Chapter 22

35 2 2
                                    

Suara kicauan burung membangunkanku. Mataku terbuka dan kukerjapkan beberapa kali. Yang pertama kulihat adalah langit-langit kamarku. Lalu aku tersenyum mengingat apa yang terjadi semalam. Aku menarik napas. Menoleh kekiri berupaya mencari ponsel. Setelah ku genggam ponsel itu terlihat dua panggilan tak terjawab dari Calum.

Akupun heran.

Aku ingin menelefonnya, namun karena jangka waktu aku tidak bisa. Karena aku ada jam pagi hari ini.

Beberapa detik lagi aku akan mendengar suara ketukan.

Tok...Tok...

Ya, itu dia.

Dan sua-

"Hazzel, Kau sudah bangun?"

Ya aku tahu itu.

"Ya ayah, Tunggu aku di bawah."Sahutku dari dalam.

"Ayah telah membuatkan sarapan untukmu. Cepatlah."Ia berusaha menggodaku.

"Sayangnya aku tidak terlalu lapar."Ucapku seraya tertawa kecil.

"Jangan bergurau, Hurry up."Pekiknya bersemangat.

Kemudian ia menggedor-gedor pintu kamarku. Dia aneh.

"apa ayah baik-baik saja?"Tanyaku sambil bangkit dari ranjang, nadaku terdengar seperti orang bodoh.

"Cepat atau ayah akan terus menggedor pintu kamarmu."katanya lagi dengan tawaan.

Aku menghela napas dan memasang ekspresi malas. Ini adalah hal yang tidak mau aku lakukan.

"Okay, Ayah harus menyingkir dari sana."Pekikku.

Akhirnya aku tak lagi mendengar gedoran pintu itu.

Aku menghela napas. "Gurauan yang aneh."dumelku.

Aku bangkit dan melangkah menuju pintu.

Krek...

Kini sosok ayah tampak jelas di depan mata.

"Pagi Miss Edderson."

"Pagi ayah."Jawabku malas.

"Sekarang waktunya mandi. Ayah akan mengantarmu kesekolah."

Aku tertegun.

"Oh, Benarkah?"

"Kalau begitu cepat."suruh ayahku.

"Ya, ayah."Kakiku mulai melangkah menuju kamar mandi

Aku tahu alasan yang tepat untuk menjawab ini semua. Tidak sering aku mendengar kalimat itu ataupun perlakuan anehnya tadi. Dulu di saat Edelweiss pergi ia juga melakukan hal seperti ini. Mungkin ia mengerti rasanya. Semacam hiburan, mungkin.

Kini aku terdiam di depan rumah menunggu ayah mengendarai mobilnya. Tatapanku lurus pada rumah yang berdiri di samping halaman rumahku. Kurasa hanya ada Kak Natalie di sana, ia baru saja pulang ketika Bradley berangkat ke Oxford. Aku masih belum percaya sekarang ia pergi. Tak ada Connor, James, Tristan. Ataupun Bradley. Kehidupanku tampak sepi. Seharusnya aku tidak memakan sisa waktunya dengan sebuah pertengkaran.

Tin.. Tin...

Tiba-tiba klakson mobil mengejutkanku.

"Ayo."

Akupun mengangguk dan segera memasuki mobil.

"Tenang saja kau akan terbiasa dengan ini."ucapnya ketika aku telah duduk di jok mobil.

"Ya,"Jawabku.

"Kuharap begitu."Lanjutku.

Kemudian ia tersenyum memandang perjalanan di depan.

My Naughty Dog ⏩ CalumHood//BradleySimpsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang