9. Benar benar melepaskannya.

7.4K 545 5
                                    

Sungguh jatuh cinta itu sangat sangat sakit...

Apa, rasanya memang seperti ini?..

Aku yang salah, karna terlalu berharap...

Harapan yang aku tahu tidak akan terwujud...

Kami berbeda bagai bulan yang mengharapkan matahari...

Tidak akan pernah bertemu, tidak akan pernah bersatu...

Mustahil, mungkin itulah kata yang  pas untukku dan dia..

****

Aku sakit benar benar sakit melihat keakraban mereka, yah aku melihat mereka siapa lagi kalau bukan Kak Rangga dan Bianka, tidak terasa sudah satu tahun lamanya, tapi bodohnya aku, masi mencintainya.

Beberapa hari yang lalu juga aku melihat keakrapan mereka di sebuah Toko buku.

Aku juga secara tidak sengaja melihat Bianka, mencium pipi kak Rangga, tampa malu menjadi pusat perhatian kak Rangga  juga tidak protes malah tersenyum manis mengacak rambut Bianka, penuh sayang, tidak lupa mencubit kedua pipinya gemes dan di akhiri tawa lepas oleh keduanya.

Begitu pun saat ini, aku tengah di warung bubur ayam lapar karna sedari tadi lari keliling Monas, mengikuti obsesi terbesar kak Jasmien gadis asli keturunan Turki gadis itu sangat cantik tidak berbeda jauh dengan kak Aira dengan hijab mereka masing masing, waktu aku pertama kali bertemu mereka aku kira mereka bidadari cantik sekali.

Yah akhirnya setelah lima tahun pergi kak Aira kembali pulang keindonesia.

Aku sangat merindukannya, aku juga sudah menceritakan semuanya pada kak Aira tentangku dan kak Rangga.

Bukan rahasia lagi di rumah kalau aku sangat menyukai anak tetanggaku itu, bahkan Bapak dan Ibu juga mengetahuinya.

Kak Aira meyakinkanku bahwa semuanya akan baik baik saja buktinya dunia tidak kiamat, saat aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya benar benar melepaskannya.

Aku tertawa lepas, mendengar istilanya, tapi juga menangis secara bersamaan semuanya benar benar berakhir, aku menyerah.

***

Aku masi memperhatikan Kak Rangga, memakan  bubur ayamnya dengan lahap bersama, Bianka sambil bersendah gurau, sehabis olahraga bersama.

"Hmmm..." , desahku kuat, untuk sekian kalinya kak Aira  mengalihkan pandangannya kearahku begitupun dengan kak Jasmien.

"Kakak juga melihatnya yah?", tanyaku lemah yang di balas dengan anggukan olehnya,wajah kak jasmien mengkerut tanda tidak mengerti.

"Raniah sudah menyerah Mbak, dari beberapa hari yang lalu", bahkan satu tahun yang lalu, tambahku dalam hati.

"Raniah saja yang keras kepala, tidak mau menerima kenyaraan untuk segera nelepaskanya, dan Raniah juga tahu posisi Raniah dan kak Rangga berbeda jauh", curhatku yang seketika itu juga kak Aira membawaku kedalam pelukannya, diikuti kak Jasmien  kami bertiga berpelukan, mengindahkan tatapan orang orang yang sejak tadi memperhatikan kami, aku rasa memperhatikan kak Aira dan kak Jasmien, yang tampak luarbias dengan hijab mereka masing masing, terutama para kaum Adam.

Mereka seakan memberiku kekuatan, bahwa semuanya tidak apa apa, aku tidak sendiri, ada mereka yang masi menyayangiku, aku terharu, tidak terasa air mataku jatuh, tapi segerah aku hapus, tapi tampa sengaja pandanganku terkunci oleh pandangan kak Rangga, sejak kapan kak Rangga mengetahui kalau aku ada di sini?.

Tapi suara kak Jasmin mengagetkanku dari keterpakuanku oleh tatapan kak Rangga, segerah saja aku mengalihkan perhatianku pada kak Jasmien.

"Raniah, kak Jasmien punya saudara laki laki, di Turki, namamya Maher, dia baru lulus S1 tahun ini, apa kamu mau kakak jodohkan dengannya?, kami tidak menilai dari kasta, yang terpenting kami nyaman dengannya".

Raniah Hanum Suparman 2 {Story 8}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang