di rumah bunda

1.6K 77 4
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote nya ya thank u

Happy reading guys! 🤍🤍🤍

Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan di tengah tengah pasutri muda tersebut, Ayezha sedang berkutik dengan pikirannya sendiri.

Gavin sambil fokus mengendarai mobil, melirik wanita yang berada disampingnya "Tumben diem"

"Apaansih serba salah, ngomong disuruh diem, diem juga malah dibilang tumben"

"Dih mana pernah gue nyuruh lo diem"

"Vin, lo tadi abis dari mana sih? gapapa jujur aja"

Gavin terdiam sejenak, lalu menyadari maksud dari istrinya "Kenapa nanya gitu?"

"Jujur, gue gabutuh basa basi!"

"Iya, gue abis ketemu Sahira"

Deg.
Hati Ayezha bagaikan tersambar petir saat itu juga, pasalnya ia kira Gavin yang sekarang berstatus sebagai suaminya sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan Sahira.

"Tapi, Ca sumpah ini gue cuma dengerin curhatannya dia doang" kata Gavin mencoba meluruskan masalah.

Ayezha hanya diam, dan saat sampai di rumah orang tua dari Gavin ia langsung turun lebih dahulu dan masuk kerumah itu.

Menyalimi satu persatu orang yang ada disana, dan bertegur sapa dengan keluarga Gavin dari bunda "Apa kabar Ca" tanya nenek nya.

"Baik nek alhamdulillah"

"Terus Gavin kemana? ga ikut?" tanyanya lagi.

"Masih di depan nek, lagi ngobrol juga sama kakek"

"Kok baru dateng? ketiduran apa gimana? ga disiplin banget sih" sensi tante Gavin, suami dari adik sang ibunda.

Ayezha menanggapinya dengan tenang, karena tantenya Gavin bukan lah tandingannya "Tadi Gavin ada urusan sebentar jadi aku nunggu dia dulu"

"Udahlah, sini duduk duduk" lerai bunda Gavin.

Mereka berbincang-bincang disana, saat malam mulai tiba Ayezha meminta izin untuk pergi ke kamar ia dengan Gavin untuk beristirahat.

Tak lama kemudian Gavin membuka pintu itu "Ca lo marah?"

"Maaf, gue kan udah bilang ga ada apa-apa cuma dengerin cerita dia aja. Kasian, dia ga ada tempat cerita"

"Gue cape, mau tidur" elak Ayezha yang membuat Gavin terdiam.

Wanita itu sebenarnya sangat ingin menanggapi ucapan dari Gavin, namun posisi mereka saat ini adalah bukan dirumah mereka berdua, melainkan rumah orang tua mereka.

Sangat tidak etis jika mereka berantem disana, akhirnya Ayezha berusaha tertidur dengan keadaan membelakangi Gavin.

Wanita itu, tertidur dengan mengeluarkan air matanya "Sepenting itu ya Sahira di mata lo Vin. Sampe lo ga inget janji lo ke gue untuk ga ikut campur, ga berhubungan apapun yang berurusan dengan Sahira"

                              ••••••

Pagi hari tiba, Ayezha tidak berbicara sepatah kata pun kepada Gavin. Ia hanya pamit kepada orang tua Gavin bahwa mereka setelah pulang sekolah akan langsung pulang ke rumah mereka berdua.

"Masa nginep semalem doang si Ca, bunda masih kangen tau"

"Nanti kan Eca bisa kesini lagi bun kalo libur dua hari"

"Iya bun biarin lah mereka berdua pulang. Mereka punya urusan mungkin, nanti kan hari sabtu malem minggu pasti mereka kesini. Iya kan, Ca?" tanya Ayahnya diangguki Ayezha.

Wanita itu tersenyum tulus kepada 2 orang paruh baya tersebut, Ayezha menganggap mereka adalah orang tua kandungnya "Iya tenang aja bun, aku pasti kesini kok. Aku pamit dulu ya takut telat nanti"

"Hati-hati jangan lupa hari sabtu kesini!" teriak bunda Gavin diangguki Ayezha.

Sampai disekolah, Ayezha langsung pergi kekelasnya mendahului Gavin. Ia masih sangat kalut dengan amarah perihal semalam.

Caca yang melihat sahabatnya murung langsung menghampirinya "Kenapa si bumil pagi-pagi udah cemberut aja loh. Terus ini bengep mata kenapa? diapain lo sama Gavin jing"

"Ngga papa Ca, cuma lagi ga mood aja" balasnya.

"Bener nih? kalo ada apa-apa cerita aja. Inget! kita ga boleh ada rahasia apapun" peringat Caca yang hanya dibalas anggukan oleh Ayezha.

Hingga jam pulang tiba wanita itu malah pulang lebih dahulu meninggalkan Gavin yang tadi sempat berbincang dengan anak Elang di koridor.

Pulang dengan keadaan masih sedih, membuat Ayezha sangat kesal terhadap dirinya sendiri "Gausah lebay Ca! gitu doang"

"Tapi ga gitu doang sih rasanya sakit banget kaya yang gue rasain pas masih pacaran, Gavin deket sama Sahira. Apa mereka jodoh yang tertunda ya, kok gabisa jauh banget, terus gue ini apa?" gumannya bertanya-tanya sendiri.

tringgggg.

Telepon dari lelaki di sebrang yang membuat Ayezha melihat handphonenya dengan raut wajah kesal.

"Ca, dimana sih aku tungguin diparkiran dari tadi"

"Udah dijalan, pulang aja sama Sahira sana"

"Apasih, pulang naek apa? gopay lo belum gua isiin Ca. Lagian gue tau lo gabakal bawa duit cash lebih kesekolah, share lock gue kesana sekarang"

"Gak mau! gue mau jalan"

tutttt.

Gavin mengusap kepalanya gusar, ia sangat panik saat ini. Karena ia takut Ayezha terkena kepung oleh Cakra.

Lelaki itu langsung pergi mengendarai mobilnya pelan, sambil menengok kiri kanan untuk menemui istirnya.

Puji syukur, ia bertemu dengan wanita yang dicari. Berhenti dan langsung menemui Ayezha di tepi jalan "Jangan egois kali ini. Inget yang di perut lo, ikut gue lo bebas mau marah mau jambak gue mau pukul tonjok gue dirumah, yang penting sekarang lo pulang sama gue, lo aman sama gue"

"Tapi gue gamau!"

Gavin menghela nafasnya pelan, dan berusaha tetap tenang untuk tidak berkata kasar terhadap wanita di depannya "Gue ga nanya lo mau apa ngga, masuk" paksanya.

"GAK MAU!" Ayezha wanita itu mulai mengucap nada tinggi yang memancing emosi Gavin.

"Ini di tempat umum Ca, malu diliat orang. Lo boleh marah sepuasnya nanti kalau udah dirumah" Ia langsung menarik dan memasuki wanita itu kedalam mobilnya.

"Brengsek lo!"

Ayezha (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang