Bab 12 : Menyakiti Diri

82 17 4
                                    

Saat ini hanya ada kesendirian yang meratapi Fuadi. Dia tidak tahu bagaimana harus melanjutkan bagaimana lagi kehidupannya. Orang yang dia sayangi meninggalkannya, dan begitu juga sahabat yang selalu berada di sampingnya sedari kecil. Kehilangan Halimah membuat Fuadi sangat amat tertekan. Tetapi dia tidak mau menjadikan itu sebagai alasan untuk terpuruk. Dia memutuskan untuk bangkit walaupun hanya sendiri. Hanya saja saat ini dia tidak tahu harus melakukan apa. Pencarian terakhir Fuadi menemukan hasil yang sangat menjelasakan semuanya, teman dekatnya Ikrab yang ternyata adalah pacar dari Nirmala. Bagaimana tidak, di depan matanya terlihat jelas saat hari itu di taman kota. Sedangkan saat ini juga sahabatnya Halimah mengatakan dengan sendirinya bahwa dia sudah berpcaran dengan Bima.

Masalah ini memberikan dampak besar bagi seorang Fuadi. Dalam beberapa hari ini dia terlihat sangat tidak kondusif dalam berbagai hal. Emosinya sangat tidak terkendali, begitu juga kehidupanya yang sangat tidak teratur. Biasanya ketika Fuadi tidak tahu ingin berbuat apa, dia memutuskan untuk menghubungi Halimah. Tapi lagi-lagi dia harus sadar bahwa semuanya sudah berbeda saat ini. Dia membayangkan bahwa betapa kejam dirinya terhadap Halimah. Mungkin dia benar, bahwa penyesalan terbesar Fuadi adalah pernah menyianyiakan Halimah. Mungkin saja tanpa status tidak masalah, tetapi jika engkau bersama orang baru, disitulah awal dari masalah.

Siang hari kemudian Fuadi memutuskan untuk mendatangi tempat buku lama yang biasa dia datangi dengan Halimah. Di tempat itu Fuadi bisa sejenak melupakan apa yang terjadi belakangan ini. Buku bagi Fuadi adalah tempat yang sangat indah untuk melampiaskan emosi. Bersama buku kita bebas berekspresi apa saja, sama seperti ketika kita sedang menulis cerita.

                                                                                           ***

Tempat buku itu terlihat sudah sangat sepi. Buku-buku di sana juga beberapa da yang sudah hancur termakan oleh rayap. Karena terlalu lama tidak tersentuh, pada akhirnya pengurailah yang memutuskan untuk menghancurkannya. Fuadi masuk ke tempat itu sendiri saja. Ketika sedang berjalan dia memutuskan untuk mengamati banyak sekali buku-buku. Pada mulanya dia mengamati buku sejarah-sejarah dunia. Banyak sekali karya-karya penulis lama yang ada di tempat tersebut. Tetapi sejarah tidak mampu membuat hati dari Fuadi bergejolak. Dia kemudian memutuskan untuk berpindah ke lantai atas.

Ketika sampai di lantai atas, persis di depan rak buku-buku tere liye berdiri seorang perempuan. Dia hanya sendiri dan sedang mencari buku-buku di sana. Kemudian setelah beberapa lama akhirnya Fuadi menyadari bahwa yang berada di sana adalah Aura. Sekedar mengingatkan, ketika Fuadi mencari tahu tentang Nirmala dan Ikrab, orang pertama yang dihubungi oleh Fuadi adalah Aura. Fuadi mengenal Aura dari teman lamanya. Dia mengatakan bahwa Aura adalah teman dari mereka. Dan disaat itulah Fuadi mengenal Aura.

"Suka karya-karya Tere Liye juga?" Fuadi mendekatinya sembari bertanya-tanya sekaligus menegurnya.

"Eh, Fuadi. Maaf saya tidak melihat tadi. Iyah benar saya suka dengan karya beliau." Aura sempat terkejut ketika tiba-tiba saja ada yang mengajaknya bicara. Namun semakin terkejut lagi saat tahu bahwa yang datang menyapanya adalah Fuadi.

"Wah baguslah. Memang buku apa yang sedang dicari saat ini?" Fuadi kembali menanyakan Aura. Dan kali ini dia berdiri lebih dekat dengan Aura.

"Saya sedang mencari buku Rembulan Tenggelam di Wajahmu." Aura kemudian menjawab pertanyaan Fuadi sembari memperbaiki posisi-posisi buku yang sedang dia acak-acak.

"Nih." Kemudian Fuadi menjulurkan tangannya. Dia saat itu memang sedang memegang buku tersebut. Buku itu adalah buku yang terakhir di pegang oleh Fuadi dan Halimah beberapa waktu lalu.

"Hah? Eh gapapa, saya masih bisa ambil yang lain." Aura kemudian merasa segan untuk mengambilnya karena merasa Fuadi masih membutuhkan buku tersebut.

"Tak apa. Sudah dibaca sampai habis. Ini mau dikembalikan." Fuadi kemudian meyakinkan Aura dengan ucapannya. Kemudian Aura memutuskan untuk mengambilnya dengan raut wajah yang setengah tidak enak hati. Tetapi lagi-lagi melihat wajah Fuadi yang tersenyum, Aura semakin yakin bahwa buku tersebut sangat dipersilahkan untuknya.

Percakapan Aura dan Fuadi tidak habis sampai di sini. Dia kemudian mengajak Aura untuk berkeliling melihat-lihat buku sekitar. Sejujurnya kesedihan Fuadi sedikit terobati oleh kehadiran Aura. Tetapi bagaimana mungkin secara tiba-tiba dia dapat menggantikan posisi dari Halimah. Bagaimanapun saat ini yang ada dalam pikirannya hanya tentang Halimah. Sepertinya tidak ada kata 'Nirmala' sedikitpun dalam otaknya saat ini.

Aura sebenarnya terlihat tidak menikmati perjalanan tersebut. Entah karena apa, tetapi wajah dari Aura sudah menjelaskan semuanya. Hanya saja dia berusaha untuk menghargai Fuadi yang sedang berbicara. Meskipun sebenarnya juga Aura tidak tahu apa yang sedang dikatakan oleh Fuadi. Didalam hatinya dia hanya menginginkan saat ini segera berakhir.

Sepanjang berjalan pikiran Aura sangat tidak focus. Dia terus membayangkan hal-hal yang sangat dia takuti. Hal yang sangat diketahui oleh Aura, tetapi belum disadari oleh Fuadi. Aura menyimpan banyak sekali rahasia, termasuk tentang Fuadi. Perempuan misterius yang selalu saja merasa takut bila sedang bersama Fuadi. Entah mengapa hal itu terjadi pada dirinya.

Setelah menempuh banyak sekali rak buku, melewati banyak sekali pengunjung-penugunjung lain, serta melewati banyak sekali buku-buku. Kemudian Fuadi berhenti, dia kemudian ingin menanyakan sesuatu kepada Aura. Namun disaat itu juga Aura sengaja segera untuk mengucapkan sesuatu agar Fuadi tertahan dalam berkata. Dan itu berhasil, Fuadi mempersilahkan Aura untuk berbicara terlebih dahulu.

"Sepertinya saya harus kembali ke rumah. Saya takut orang rumah khawatir. Terima kasih dan maaf atas hari ini ya." Aura langsung bergegas untuk berpamitan dengan Fuadi Tanpa bersalaman kemudian Aura memutuskan untuk langsung pergi walaupun belum ada jawaban dari Fuadi.

Fuadi kemudian tersenyum kepada Aura. Dia terlihat sangat terburu-buru, itu membuat Fuadi tidak jadi menanyakannya kepada Aura. Padahal saat itu rasanya Fuadi ingin menanyakan kapan buku yang dia pinjamkan akan dikembalikan. Pasalnya memang nama yang tertera di dalam kartu peminjaman adalah Fuadi bukan Aura. Terlebih lagi Fuadi tidak tahu dia darimana dan tidak menemukan cara untuk menghubunginya. Sepertinya itu juga bisa petaka untuk dirinya.

Fuadi hanya mengelus dada sembari membuat raut wajah yang pasrah dengan keadaan. Sepertinya dia ragu-ragu untuk keluar, karena dia tahu akan ditanyakan mengambil buku apa. Hal itu kemudian membuat Fuadi menepuk jidat, dan memikirkan bagaimana caranya untuk kabur. Akhirnya Fuadi menemukan cara yaitu dengan menggunakan pintu keluar darurat yang mengarah langsung ke belakang dari toko.

Fuadi kemudian berhasil keluar dari toko tersebut dengan aman. Sampai tiba-tiba dia bertemu dengan Bima yang sedang melewati belakang toko tersebut. Bima yang daritadi menyadari kelakuan dari Fuadi hanya terdiam, sayangnya ketika benar-benar berada di depannya, mereka berdua hanya diam dan tidak saling tegur sapa.

Cinta Dalam CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang