Chapter 11

138 16 6
                                    

Drt...Drt...

Ayah

"Um...sebentar ya."tubuhku bangkit, melangkah mencari tempat sunyi. Tidak jauh.

"Halo Ayah?

"Hazzel."

Suaranya parau.

"Ya Ayah?"

"Tuan bukan saatnya untuk menerima telfon / Ini putriku / Keadaan anda sedang tidak stabil / Kau tak berhak menyuruhku berhenti / Tuan dengarkan- / Diam! Sayang kau masih disana?"

"A-ayah baik-baik sajakan?"tanyaku perlahan-ahan.

"Angkat dia / bisakah kalian menungguku sebentar / Tuan waktu yang kami punya tak banyak / Lepaskan! Lepaskan tanganku. Aku butuh bicara pada anakku ia sendirian dirumah / Tuan tapi keadaan anda buruk / Ini akan lebih buruk jika kalian menundaku untuk berbicara pada anakku...."

Sebenarnya apa yang terjadi? Ada apa dengan ayahku?

Sontak televisi yang menyangsang disisi pojok ruangan mengakibatkanku terfokus pada benda persegi panjang itu.

Terdapat kecelakaan beruntun didepan gedung Wyong Shire. Kejadian ini diawali bus Coastal Liner Coaches yang melaju dari arah Wyong menuju The Entrance, Supir bus diduga mengantuk dan menabrak ekor tronton didekatnya yang berakibat mobil mini-bus menabrak pengendara didepannya, Diperkirakan para korban kecelakaan beruntun ini telah dilarikan kerumah sakit Wyong. Sekian dari tempat kejadian. Kembali Carter.

Aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Saat tahu wajah ayahku terpampang di Tv.

"Hazzel?---"

Keningku berkerut, Dadaku seperti ditikam air panas. Semangatku menyurut. Tak mengerti apa yang terjadi. Dan aku tak tahu harus bagaimana. Diriku sudah ringkih mengetahui segalanya. Ayahku salah satu korban dari kecelakaan. Kenapa ini harus terjadi dikehidupanku?

"Haz? Kau baik-baik saja?"

Aku masih terpekur membelakangi mereka. Sampai akhirnya aku merasa pundakku terasa berat.

"Haz?"

Aku berbalik. "Coach, Aku harus pergi."ku singkirkan pelan-pelan lengannya yang bertengger dibahu kananku.

Wujudku masih diam terpaku dihadapan kedua orang ini.

"Kau mau kemana?"

"Ayahku."

Tanpa memberi senyum apapun. Aku melangkah pergi dari wilayah ini. Cara jalanku serampangan.

Coach Mali mengikutiku. Si pianis nampaknya sama sekali tidak mau tahu tentang ini semua.

"Hazzel!"itu teriakan Coach Mali. "Hazzel. Mau kemana kau?"

"Hazzel!"

Kakiku tetap melangkah. Aku benar-benar tidak peduli tentang tampil diKafe ini maupun meninggalkan Calum. Karena sekarang aku hanya sedang terfokus pada Ayahku.

Sekilas aku berjalan melewatinya, ekspresinya terlihat bertanya-tanya. Maka disela-sela itu ia memberi peluang sejenak- bertanya pada kakaknya, Namun ketidaktahuan sedang meliputi keduanya.

Bingung mesti melakukan apa, Ia mengerjarku, Sebelum aku ludes dari ruangan ini. Tapi gerakanku menggesit sehingga aku telah berada dalam hangatnya alam. Lariku mereda, berupaya menjadi seorang gadis normal. Kini aku menuju Halte dipojok sana.

Seseorang menarik jari-jemariku lembut. Nafasnya tidak beraturan.

"Haz..zel Tunggu.."

Terdengar suara gonggongan.

My Naughty Dog ⏩ CalumHood//BradleySimpsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang