14. Aku kembali.

8.5K 649 9
                                    

Di mata kamu...

kamu di dalam pikiranku...

cinta tidak dapat tenggelam
bahkan jika kita terpisah jauh bahkan jika kita
tersembunyi...

cinta kamu...

kerinduan yang telah di sapuh angin...

saya berharap membawa perasaan saya kepada kamu...

****

"Aku kembali..", kata itu yang selalu tergiang dalam otakku.

Raniah gadis itu apa kabarnya?, mengingat pertemuan terakhir kami yang menurutku sangat kurang menyenangkan.

Aku melihatnya berpelukan dengan laki laki lain, mereka berboncengan.

Apa dia tidak melihat aku yang di atas mobil?, aku cemburu?, mungkin iya, aku tidak munafik bukan menyembunyikan, atau mengingkari perasaanku.

Kepergianku dan keluarga kejerman saat itu sangat mendadak, Ded' harus mengusus perusaha yang ada di sana, yang tidak bisa di jendel oleh orang lain, membuat kami sekeluarga harus pindah kesana dan dengan sangat terpaksa menjual rumah kami yang penuh kenangan, tampa memberi tahunya akan kepindahanku, aku sempat mendengar pembicaraannya beberapa jam sebelum keberangkatanku itu dengan salah satu pembantu rumahku, pembantu yang sama yang memberikannya baju futsal milikku padanya.

Jujur aku sangat menyesal tentang itu, tapi akal sehatku saat itu menyadarkanku, memang aku ini siapanya?, aku bukan siapa siapanya, lagi pula aku sering mengacuhkannya, menganggapnya tidak ada.

Sialnya kakakku sangat menjengkelkan, dia mengetahui semuanya, terlalu banyak, sehingga di setiap kesempatan dia selalu menggodaku, apa lagi saat dia berada di rumahku, tepatnya menggunakan Muashola untuk memunaikan Sholat Ashar secara berjamaah dengan dua temannya, laki laki, aku tekankan itu.

Perasaanku tertohok mendengar pernyataan kak Rizah, yang mengatakan dia mempunyai Mas Mas, dalam artian, ah!, aku tidak ingin menmikirkan itu.

Aku melihatnya untuk yang pertama kalinya setelah sekian tahun di kantor, kantar Dad', di mana aku menjabat sebagai CEO di sana.

Dia sangat berubah, semakin dewasa dan cantik dengan Hijabnya, menutup rambut panjangnya, yang selalu dia kuncir kuda, kemanapun dia berada.

Dia tidak menghampiriku, seperti kariawan kariawan kantor yang lainnya, yang sangat antusias menjabat tanganku, dia sangat berubah, dia bukan lagi Raniah, yang sering mencuri curi perhatianku, dan melakukan apa saja untuk itu, bahkan hal yang seestrim mungkin, membuatku sedikit kecewa, sekaligus senang, karna dia bukan lagi Raniah yang murahan, yang dengan gamlangnya menyatakan cinta padaku, saat umurnya bisa di hitung dengan Jari, maaf kalau kata kataku ini kasar, karna memang itu yang aku rasakan saat itu, kalian pasti akan mengatakan seperti itu jika mengalami hal yang sama denganku, ilfiel, tapi entah sejak kapan aku sudah terbiasa sengan sikapnya itu.

Yang membuatku paling risih dan marah adalah kenapa banyak sekali kaum Adam yang mendekatinya!!, yang selalu dia tanggapi dengan senyuman manis, apa dia tidak tahu apa yang berada di dalam otak laki laki itu, dia menyukainya, segitu tidak pekahnya dia??.

Ah... aku bagai anak perempuan yang baru di mabuk cinta jika membahasnya.

****

Aku berkutat dengan dokumen dokumen perusahaan saat seorang mengetuk pintu ruanganku.

"Tok... tok... tok..".

Ketuknya lagi, benar benar membuyarkan konsentrsiku.

"Masuk..", teriakku tegas di tempatku.

Raniah Hanum Suparman 2 {Story 8}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang