Bab 29 : Dendam Kepada Teman Lama

77 15 1
                                    

Nirmala, Ikrab, dan Fuadi berjanji akan bertemu di sebuah tempat yang sangat ramai. Ini adalah tempat wisata. Wisata yang diperuntukkan untuk anak-anak, namun entah kenapa mereka meminta Fuadi untuk datang.

Sudah jelas Fuadi akan datang. Dia tidak akan menolak hal tersebut, itupun karena Fuadi geram dengan mereka berdua. Bima dan Halimah mengatakan bahwa Ikrab hanya memanfaatkannya. Fuadi tidak bisa menerima bahwa dirinya hanay dimanfaatkan oleh temannya sendiri.

Kali ini Nirmala dan Ikrab sudah berada ditempat tersebut. Mereka datang menggunakan satu mobil yang sama, kemudian disusul dengan Fuadi yang datang dengan berjalan kaki. Fuadi sudah telihat dari kejauhan, dia berjalan dengan raut wajah yang menahan emosi. Nirmala paham betul raut wajah itu. Persis saat seperti ketika Fuadi menuduhnya selingkuh di hadapan semua orang. Di kafe itu, dengan amarah yang tiba-tiba tumpah.

Fuadi semakin dekat dengan Nirmala. Dia melangkah mendekati, dengan raut wajah yang masih sama. Tangan Nirmala menyentuk area belakang celananya, disisipkan di sela celana, sebuah pistol untuk menembak Fuadi apabila dia macam-macam dengan dirinya. Semakin dekat Fuadi melangkah, semakin erat pegangan Nirmala kepada pistol itu.

Saat datang tiba-tiba Fuadi menghajar Ikrab. Ikrab yang berada di belakang Nirmala sontak terkejut dengan tingkah sahabatnya itu. Ikrab terjatuh saat satu tijuan mendarat di wajahnya. Pukulan yang sangat keras, dipusatkan pada satu titik, yaitu di kepalannya. Saat itu dikeluakan dan, merah sudah pipi Ikrab.

"Hei, ada apa ini?" Nirmala kemudian menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Nirmala terkejut saat ternyata sasarannya adalah Ikrab. Dia melepaskan pegangannya dari pistol dan berusaha membuat wajah seolah terkejut dengan apa yang terjadi. Nirmala kemudian membangunkan Ikrab yang sedang meringis kesakitan.

"Kalian berdua ini hanya berpura-pura saja ya?" Fuadi dengan lantang mengatakan hal itu.

Nirmala jelas mengerti apa yang dimaksud dari Fuadi. Ikrab juga tentu saja mengerti. Hanya saja, Nirmala memberikan kode bahwa Ikrab tidak boleh terpancing emosinya. Sandiwara harus tetap dimainkan agar semuanya berjalan dengan lancer.

"Pura-pura apa Fu? Engkau ini kenapa?" Nirmala berusaha meminta penjelasan dari Fuadi terhadap tindakannya.

"Kalian sengaja menjauhkan aku dari Halimah dan Bima, benarkan?" Fuadi menjelaskan apa yang dimaksud olehnya.

"Menjauhkan bagaimana? Apa yang kita lakukan?" Nirmala kembali membalas semua yang terjadi.

Ikrab hanya berdiam. Dia terkejut karena Fuadi tau ulahnya. Dia sempat menebak-nebak siapa yang berulah saat ini. Dalam benaknya tentu saja Halimah yang memberi tahunya. Tapi semua itu menjadi salah ketika tiba-tiba saja Aura datang.

"Sudah cukup!!" Teriakan Aura sangat kencang dan jelas terdengar oleh mereka semua.

Kedatangan Aura membuat terkejut Fuadi. Dan tentunya membuat mereka berdua lebih terkejut. Bagaimana mungkin Aura berani mendatangi orang yang sudah diam-diam menculiknya.

"Aura??" Fuadi lantas terkejut melihat kedatangan Aura.

Nirmala melangkah mundur dan kembali mendekati Ikrab. Rasanya Nirmala tahu siapa penyebab rencananya ketahuan. Menurut Nirmala, Aura adalah penyebabnya. Dan tentunya kedatangan Aura jelas-jelas membuat amarah Nirmala tidak lagi bisa dikendalikan.

"Jadi kedatangan engkau kemari hanya untuk melakukan apa yang dia ucapkan Fu?" Nirmala kemudian langsung memulai pembicaraan.

"Tidak. Tidak ada urusannya dengan dia." Fuadi berusaha membela Aura.

Aura bersembunyi di balik Fuadi. Dia sepertinya masih ketakutan melihat wajah orang yang sudah menyiksanya. Aura hampir saja kehilangan nyawa oleh orang yang ada di hadapannya saat ini.

"Masih berusaha membela? Apa engkau tahu sesuatu Fu?" Nirmala kemudian memancing rasa penasaran Fuadi.

"Apa maksudnya?" Fuadi terpancing oleh jebakan Nirmala. Dia menjadi penasaran denga napa yang dimaksud dari ucapannya itu.

"Perempuan yang ada dibelakang itu adalah perempuan yang munafik. Dia yang membuat kita jauh, dan dia yang memecah belah kita." Fuadi benar-benar terkejut mendengar pernyataan dari Nirmala.

Fuadi menatap wajah Aura yang berada dibelakangnya. Aura menggeleng-gelengkan kepala pertanda bahwa itu tidak benar. Dan Aura masih berusaha bersembunyi di balik bada Fuadi. Ikrab yang sedari tadi hanya mengamati, dia tidak mau merusak apa yang sudah direncanakan Tuan putrinya.

"Engkau jelas tidak akan percaya. Tapi dia menyukai engkau, dan itu mendahaluiku." Nirmala mengatakan yang sebenarnya kepada Fuadi.

Fuadi lebih terkejut lagi saat mengetahui hal itu. Dalam hatinya dia merasakan senang, bahwa ternyata Aura benar-benar suka kepadanya. Namun, dia juga kecewa kenapa dia sudah lama menyukainya, tetapi tidak ada interaksi sedikitpun. Bahkan, Fuadi lah yang memulai interaksi dengannya.

Kali ini Fuadi kembali menatap Aura. Aura tidak menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa yang diucapkan oleh Nirmala adalah benar. Fuadi lantas kembali menatap Nirmala. "Setidaknya dia tidak pergi menghilang seperti engkau waktu itu." Fuadi melawan pernyataan Nirmala dengan bukti nyata terhadap perilakunya dulu.

Nirmala tidak habis pikir bahwa Fuadi akan membela Aura. Yang ada dalam benak Nirmala, ketika Fuadi tahu bahwa Aura menyukainya, dia akan menjauh dan merasa jijik. Namun ternyata salah, dia malah membela perempuan itu.

"Sial, mengapa dia malah membelanya." Gumam Nirmala dalam hati.

"Baiklah, Aura memulai peperangan. Semoga kali ini nyawa engkau beruntung. Tapi tidak untuk kemudian hari." Nirmala juga masih menggumam dalam hati.

"Baiklah. Silahkan saja kalian bersenang-senang dengan fakta yang baru saja diterima. Fuadi, berhati-hatilah kepada perempuan munafik itu. Dan kau, semoga beruntung Aura." Nirmala kemudian memutuska untuk pergi. Diikuti dengan Ikrab yang membuntutinya. Nirmala meninggalkan tempat itu dengan menaiki mobilnya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Kali ini Fuadi menatap kembali Aura. Dia ingin mengatakan sesuatu namun tertahan saat Aura mengatakan, "Jangan berkata apa-apa. Biarlah ini akan kita bahas lain waktu. Aku ingin pulang, dan engkau harus menghantarkanku." Aura menegaskan ucapannya kepada Fuadi. Sepertinya dia sudah tahu apa yang akan keluar dari mulut Fuadi. Dia mengetahui bahwa Fuadi pasti akan membahas masalah ucapan Nirmala tadi.

"Baiklah mari kita pulang." Fuadi menuruti permintaan dari Aura.

Aura kali ini dihantarkan Fuadi sampai kedepan pintu rumahnya. Hal ini sengaja Aura lakukan bukan semata-mata untuk mengambil keuntungan, tetapi agar dirinya tidak mengalami hal yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Dia tentu saja trauma dengan kejadian itu. Hanya saja, dia berusaha seolah tidak terjadi apa-apa.

Aura memasuki rumah, dan Fuadi langsung pulang menuju rumahnya. Aura yang sudah memasuki rumah masih merasakan rasa takut. Dia sadar akan sesuatu. Ketika itu, rumahnya sudah dia kunci. Namun saat dia pulang dan membukanya, itu tidak terkunci. Aura sudah tahu dia berurusan dengan siapa.

Dia perlahan ingin memasuki pintu kamarnya. Membukanya perlahan-lahan. Dia menengok kanan-kiri untuk memastikan. Dan ternyata tidak ada siapa-siapa. Dia hanya berhalusinasi, mungkin sedari tadi memang dia lupa untuk mengunci pintu.

Kemudian dia selangkah masuk ke kamar, dan pandangannya menjadi hitam. Lagi-lagi dia disekap oleh orang-orang asing. Dan jelas, ini adalah Ikrab dan Nirmala yang sudah mendahului laju dari Fuadi dan Aura. Aura kemudian tidak sadarkan diri dengan cepat, kemudian dia dibawa ke rumahnya untuk ditindaklanjuti.

Cinta Dalam CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang