagi.
Oh si idiot ternyata ada disana. Jujur Haz itu sama sekali bukan rintangan.
Alisku berkedik.
Jangan sok deh. Mau ikut pesta pizza di rumahku tidak?
Aku melongok ke arah jendela mendapati sosok pria yang sedang bercakap dalam telfon. Aku tertawa kecil.
Tentu. Tunggu aku, jangan sampai ludes sebelum aku datang.
Bibirku senyam-senyum sendiri setelah membaca pesannya.
"Apa yang membuatmu tersenyum seperti orang gila?"Edelweiss meletakan sekotak pizza di perantara aku dan Edelweiss. Lalu ia duduk bersila di hadapanku, mulai membuka isi kotak itu.
Aku mengalihkan pandanganku pada Edelweiss. "Hah? Apa?"tanyaku tak dengar atas ucapannya tadi.
"Kenapa kau senyam-senyum seperti itu?"ulangnya santai di penuhi pizza dimulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dog ⏩ CalumHood//BradleySimpson
FanfictionDia pergi dan dia juga pergi. Akankah orang-orang disekitarku juga akan pergi?