Kicauan burung diluar sana membuatku terbangun. Kukerjapkan mataku beberapa kali agar terlihat sempurna. Aku termenung sejenak mengumpulkan semua jiwaku. Pancaran sinar mengajakku untuk menoleh kearahnya. Siapa yang membuka jendelanya? Mungkin ayah. Aku memang selalu lupa mengunci kamarku.
Dengan malas aku bangun dari ranjang sambil mengikat rambutku berantakan. Tak lupa aku mengantungi ponsel dalam celana pedekku. Sesekali aku menoleh kesebrang sana, Ternyata Bradley bangun lebih dulu dariku ia terlihat sedang menelefon seseorang, sangat jelas.
Aku melangkah keluar. Menuruni tangga menuju wastafel dibawah sana. Segera kugosokkan pada mulutku pasta gigi yang telah tergeletak diatas sikat ini. Gosokkan ku terhenti ketika sesuatu yang ganjil mendarat diotakku. Aku baru sadar ayah tak ada disini. Dimana dia? Cepat-cepat aku berkumur dan mengarah pada selembar roti diatas meja. Terdapat secarik kertas disana. Itu pasti Ayah.
Yeah...Aku benar.
"Ini kan hari libur. Kenapa para atasan tidak memberikannya istirahat?"gerutuku sambil melahap selembar roti.
Aku kembali meletakkan kertas itu ditempat semula dan memilih duduk dikursi meja makan ini sambil memeriksa ponselku. Tidak ada yang seru. Yang seru hanyalah sebuah buku sialan itu. Membuat menangis didepan Maddy, tapi untungnya dia juga menangis. Weird.
Ponselku bergetar, segera kuraih benda yang terkurung dalam sakuku.
James? tidak biasanya.
"Halo. Ada apa?"
"Halo Haz."sahut seseorang disebrang sana. "Bisa kita bertemu diCaffe yang kemarin, ada sesuatu yang ingin kubicarakan padamu."
Eh? Sejak kapan aku punya urusan penting denganmu.
"Apa tidak terlalu pagi untuk pergi kesana?"
"Keluarlah Haz, matahari sudah menunggu."
Aku melirik kearah jam dinding. Ternyata aku yang kesiangan.
"Ok aku akan kesana."
"Yep."
Aku mendecak kesal setelah sambungan telfonnya berakhir. Aku benar-benar malas untuk keluar, berjalan saja aku malas. Tidak apalah lagipula jarang-jarang jugakan diajak James pergi keCaffe. Siapa tahu dia mau traktir lagi. I'm so lucky.
--
-Author's POV-
"Kau mau jalan lagi?"tanya Calum.
"Terserah kau."Jawab Maddy.
Keduanya terdiam saling memandang ruangan luas tak berujung diatas sana. Sigadis terlihat sangat senang dengan keadaan tersebut, genggaman sang pria tak lekas meninggalkannya. Membuatnya semakin nyaman dan aman. Karena keyakinannyalah ini terjadi, membuatnya percaya bahwa sesuatu hal yang telah lama pupus akan terbentuk lagi. Tapi suatu saat ini akan kembali pupus oleh seseorang.
"Hey."
Maddy menoleh kearahnya.
"Ya?
"Siapa nama temanmu? Zel...siapa?"
"Hazzel?"
"Ah iya itu!"seru Calum.
"Kenapa?"
Ada sedikit rasa gundah dalam diri Maddy.
"Dia lucu loh."
Jdeer...
Petir menghantam seisi hati Maddy. Berat sekali untuk menganggap ini nyata, dia berfikir bahwa dunia khayalan memang tak terlalu buruk.
"Uhmm..ya dia lucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Dog ⏩ CalumHood//BradleySimpson
FanficDia pergi dan dia juga pergi. Akankah orang-orang disekitarku juga akan pergi?