11. Pergi.

7.6K 611 7
                                    

Ada yang suka dengan ceritaku yang ini?.

Tinggalkan jejak kalau iya, agar aku juga semangat nulisnya.

kalau tidak seikhlasnya sajalah hehe..

#kalimat menggantung kira kira apayah?, mengancam, OMG.

***

Dia pergi benar benar pergi, Momo juga tidak pernah ada respon apa apa, dia sudah tidak memakainya atau rusak, diculik?, "oh Tuhan!!, aku harus menggantinya degan yang baru!!", teriakku dalam hati.

"Tapi bagaimana dia sudah pergi!!", gumamku lesu.

Kemarin aku melihat beberapa Truk pengangkut barang keluar masuk rumahnya, mereka pindah, karna merasa penasaran aku menelefon pembantu rumah tangganya, Kak asih, menurutnya, dan katanya, Tuan, Nyonya dan Tuan Mudanya, memutuskan pindah kejerman, mengurus perusahaan mereka di sana.

Kak Asih, juga sedang mencari cari Nyonya baru, karna otomatis dia di berhentikan, bersama pegawai rumah tangga lainnya.

Saat aku menanyakan kapan mereka akan kembali?,  dia sedikit terdiam, dan bersuara lagi, mungkin kak Asih menyadari kesedihanku, karna kak Asih sudah menganggapku seperti adiknya sendiri, yang berada di kampung.

"Mungkin mereka tidak akan kembali lagi Raniah, yang sabar yah sayang..", katanya menenangkanku, seketika itu juga aku memutuskan sambungan telfon, aku tidak sanggup mendengar perkataan kak Asih, selanjutnya.

Pertahananku runtuh aku menangis sejadi jadinya, semua sugestiku, beberapa waktu yang lalu untuk melupakan, dan mengindahkannya, menguap entah kemana aku hancur, hancur sehancur hancurnya.

Aku tidak sadar, aku tertidur dua jam karna lelah menangis, kalau saja Ibu tidak mengetuk pintu kamarku, dengan kencang, membangunkanku dan mengatahan "Nduk, Aldi, kakak Andin menjemputku".

Andin sudah menelefonku tadi, mengatakan dua jam lagi kakaknya akan menjemputku, kebetulan dia ada sedikit urusan di derah, sekitar kompleks ku jadi sekalian dia menjemputku, sekalian juga pulang kerumahnya.

Kami akan mengerjakan tugas osis, membantu ketua osis yang baru, karna aku sudah menyerahkan jabatanku kepada, anak kelas dua yang baru naik kelas, karna aku sudah naik kekelas tiga, fokus pada ujian nasional.

Yah, sewaktu kelas dua aku menjadi ketua osis di sekolahku, menggantikan Andin.

Aku akan berdiskusi dengannya, tentang tempat mana mana saja yang bagus untuk di akan ajukan profosal, untuk  menggalangan dana untuk korban banjir, dan lonssor.

Setelaha barsiap siap, memakai sedikit bedak dan mengoleskan lipglos berwarna ping pada bibirku yang sedikit pucat, memberi kesan segarkan pada mukaku, tidak lupa memakai kaca mata yang sedikit gelap, apa lagi?, untuk menyamarkan mataku yang sembab, setelah yakin dengan penampilanku, segera aku menemui kak Aldi, yang duduk manis di teras rumah, di temani Bapak.

Kami pamit dengan Ibu dan Bapak, aku mencium tangan keduanya begitupun dengan kak Aldi, kami segera meleset keluar.

Karna kak Aldi yang menggunakan motor gede dengan terpaksa aku memegang sisi jaketnya dengan erat takut jatuh, mungkin kalau orang melihat kami dari sisi manapun seakan aku memeluk kak Aldi.

Keluar dari gerbang, dan secara tidak sengaja kami berpapasan dengan mobil yang mungkin mengantarkan kak Rangga dengan keluarga menuju Bandara, benar benar pergi meninggalkanku! dan tidak akan kembali lagi.

Aku tidak kuat melihat kepergiannya, jadi dengan tidak tahu malunya, aku memeluk kak Aldi dari belakang, erat, menyembunyikan wajahku yang mengeluarkan airmata.

Setelah yakin mobil kak Rangga melaju duluan, seketika itu erangan kesakitanku muncul, aku menangis sesenggukan, aku merasakan badan Aldi menegang.

"Kakak jalan saja aku tidak apa apa..", kataku meyakinkan.

Kak Aldi segera melajukan Motornya dengan kecepatan tinggi dan berhenti di lampu merah.

Aku melihat kearah sampingku, melihat dengan jelas wajah yang ada di dalam mobil tepat di sampingku, kak Rangga, kami bertatapan, beberapa lama, aku tidak bisa melihat tatapannya dengan jelas karna kaca mobil menghalangi kami, untungnya juga aku sudah menghapus air mataku tadi, kurasa lampu sudah menjadi kuning karna kak Aldi mengendarai Motornya pelan palan, meninggalkan mobil kak Rangga, dan melaju kencang membelah jalan.

Aku terus memandangi mobil yang di tumpangi Kak Rangga dan keluarga sampai tidak terlihat lagi, dadaku sangat sesak, sangat.

Aku tidak baisa lagi melihatnya selamat jalan kak Rangga, selamat tinggal, racauku kalut, dalam hati memeluk dengan erat kak Aldi, menyembunyikan tangisku kuat kuat.

***

Jejakkk...!!

#Nyolot.

hehehe...

Raniah Hanum Suparman 2 {Story 8}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang