Chapter 8

242 56 6
                                    

Monday, 08.30AM

"Aku dulu...!"

Maddy berlari menabrak sebagian kerumunan orang-orang didepan Mading.

"Aku menang! Wohou!"Seru Maddy yang telah berada tepat didepan Loker. Kemudian ia menoleh kekanan dan kekiri seperti sedang mencari seseorang. "Connor? Dimana kau?"

Brak.

Pintu Loker disamping tertutup oleh seseorang.

"Sayangnya aku yang pertama."ia tersenyum jahat.

Maddy tercengang. Sesekali ia menoleh kegerombolan orang-orang diMading. "Bagaimana bisa?"katanya heran.

"Seorang Connor tak pernah terkalahkan."Ucapnya penuh arogan.

Aku yang melihat mereka dari sini, Hanya mampu mewajari tingkah mereka. Tak hirau apapun yang baru mereka lakukan. Segera kusantap papan tulis berkaca dihadapanku.

5 Second of Summer

5 Second of Summer

5 Second of Summer

5 Second of Summer

........

Kenapa kaca mading penuh dengan tempelan-tempelan tak berpola. Kuamati lembaran ini, Tentunya mereka semua tak asing lagi bagiku. Lembaran-lembaran ini tidak hanya tertempel dimading. Sampai ujung ruangan lembaran itu seperti mengantri sembako tanpa peduli keselamatan. Apa ini caranya agar mereka mudah untuk dikenal? usaha yang memaksa.

Tiba-tiba seorang gadis dengan rambut hitam badainya menghampiri keadaan dipapan mading. Mulutnya mengoyak-ngoyak permen karet didalam sana. Tanpa harus peduli akibatnya ia menarik kasar lembaran itu.

"Siapa yang menempelkan kertas brengsek, menjijikan, tidak bermutu?"ia meninggikan kertas itu.

Aku menoleh kesamping, Connor dan Maddy menghilang. Sahabat yang langka.

"Siaapa?!"gadis itu terpekik lagi.

Matanya melirik kearahku. "Apa kedua teligamu tidak berfungsi Haz?"

Ya, Lauren memang sedang tertumpuk oleh masalah. Tapi kenapa ia harus menyebarkan kepurukan itu padaku.

Aku memandangnya sejurus. Ini adalah hal yang paling muak untuk kulakukan, menatap wajah seorang gadis yang dikenal populer, pintar, cantik, beruntung, seksi (?). Ok itu terlalu banyak. Namun itu memang kenyataannya. Tidak bisa kupungkir ia kesisi manapun. Karena ia sudah terperosok dalam jurang yang isinya hanya kebencian.

"atau mulutmu yang malah tidak dapat berfungsi dengan 'selayaknya' ?"Aku menjungkir balikan pertanyaannya.

Pandangan begis masih dapat kulihat dikerut-kerut wajahnya. Kunyahan terlihat sangat santai.

"Jawab saja kau tahu atau tidak?"

"Ouh!"Aku membunyikan suara jijikku. "Matamu tak berfungsi juga ya?"

Lauren mendecak dongkol. "Tidak! Karena mataku dapat memilih mana perempuan baik dan tidak."Matanya menyorot pada leherku. "Satu lagi dan yang pantas memakai kalung ini."

Stret.

Ia merampas Kristal Saljuku. Aku berusaha untuk menggapai tapi tangan Lauren terlalu terbumbung keatas. Ini terasa lebih tinggi daripada sebuah rak buku dibaris kelima, karena ia memakai sepatu High Heels. Kakiku melompat beberapa kali. Otakku berfikir kecara yang lain. Sepertinya rambut ini semakin indah jika kusambut dengan jenggutan. Aku tahu ini kekanak-kanakkan. Tapi tak mungkinkan jika aku membiarkan sebuah kalung yang penuh dengan jasa pergi begitu saja.

My Naughty Dog ⏩ CalumHood//BradleySimpsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang