Bab 30 Kilas Balik : Selamat Tinggal

78 14 1
                                    

Setelah kepergian Nirmala dalam beberapa hari, tiba-tiba saja dia kembali datang. Fuadi sempat mengira bahwa dia akan pergi selama berbulan-bulan lamanya. Namun kemudian dia kembali dengan rasa rindu yang besar kepada Fuadi. Dia mengajak Fuadi untuk bertemu.

Fuadi kali ini menyiapkan baju terbaiknya untuk bertemu kekasih yang sangat dia cintai itu. Dia kali ini bersiap-siap dan bersemangat untuk bertemu dengan Nirmala. Salah satu bentuk semangatnya adalah datang menuju tempat bertemu satu jam sebelum pertemuan. Fuadi menyiapkan segalanya ketika ingin bertemu.

Ketika sedang menyiapkan, tiba-tiba saja ada yang menghampirinya. Itu sebuah pelayan, dia memberikan sebuah amplop putih polos kepada Fuadi. Hal yang sama seperti ketika Nirmala memberikan kabar dan mengajak bertemu. Dia mengirimkan amplop kepada Fuadi, dan kemudian mengajak Fuadi bertemu.

Fuadi sempat kebingungan, tapi dia pikir ini adalah kejutan berikutnya. Dia mengambil ampop itu dan mengucapkan terima kasih kepada pelayan itu. Dia membalik surat itu, kemudian dibaliknya ada sebuah nama, 'Nirmala' begitulah tulisannya. Fuadi membuka surat itu dan menemukan tiga surat kecil berikutnya. Tiga surat itu memiliki nomor urut masing-masing. Dan ada satu kertas kecil bertuliskan, 'Baca dari nomor 1'.

Fuadi kemudian membaca surat nomor satu. Beginilah isi suratnya:

Penjelasan

Untuk : Rifkiakhbul Fuadi

Kepada kamu, Fuadi. Surat ini kuberitakan dengan sebaik-baiknya. Saat ini aku tengah berada di sebuah tempat yang mungkin tak akan kamu tahu keberadaannya. Kemudian aku sedang menyeruput sebuah teh hangat, dengan sebuah udara sejuk yang menusuk relung hati. Demikian surat ini aku kirimkan untuk meluapkan rinduku padamu. Mungkin benar bahwa saat ini kamu sedang berada di tempat yang aku tuju. Maaf, aku tidak hadir. Yang aku hadirkan hanyalah sebuah hidangan istimewa dan sebuah surat ini. Surat yang di dalamnya adalah penuh rasa cinta. Sebuah ungkapan rindu, kapan kita kembali bertemu.

Selama beberapa hari ini aku merasakan sangat senang sekali. Tawaku pecah ketika banyak yang melontarkan candaan-candaan hangat untukku. Tapi tentu saja itu tak akan membuatku melupakanmu. Sesekali aku rindu padamu. Merindukan suaramu, merindukan parasmu, dan merindukan apapun yang pernah kita lakukan bersama.

Sayang sekali, kali ini bukan pertemuan kita. Aku harap kamu mengerti akan itu. Selanjutnya buka nomor tiga, karena nomor dua dibaca setelah nomor tiga.

Dari : Nirmala

Fuadi terharu membaca tulisan itu. Rasanya sangat tidak mungkin Nirmala mengatakan hal-hal tadi. Tetapi baru saja dia melakukannya. Dan itu benar-benar membuat rasa kesal Fuadi hilang saat tahu bahwa dirinya tak akan datang ke tempat ini. Padahal Fuadi sudah menyiapkan pakaian yang sangat menarik baginya.

Kemudian mengikuti perintah dari Nirmala dia membuka surat nomor tiga. Dia melihat ada sebuah tulisan yang tidak benar-benar panjang. Singkat namun sepertinya berkesan. Berikut adalah isi suratnya:

Permintaan Maaf

Untukmu Fuadi. Surat ketiga ini aku tuliskan untuk segala yang pernah terjadi pada kita. Aku beruntung karena telah memilikimu sejak saat itu. Tatapanku tak bisa hilang dari pandanganmu. Kamu sangat menarik bagiku, namun sayang kamu saat itu tidak mengenalku.

Kali ini, orang yang aku rasa akan menjadi angin lalu tiba-tiba hadir dihadapan mataku saat itu. Bertukar cerita seiring berjalannya waktu. Bertukar kabar saat saling merindu. Dan akhirnya mengucap janji untuk bersama menjadi sepasang kekasih.

Aku berhasil memilikimu. Aku berhasil untuk tidak membencimu. Namun aku minta maaf, karena mungkin aku tidak sepandai kamu dalam mencintai. Aku hanya bisa memberikan rasa cintaku melalui surat ini.

Pernyataan terakhirku ada di surat nomor dua.

Fuadi langsung bergegas untuk mengetahu isi surat nomor dua. Dia tidak sabar untuk membukanya. Dia kemudian membuka dan membaca surat itu. Isi surat itu adalah :

Selamat Tinggal

Dengan ini aku akhiri suratnya. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal untuk kita. Aku akan berada di sini sampai waktu yang tidak diketahui kapan. Aku ingin agar kamu bisa bahagia selalu. Jangan abaikan diriku. Setelah ini akan ada surat kembali. Atau mungkin kita bisa bertemu, hanya saja aku tidak tahu kapan.

***

Beberapa bulan setelah surat terakhir itu tiba-tiba saja ada surat yang mengajak bertemu kembali. Fuadi tidak mau mengenakan pakaian yang sangat bagus, mungkin saja kejadiannya akan sama seperti yang sebelumnya.

Fuadi berangkat menuju lokasi. Setelah sampai, dia terkejut karena Nirmala sudah berada di sana. Dia terlihat menunggu. Fuadi langsung segera memasuki ruangan itu.

"Dari mana saja engkau? Lama sekali." Nirmala menyambutnya dengan sangat ketus.

Fuadi sempat terkejut karena sambutan itu. Tapi Fuadi tidak terlalu peduli, itu tentu saja layak dia dapatkan karena datang terlambat. Dia kemudian duduk dan Nirmala menahannya.

"Hei, Hei."

"Mau ngapain?"

Nirmala melarangnya untuk duduk di tempat tersebut. Fuadi kali ini sangat merasa ada yang tidak benar dari Nirmala. Apakah dia sudah berubah seluruhnya, semenjak surat terakhir itu.

"Apa ada yang salah?" Fuadi menanyakan dengan harapan Nirmala menjelaskan apa maksudnya melarang dia duduk.

"Tak usah duduk. Engkau sudah terlambat, aku akan pergi sebentar lagi. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu." Nirmala menjelaskan alasannya melarang Fuadi untuk duduk.

"Aku rasa kita akhiri saja hubungannya." Nirmala mengatakan sesuatu dengan datar sekali.

Fuadi lantas terkejut mendengarkan ucapan dari Nirmala. Dia sangat terkejut sekali ketika tahu bahwa Nirmala akan mengucapkan hal itu. Dia merasa itu hanya bagian dari bercanda saja.

"Pasti sedang bercandakan? Engkau memang suka membuat ketegangan saja La!" Fuadi berusaha mencairkan suasana.

Nirmala tak acuh dengan lelucon Fuadi. Dia masih memasang wajah datarnya itu. Tanpa ada sebab yang jelas, tiba-tiba Nirmala memutuskan Fuadi. Tentu Fuadi menjadi curiga denga napa yang terjadi.

"Memang kenapa kita harus putus?" Fuadi akhirnya bertanya kepada Nirmala.

Nirmala tentu saja menunggu-nunggu pertanyaan itu. Dia berharap segera muncul tanpa harus dia menjelaskannya terlebih dahulu.

"Tak apa. Masih banyak yang perlu aku kerjakan. Aku tak punya cukup waktu untuk itu." Akhirnya Nirmala menjelaskan alasannya memutuskan Fuadi.

"Kalau begitu kita tidak usah bertemu saja. Seperti biasa. Kita sudah beberapa bulan tidak bertemu, tapi kita tetap saling mencintai." Fuadi tetap membela agar hubungannya tetap bisa dipertahankan.

"Masih? Saling mencintai? Aku atau kamu? Tidak mungkin aku masih mencintai." Nirmala menolak setuju dengan pernyataan Fuadi.

"Jadi selama ini aku menunggu untuk apa?" Fuadi menanyakan maksudnya menunggu.

Nirmala tidak acuh terhadap Fuadi. Dia bangkit dan meninggalkan tempat itu. Pelayan menahan Fuadi untuk mengejarnya, dan mereka menghidangkan makanan untuk Fuadi. "Tapi aku tidak memesan semua ini!" Fuadi berusaha untuk bangkit, namun dirinya masih ditahan oleh para pelayan yang sebenarnya adalah anak buah Nirmala.

"Perempuan tadi menyuruh kami untuk menyediakannya gratis untukmu. Makanan ini enak, cepat habiskan!" Salah satu pelayan mulai mengeluarkan nada bicara yang tinggi.

Banyak pasang mata yang menyaksikan kejadian ini. Fuadi merasa malu karena sempat menjadi pusat perhatian. Namun, untuk menghindari rasa malunya Fuadi memakan makanan itu dan menghabiskannya.

Dia kemudian pulang membawa banyak kekecewaan. Dirinya menangis tersedu-sedu mendengarkan ucapan itu. Orang yang dinantinya datang membawa kabar baik, ternyata harus membawa kabar buruk. Perasaanya 

Cinta Dalam CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang