Bab 2 : Ketika yang Lama telah Kembali

105 25 7
                                    

Selesai bercerita dengan Halimah, tiba-tiba datang dari kejauhan laki-laki yang terlihat seperti tidak asing. Ketika mendekat, ternyata itu adalah Bima, teman mereka. Bima sudah lama tidak terlihat oleh Fuadi, namun tidak tahu jika Halimah. Dia membawa sekantong plastik berisikan makanan dan duduk di samping Fuadi.

"Hai Fuadi, ini untukmu makanan dari kotaku tinggal," ucap Bima sembari menjulurkan tanganya ke arah Fuadi.

Fuadi pun mengambil makanan itu, "Terima kasih banyak Bima, tetapi ini hanya satu. Kasihan Halimah jika tidak diberikan, apakah engkau membawanya lagi?" tanya Fuadi dengan ekspresi tidak enak kepada Halimah yang sedang memperhatikan saja sejak tadi.

"Hah, Halimah ya?" jawab Bima dengan rasa yang tidak tahu ingin bicara apa.

"Tenang saja Fu, kemarin malam dia berjumpa ke rumahku. Dia sudah membawa makanan itu kemarin, jadi ambilah saja itu dengan senang hati," potong Halimah membantu menjawab pertanyaan Fuadi kepada Bima.

Ketika mendengar jawaban Halimah, Fuadi merasa ada sesuatu yang tidak dia ketahui tentang Halimah dan Bima. Meskipun dia tidak mau berpikiran buruk, rasa ini membuatnya bingung. Fuadi mengalihkan pembicaraan dengan bertanya kepada Bima, "Darimana saja engkau Bima, tampaknya batang hidung kau pun tidak pernah kupandang sejak lama sekali?"

Bima menjawab pertanyaan Fuadi dengan menanyakan tentang Nirmala. Hal ini membuat Fuadi dan Halimah terkejut. Fuadi berusaha menenangkan Bima agar tidak berpikir macam-macam tentang Nirmala. Dia pun memutuskan untuk menceritakan kisah yang baru diceritakannya kepada Halimah. Setelah itu, Fuadi memikirkan untuk mencari tahu lebih jauh lagi tentang Nirmala dan melibatkan kedua sahabatnya di dalam rencananya. Dan mereka pun terlihat sangat antusias membantu, terutama Bima.

***

Rencana Fuadi untuk menyelidiki alasan Nirmala memutuskannya dimulai dengan menemui seseorang yang pernah bersama Nirmala di kota yang tidak terlalu jauh. Fuadi, Halimah, dan Bima memutuskan untuk bersama-sama menggunakan mobil pribadi milik Bima. Mobil pribadi ini pasti berhasil dia beli ketika dia sedang berada di kota besar itu. Pasti saja dia bekerja dengan sangat giat, pantas saja dia bisa membeli mobil. Dengan mobil ini milik Bima, tentu saja Bima berhak untuk menentukan dia akan duduk dengan siapa. Bima memutuskan untuk duduk dengan Halimah di bagian depan, dan Honda jazz itu terasa panas walaupun pendinginnya menyala kencang.

Tidak habis pikir saja. Mengapa bisa orang yang sudah lama bersama Fuadi kini menebarkan candaannya dengan Bima begitu mudahnya. Kecantikan Halimah tentu saja membuat Bima tidak mungkin hanya niat berteman. Pasti saja dia memiliki niat yang lain seperti kebanyakan teman Fuadi. Kepanasan hati Fuadi sepertinya disadari oleh Halimah, dia sangat paham bahwa sahabatnya itu sangat tidak ingin dianggap tak ada. Halimah langsung saja melontarkan candaannya kepada seisi mobil.

"Wah, lelaki Tangguh ini sepertinya tidak siap menerima fakta mengenai alasan dia ditinggalkan yah." Halimah menyerang personal dari Fuadi yang sedang termenung memikirkan sesuatu.

Fuadi langsung saja menanggapi celotehan temannya itu dengan sindiran halus, "Bukan aku tak siap, hanya saja di depan sana kawan aku bercanda ria tanpa aku dilibatkan. Hah, macam mana itu, tak ajak-ajak pun berguraunya." Fuadi menjawab dengan nada merajuk dan mendengus kesal. Tetapi Bima dan Halimah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Fuadi yang sangat menggemaskan ketika merajuk. Fuadi pun mengerti bahwa mereka tidak akan menganggap serius ucapannya. Celotehan lainnya mulai keluar seiring berjalannya perjalanan ini. Suasana tidak menjadi hening seperti awal memasuki mobil.

Beberapa jam berlalu, mereka tiba di tempat yang dituju. Sebuah kafe yang bertemakan coklat di bagian depannya. Di depan kafe itu terlihat banyak sekali pengantre. Menandakan bahwa kafe ini memiliki kualitas yang sangat bagus. Untuk orang seperti Fuadi, kafe bukanlah tempat yang sangat dia sukai. Namun, demi mendapatkan informasi dari temannya itu dia rela mengenakan pakaian terbaiknya hanya untuk terlihat mewah dan rapi ketika masuk ke kafe tersebut.


Cinta Dalam CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang