P.o.v. Rangga.
Momo, gantunga kunci ajaib pemberiannya, dia si gadis kecil ku yang jenius sudah menjelma menjadi wanita dewasa dengan segala pesonanya, sangat cantik, apa lagi dengan Hijabnya.
Apa dia masih mengenaliku?, atau kah dia sudah melupakanku?.
Mengingat semua pertemuan kami, akhir akhir ini dengan dia yang selalu mengacuhkanku, bahkan terkesan menghindaraku.
Jika kami bertemu dia hanya menganggapku sebagai atasannya, tidak lebih!.
Saat ini aku tengah membuka kotak penyimpanan yang aku buat khusus untuk gantungan kunci pemberiannya, kotak pegendap suara, mengingat kelakuannya yang sangat luar biasa.
Aku mengeluarkannya dari kotaknya, menelitinya, entah terbuat apa gantungan kunci ini?, kadang aku ingin membongkarnya atau sekedar memperlihatkannya pada seorang ahli teknologi tapi aku sering mengurungkan niatku itu, takut gantungan kunci pemberiannya tidak berfungsi lagi, rusak.
Monyet kecil, seperti dirinya yang pecicilan, semaunya, ganjen, tidak tahu malu, tidak gampang menyerah!, ceriah, penuh semangat, dan satu lagi Jenius, mengingat itu, mau tidak mau sebuah senyuman terukir di bibirku.
"Konyol..", gumamku menertawakan diriku sendiri.
"Hey.., apa kabar?, apa kau masih mengingatku?, maaf aku baru mengaktifkannya..", kataku, mendekatkan gantungan kunci pemberiannya pada wajahku, seakan aku bisa bicara dengannya.
"Kau masih ingat saat kau mengucapkan kata suka padaku?, mungkin saat itu umurmu baru beberapa tahun, 8 atau 9, tahun..", tambahku mengingat ngingat.
"Kau tahu apa reaksiku saat kau menyatakan perasaanmu..?, takut!, yah aku takut kepadamu.., melihatmu saja beberapa meter dariku membuatku berlari terbirit birit..", jeda sejenak.
Aku tersenyum mengingat kekonyolanku saat itu.
"Kau tahu saat kau masuk sekolah yang sama denganku, aku merasakan duniaku yang tenang sebentar lagi akan terusik dengan kemunculanmu.., saat itu kau sering menyelipkan surat cinta pada lokerku, setiap hari!, aku tahu itu kamu, membuatku bosan, surat dengan inti yang sama, kau menyukaiku!, apa reaksiku?, marah karna menurutku tidak sepantasnya seorang perempuan menyatakan cintanya pada seorang laki laki, karna seorang gadis tugasnya hanya menunggu, saat seorang laki laki datang kepadanya, mengatakan cintanya, mengungkapkan apa yang dia rasakan pada sang gadis, tidak peduli apa jawabannya, ya atau pun tidak, tapi kelakuanmu itu membuatku terbiasa, terbiasa dengan kata kata cintamu, membuatku biasa biasa saja dengan kata katamu itu", kataku lagi bercerita panjang lebar.
"Mungkin aku sudah gila karna berbicara sendiri, haha... biar lah, aku hanya tidak tahu harus melakukan apa, oia kau tahu kenapa gantungan kunci ini tidak perna aktif?, itu karna aku perna mendengarmu bercerita melalui gantungan kunci ini Momo, namanya Momo bukan?, kau bercerita di tengah malam buta, jujur aku belum tidur saat itu, kau mengutarakan rasamu lagi padaku, mengatakan kau menyerah dengan segalanya, membuat hatiku sedikit merasakan rasa kehilangan, walaupun kamu menjengkelkan dan selalu memperburuk hari hariku...".
****
P.o.v . Raniah.
"Patah hati membuatmu, memandang enteng urusan cinta..", kata kata Hamdam tadi terus tergiang giang di benakku.
Aku menjatuhkan tubuhku di kasur, setelah sholat Isyah, dan mengantarkan Aisyah pulang kerumahnya, karna sepulang dari Restoran dia terus merengek minta pulang, membuat aku dan Mas Hamdam dengan terpaksa memulangkannya.
"Benar, semua telah merubah segalanya..", gummku pelan menutup mataku getir.
Entah dorongan dari mana aku bangkit dari tidur tiduranku, melangkah keruang kerjaku, ingin mengambil sebuah kotak yang tertulis "Kenangannya", yang sudah lama tidak aku sentuh, di sebuah lemari yang aku khususkan, menyimpan barang barang semasa kecilku sampai SMA, bergabung dengan semua barang barang pemberian seorang yang mencoba dekat dengan ku, tapi di sana yang paling berkenan adalah sebuah kotak kecil yang khusus aku buat untuknya, bergabung dengan kaos futsalnya, faforitku, dengan namanya yang tertulis dengan manis di punggungnya.
Banyak debu tebal di atas kotak penyimpanan ku, dan berbagai sisih sisihnya, memang aku tidak ingin membukanya, karna aku tidak ingin masah lalu, yang hanya bisa di kenang itu menyeruak lagi dalam ingatanku, kenangan yang membuatku hanya bisa mengeluarkan cairan bening di kedua bola mataku, menyesakkan dada.
Aku juga melarang Ibu, Bapak, dan yang lainnya membukanya.
"Berhasil..", gumamku setelah mendapatkan kotaknya, dari sekian banyak kotak di dalamnya.
Sempat juga aku menemukan sebuah kotak kecil pemberian Zidan, teman sekelasku sewaktu di SMA, seorang yang mati matian menyukaiku, tapi sayang bagaimanapun aku berusaha menyukainya, aku tidak bisa, Zidan seorang yang sangat baik, terlalu baik menurutku, ceria, dan humoris.
Tapi bagaimana pun dia aku tidak bisa, membuatnya sakit, hingga memutuskan untuk pergi dariku, entah kemana.
Membuatku berpikir mungkin itu yang di rasakan Kak Rangga padaku.
"Hmm..", aku menghela nafasku, mengingat semua itu.
"Semoga kau mendapatkan yang terbaik dariku Zidan..", gumamku tulus.
Aku membuka kotak itu perlahan, memperlihatkan, sebuah gantungan kunci, seekor Monyet laki laki kecil yang aku beri nama Mopy, gantungan kunci yang pasangan perempuannya di pegang oleh kak Rangga.
Aku kembali kekamarku, merebah kan tubuhku kembali di sana, memandagi Mopy, setelah sekian lamanya aku simpan rapat rapat, dan mencoba menguburkan kenangannya, tapi sayang setelah melihatnya kembali, kenangan itu dengan sendirinya muncul kepermukaan.
Dengan iseng aku menekan tombol otomatisnya, walaupun aku tahu itu akan sia sia, tidak akan ada reaksi di ujung sana.
Lama aku memandangnya, menyelami masah laluku dengannya, aku bersiap menon aktifakannya, suara di seberang sana membuatku terpaku, kaget.
Aku mendengar suara kak Rangga di seberang sana, dia masi menyimpannya, dan menyuarakan isi hatinya di sana, membuat emosiku menjadi campur aduk, apa lagi dia mendengar ungkapan hatiku dulu, membuakku malu, dan bersalah, atas apa yang aku lakukan dulu.
Tapi aku tidak menyesali semua itu, aku menganggapnya sebuah pelajaran hidup yang akan aku kenan di masa tua nanti, dan mungkin saja menjadikannya sebuah dongeng untuk anak dan cucuku nanti, "ah aku mulai ngaur..".
Kak Rangga terdiam lama di seberang sana membuatku mati matian menahan diriku, untuk membalas kata katanya.
"Selamat tidur perih kecilku yang telah menjelma menjadi bidadari yang cantik, semoga mimpi indah..", katanya mengakhiri pembicaraannya, pembicaraan sepihaknya.
Setelahnya hampa, tidak ada suara yang aku dengar, pertanda dia telah menyimpang Momo pada kotaknya, kota khusus yang di buatnya sesuai dengan perkataannya tadi.
"Selamat tidur pangeran kecilku, semoga mimpi
indah...", jawabku, di tengah kesunyian malam, memeluk Mupy, mencoba terlelap, bertemu dengannya di alam mimpi, tidak mengubris cairan bening yang entah sejak kapan menggenang di pelupuk mataku.****
hoho... komentarnya mana...??
#PelukSayang semuanya, tidak terasa udah mau puasa ya hihi..
nggak janji kapan mau posting lagi.
6:5662015.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raniah Hanum Suparman 2 {Story 8}
RomanceAku adalah Raniah Hanum Suparman, Anak dari sepasang Supir dan pembantu, Rumah Tangga, Aku Tidak perna Malu ataupun Minder atas caci maki Teman seangkatanku di sekolah, yang mengataiku hanya anak supir dan pembantu, Mereka yang Notabenenya adalah an...