Bab 22 : Percakapan Serius

75 14 1
                                    

Rasa senang menguasai perasaan Fuadi saat ini. Dengan kehadiran Aura di sampingnya, dia menjadi berbeda. Ketika saat-saat bersama Halimah mulai tergantikan hari demi hari. Dengan masih dibawah pengaruh Nirmala dan Ikrab, Aura membuat Fuadi sedikit lebih terkendali.

Kali ini ditepian sungai kembali Fuadi merenungi. Di tangannya terlihat jelas gelang yang diberikan Aura untuk dirinya. Dalam benaknya Fuadi masih berpikir, 'mengapa gelang seindah ini dia berikan kepadaku?' pikirnya dalam hati. "Apa maksudnya semua ini?"

Kemudian terbesit dipikiran Fuadi untuk menemui Aura. Rasanya sudah sekitar seminggu ini mereka tidak bertemu, semenjak gelang ini diberikan untuk dirinya. Dia kemudian berencana untuk menemui Aura di tepian sungai ini. Biasanya Aura memang singgah kemari sejenak, namun sudah seminggu tidak singgah.

Fuadi terbangun dalam lamunannya, kemudian bersiap-siap untuk mengunjungi Aura. Dia mengenakan pakaian yang rapih. Fuadi sangat terlihat menawan ketika berpakaian seperti itu. Hal itu jelas membuat Aura semakin jatuh hati pada dirinya. Ketika sudah siap untuk berangkat, dia tidak lupa untuk membawakan sesuatu. Fuadi membawakan makanan yang dia masak sendiri. Fuadi memang pandai memasak, dan Aura sangat menyukai masakannya.

Perjalanan yang panjang untuk mencapai kediaman Aura. Dalam perjalanan Fuadi melihat sepasang kekasih tengah bergandengan tangan, yang ada dibenaknya hanyalah saat-saat bersama Nirmala dahulu. Saat sebelum banyak hal terjadi, menurutnya Nirmala adalah salah satu peranan penting dalam hidupnya, sehingga kepergiannya tidak bisa dia terima begitu saja walaupun faktanya menyakitkan.

Ketika sampai di kediaman Aura, Fuadi langsung saja mengetuk pintu rumah Aura. Keluarlah perempuan cantik dari rumah itu, dengan pakaian rumah yang dia kenakan rasanya aura keindahan sangat terpancar. Fuadi hanya terdiam awal, kemudian Aura membuyarkan lamunannya. "Ah, Fu. Ada apa engkau kemari?" Aura membuyarkan lamunan Fuadi, dia terdengar sedikit tergesa-gesa mengatakan itu. "Hanya berkunjung. Apakah engkau sedang sibuk? Maaf bila kehadiranku mengganggu waktu istirahat." Fuadi langsung saja menjawab itu. Kali ini Fuadi sedikit menjelaskan maksudnya kemari, hanya saja dia tak enak hati jika harus menganggu waktu istirahat Aura. "Jangan berpikir demikian Fu, tak mungkin kehadiran engkau mengganggu waktuku." Aura kemudian meluruskan pikiran Fuadi yang semula melayang-layang karena rasa tak enak hatinya.

"Mari masuk, mengapa lah di luar saja." Aura mengajak Fuadi memasuki rumahnya.

"Tak apa, rencanaku hanya singgah saja. Maukah engkau bila kita berkunjung ke tepi sungai?" Fuadi menolak ajakan dari Aura, namun dia menjelaskan bahwa dirinya hanya ingin mengajak Aura keluar.

"Ah, tepi sungai yah." Aura kehilangan kendali atas diri. Dia memberikan tanggapan yang mengejutkan. Biasanya jika Fuadi mengajak, dia langsung mau. Tetapi saat ini tidak, dia memberikan tanggapan seolah ini adalah hal yang baru baginya.

"Kenapa?" Tanggapan dari Aura membuat Fuadi penasaran.

"Tak apa, baiklah sejenak engkau tunggu. Aku ingin bersiap-siap dahulu." Tak lama Aura kemudian menyetujui ajakan Fuadi.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Aura keluar dengan pakaian yang lebih layak untuk digunakan di luar ruangan. Fuadi memang selalu tidak menduga pakaian yang akan dikenakan Aura, sebab dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda-beda. Namun pakaiannya kali ini sangat indah, dia memang layak menggunakan banyak pakaian karena keindahan akan selalu melekat padanya.

Mereka berdua berangkat menuju tepi sungai. Perjalanan yang mengasyikkan bagi mereka berdua, dengan balutan canda dan tawa yang dilontarkan oleh Fuadi. Aura bisa saja tertawa ketika mendengarkan candaan dari Fuadi, namun kali ini ada yang berbeda dengan tawanya. Tawa Aura tidak selepas biasanya, hanya saja Fuadi tidak menyadari itu.

Perjalanan mereka berdua yang sangat mengasyikkan ternyata sedikit membawa kebuntuan. Dari arah yang berlawanan Ikrab dan Nirmala sepintas melihat mereka berdua. Ikrab dan Nirmala menyadari hal itu, tetapi tetap melanjutkan perjalanan mereka, entah kemana yang dituju. Sedangkan Fuadi dan Aura masih saja tertawa tidak menyadari siapa yang baru saja melihat mereka.

Ketika sampai di tepian sungai, mereka berdua kemudian duduk di tepian itu. Aura dalam perjalanan melihat Fuadi masih mengenakkan pemberiannya, dan itu membuat hatinya senang sekaligus khawatir. Namun dia tidak mau mengambil kembali apa yang sudah dia berikan.

"Mengapa engkau diam saja?" Fuadi membuyarkan lamunan dari Aura. Aura yang terkejut mendengar itu langsung membantah Fuadi. "Siapa yang diam? Kita berdua baru saja sampai." Aura membantah hal tersebut. "Ah benar juga. Lalu setelah kita sampai, apa engkau punya saran untuk hal yang akan kita lakukan kedepannya?" Fuadi mengajukan pertanyaan kepada Aura, hanya saja pertanyaan itu ditanggapi secara berbeda oleh Aura. "Hah? Kedepannya gimana maksud kamu?" Aura lepas kendali lagi, kali ini dirinya menyebut Fuadi dengan kata 'kamu'. Hal yang tentu saja membawa rasa penasaran dalam diri Fuadi. Dalam benak Aura, Fuadi bertanya mengenai kepastian hubungan mereka berdua, sedangkan yang dimaksud Fuadi bukan itu.

Fuadi kali ini merasa ada sesuatu yang terjadi dari Aura. Dia merasa Aura berbeda sekali menanggapi pertanyaanya. Menurutnya Aura tidak biasa menggunakan kamu, kecuali saat pertama kali mereka berdua bertemu. Fuadi tentu bertanya-tanya, dan kembali memperjelas pertanyaanya.

"Iyah, kita berdua di sini. Biasanya engkau bersemangat dengan ide-ide yang tak pernah usai itu. Apa menurut engkau hal yang menarik untuk dilakukan saat ini?" Fuadi membesarkan nada bicaranya seolah dia kesal dengan reaksi dari Aura.

"Memangnya ada apa sih? Rasanya sedari tadi seperti ada yang berbeda," Fuadi kembali menanyakan kepada Aura.

Aura tidak menjawab pertanyaan Fuadi. Dia merasa pertanyaan Fuadi terlalu memojokkan dirinya. Memang benar ada sesuatu yang terjadi kepada Aura selama seminggu itu. Hanya saja dia tidak ingin menceritakannya kepada Fuadi.

"Itu hanya menurut engkau saja Fu. Tidak ada apa-apa." Aura akhirnya menjawab pertanyaan Fuadi dengan nada bicara yang datar saja.

Fuadi tahu bahwa dia hanya berbohong. Fuadi tidak mau menekan Aura untuk berbicara, hanya saja dirinya penasaran dengan apa yang terjadi.

"Baiklah kalau begitu, ada yang ingin aku katakan." Fuadi kemudian mengabaikan hal tersebut. Kali ini dia mengubahnya ke arah yang lain.

Aura terdiam ketika Fuadi mengatakan seperti itu. Dia khawatir bahwa yang akan dikatakan oleh Fuadi adalah hal yang tidak dia inginkan. Rasanya Aura berada dalam rasa yang sangat tertekan. Dirinya terlalu menyimpan banyak sekali masalah. Mentalnya terganggu karena banyaknya masalah yang menimpanya belakangan ini.

Dengan mengembuskan nafas panjang, akhirnya Aura siap mendengarkan. "Baiklah, katakana saja apa yang ingin kau katakana, Fu." Aura mengubah pandangannya yang semula merunduk menjadi lurus. Lurus menatap ke arah sungai. Dia siap mendengarkan apa saja yang akan dikatakan oleh Fuadi, dan dia juga siap membantah apabila hal yang tidak dia inginkan terjadi.

Cinta Dalam CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang