Bab 3 : Bertemu Sang Pemilik Masa Lalu

103 22 5
                                    

Laju Bima dipaksa sekencang mungkin agar cepat dalam mancapai tujuan. Halimah sangat terkejut karena pertama kali selama dia kenal Fuadi, pertama kalinya dia melihat Fuadi dengan amarah yang sangat menggebu-gebu dan emosi yang sangat tidak stabil. Sepanjang perjalanan Fuadi dengan nada tinggi memaksa Bima untuk berkali-kali menambah kecepatan mobilnya. Bima menilik kecepatan mobilnya itu, dan ternyata berada di angka 150 kilometer perjam. Detak jantung Halimah seperti sedang diuji ketika menunggangi mobil dengan kecepatan itu.

Beberapa waktu lalu mereka mencari jawaban atas pertanyaan yang mengganggu pikiran mereka. Ketika Novi menceritakan semua yang telah terjadi kepada mereka, Fuadi secara tidak sadar terpancing emosinya. Dan ketika Novi selesai menceritakan hal tersebut, Fuadi dengan bergegas mengajak Nirmala untuk bertemu secara paksa dalam waktu dekat. Nirmala menerima ajakan tersebut dengan tanpa paksaan sedikitpun. Untuk Nirmala hal seperti ini sangat membantunya agar dapat memperbaiki komunikasi dengan Fuadi. Tetapi, Nirmala tidak mengetahui bahwa alasan Fuadi mengajaknya bertemu guna memaksa untuk menjelaskan apa yang diucapkan oleh Novi. Setelah mendengarkan Novi bercerita, pikiran Fuadi mulai menuduh-nuduh hal liar. Ketika emosi mendahului akal, maka segala yang benar akan salah.

Ketika sampai di tempat yang dijanjikan Fuadi langsung turun mendahului Bima dan Halimah. Dia bergegas masuk ke tempat tersebut. Mereka bertemu di kafe tempat mereka awal saling mengenal, berpacaran, dan kencan. Namun, ketika berpisah kafe ini gagal menjadi saksinya. Selepas Fuadi memasuki kafe tersebut, dia langsung menuju ke tempat duduk Nirmala yang sudah dia ketahui sebelum dia masuk ke kafe.

Ketika sampai dengan nafas yang tidak teratur dan dengan raut wajah yang tidak tersenyum seperti biasanya, Fuadi langsung melontarkan tuduhan-tuduhan yang baru saja dia dapatkan dari Novi.

"Hai Fu, Apa kabar?" Tanya Nirmala ketika melihat Fuadi datang menghampiri ke arahnya.

"Jelaskan dengan siapa engkau berselingkuh dan kenapa?" Tanya Fuadi dengan nada tajam dan memasang raut wajah yang tidak ramah. Disamping itu dari arah belakang Nirmala terlihat Halimah dan Bima sedang berjalan dengan santai. Rupanya mereka sengaja bersantai karena mengerti bahwa Fuadi hanya akan marah melalui ucapan dan tidak akan bertindak yang macam-macam.

"Selingkuh bagaimana? Tuduhan apa yang engkau lemparkan kepadaku?" Tanya kembali Nirmala ketika dituduh oleh sang mantan. Dengan raut wajah terkejut Nirmala termenung dalam diam memikirkan ucapan dari Fuadi. Seperti layaknya orang pada umumnya, ketika mendapatkan tuduhan begitu saja akan terasa mengejutkan. Dan rautnya seperti menahan rasa kecewa.

"Tidak perlu mengelak, baiknya kau mengaku saja!" Tegas Fuadi dengan penyampaiannya yang sedikit memaksa. Kali ini Bima dan Halimah sudah duduk di sebuah sofa Panjang. Mereka berdua duduk di samping kiri Fuadi, sedangkan Nirmala duduk seorang diri.

"Engkau ini bagaimana? Melemparkan tuduhan tanpa membawa bukti. Dimana-mana bila ingin menuduh, bawalah barang bukti. Bagaimana mungkin yang dituduh harus membuktikan." Jawab Nirmala yang mulai meninggikan kembali nada bicaranya.

"Ah, sudahlah. Terbuka niat engkau untuk mengajak bertemu. Niat baik ku untuk menjalin komunikasi yang baik, tapi engkau dengan teganya menuduh sedemikian kejamnya. Sekarang aku ingin kembali dan beristirahat. Silahkan buktikan ucapan engkau bila yakin, dan jangan lupa untuk tetap menjaga etika dan sopan santun ketika bertemu. Terima kasih." Ucapan Nirmala sebelum memutuskan untuk pergi. Setelah berbicara dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.

Sedangkan di sisi lain, Fuadi hanya terdiam memikirkan segala tindakannya barusan. Hal yang dilihat oleh Nirmala, Bima dan Halimah sangat terlihat seperti bukan Fuadi. Fu yang mereka kenal sangat memiliki ciri penyabar dan bijaksana. Tapi semua itu hilang semenjak dia mengetahui bahwa Nirmala selingkuh ketika berada di rantau kota.

Nirmala tentu saja kecewa dengan apa yang terjadi. Dengan tujuan yang baik, dia menerima ajakkan dari Fuadi untuk bertemu. Tapi sayangnya semuanya berjalan tidak sesuai yang diharapkan. Jangankan menaruh harap yang lebih, bahkan sapa singkatnya di awal, yang menanyakan kabar pun tak enggan dapat jawaban. Sempat berpikir untuk banyak bicara mengenai masa-masa bahagia dulu. Namun, yang terjadi berkata lain. Dengan datang tanpa basa-basi Fuadi melontarkan tuduhan itu.

Nuansa perjalanan pulang terasa tidak mengenakkan bagi Nirmala. Sepanjang jalan yang dia tempuh, langit yang dia tatap, dan orang-orang yang berpapasan. Semuanya hanya terasa hampa. Tentu saja siapa yang tidak sakit hati, jika dirinya diberikan tuduhan yang semenah-menah, dengan tanpa bukti yang jelas, hanya berlandaskan 'katanya' saja.

Suasana itu sama juga dirasakan oleh Fuadi, Halimah, dan Bima. Mereka bertiga sepanjang perjalanan hanya diam. Masih dengan formasi yang sama, Halimah dengan Bima di depan, dan Fuadi dibelakang. Bima memulai rasa penasarannya dengan memberikan tanda kepada Halimah. Halimah menyadari itu, dan memberikan balasan secara tersirat melalui gerakan mata. Jika diterjemahkan mungkin Bima hendak bertanya dengan apa yang harus dia lakukan. Namun dengan pesan tersirat Halimah, Bima mengurungkan niatnya. Halimah menyuruhnya untuk hanya diam saja sementara waktu.

Pada akhirnya diam itu menghiasi perjalanan. Hanya beberapa menit dari tempat mereka berangkat, akhirnya mereka tiba di rumah Fuadi. Fuadi dengan raut wajah lesuh beranjak keluar mobil. Ketika sudah turun, dia menuju ke pintu dean mobil. Dengan nada lesuhnya dia berkata, "Terima kasih banyak sudah menemani hari ini." dan tidak lama perkataan itu langsung disambut senyuman dari Bima. Halimah menanggapi juga perkataan Fuadi, "Jika merasa tak enak dipikiran, maka renungkanlah dahulu. Sebaik apapun cara engkau menyelesaikan masalah lampau, jika saat ini amarah sudah memenuhi hati, maka berhentilah bertindak sejenak Fu. Dan jangan enggan untuk meminta bantuan kita." Halimah menuturkan kalimat yang mungkin saja bisa membuat perasaan Fuadi menjadi lebih terkendali.

Tidak lama dari itu, mereka berdua meninggalkan Fuadi. Mobil Bima beranjak pergi. Fuadi mengamati keadaan sekitar, namun menjadi salah tanggap saat ternyata mobil Bima tidak berhenti di rumah Halimah. Perasaan lusuhnya kini berubah menjadi penasaran sekaligus kesal. Dalam hatinya dia berpikir, "Bagaimana mungkin mereka pergi dengan tidak mengajakku.". Dengan amarah yang masih memenuhi isi kepala, kemudian dia memasuki rumahnya.

Ketika sudah memasuki kamarnya, kemudian dia membaringkan diri ke atas kasur. Dengan banyak pertanyaan yang memenuhi isi kepala, rasanya kepala itu ingin meledak. Bagaimana bisa, rasanya tadi semua berjalan biasa saja. Namun, pernyataan Novi membuat segala hal mengenai Halimah dan Nirmala menjadi sensitif. Bahkan setelah lama, dia baru menyadari bahwa kehadiran Halimah sangat dibutuhkan dihidupnya. Itulah mengapa Fuadi tidak rela jika Bima terlalu mendekati Halimah.

Dan memang, sesuatu yang ada, akan mulai terasa kehilangannya, bila dia memutuskan untuk pergi. Dan meninggalkannya, adalah satu keputusan yang terbodoh dalam hidup. Kelak, tak akan pernah ada orang yang akan menjadi dia seutuhnya. Jika ada, dia tetap orang yang berbeda.

Cinta Dalam CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang