25. Mau kado apa?

283 59 33
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH HARSA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SELAMAT MEMBACA KISAH HARSA

---
"Nyokab gue tumpengan pas gue sunatan doang."
---


Selama sisa beberapa menit lagi akan istirahat, Harsa dan Wira menghabiskan waktunya dengan bermain game di ponsel mereka. Ceritanya mabar ceunah. Sedangkan Mitha dan Siska lagi ketawa ketiwi bergosip ria, anehnya Rey ikut-ikutan juga. Tidak tahu mereka ngomongin apaan, soalnya cowok itu lagi sibuk misuh-misuh diserang lawan dari tadi. Nyawa sudah tinggal dikit lagi malah ditembakin mulu. Sialnya setelah itu Harsa mengumpat kesal karena benar-benar mati.

"ANJING!!" umpatnya seraya melempar ponsel ke atas meja. Mitha, Siska dan Rey langsung menoleh ke arah Harsa yang tampak kesal sambil merengut-rengut kemudian mengambil ponselnya kembali. Soalnya dia masih butuh.

"Cupu lo Har!" kata Wira meledek membuat cowok itu semakin keki.

"Gue ditembakin mulu bangsat! lo enak ada di belakang terus," sungutnya. Wira hanya tergelak melihat Harsa yang kesal setengah mampus karena sudah berada di level yang tinggi akhirnya mati juga karena musuhnya makin ke sini makin jago.

Sebenarnya cowok itu memilih main game supaya tidak stres, karena barusan mereka baru saja selesai ujian kimia. Tapi setelah main game bukannya ngilangin stres malah bikin tambah stres. Ponsel Harsa sampai panas karena baterainya sudah low bath, persis seperti otaknya saat ini. Gaya-gayaan pusing mikir, padahal kertas buram saja dia pakai untuk menggambar doraemon. Padahal dia lihat semuanya sibuk menghitung soal menggunakan rumus-rumus yang sudah mereka pelajari. Biar kelihatannya sibuk ngitung juga, makanya dia gambar.

Mau nyontek ke Wira, tapi gurunya mantengin Harsa mulu. Karena sudah paham betul, cowok begadulan macam Harsa tidak pernah belajar dan sudah siap-siap mau nyontek. Cowok itu jadi menyesal semalam tidak membuat contekan sendiri. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Harsa pasrah saja.

Daripada makin stres, selepas bel istirahat berbunyi Harsa langsung melesat pergi menemui dua kawan sejolinya yang tak lain dan tak bukan adalah Juno dan Yanhar. Mereka sudah siap pergi ke kantin, berhubung perut Harsa lapar. Tapi sebelumnya Harsa jadi ingat, beberapa hari lagi adalah hari ulang tahun Juno yang ke 17.

"Eh, bentar lagi bukannya lo ultah?" tanya Harsa sembari merangkul lawan bicaranya. Biasanya sih, Juno selalu merayakan ulang tahunnya itu. Bahkan tahun lalu mereka merayakannya di Spore, karena kebetulan Papahnya ada bisnis di sana, jadi sekalian gitu.

Juno nyengir sambil ngangguk.

"Dirayain lagi gak?" tanya Yanhar.

"Mungkin," jawab Juno singkat.

"Pasti dirayainnya lebih mewah, soalnya sweet seventeen. Kemarin aja di luar negeri," kata Yanhar membuat Harsa manggut-manggut setuju.

"Tahun kemarin di luar negeri, tahun ini di luar nalar anjay," sungut Harsa.

"Swit sepentin apaan dah, alay. Gue sebenernya gak mau diraya-rayain gitu, tapi nyokab gue ribet kudu banget raya-rayain ultah."

Harsa mendengus. "Yeu, lo dirayain bukannya seneng. Gue seumur hidup gak pernah dirayain mewah, pernah sekali doang itu pun cuman tumpengan."

"Lo masih mending selamaten bikin tumpeng pas ultah, gue gak pernah sama sekali anjir. Nyokab gue tumpengan pas gue sunatan doang," Yanhar malah jadi adu nasib. Tapi Juno ketawa ngakak karena tidak bisa membayangkan kedua temannya yang malah kepengin dirayain waktu ulang tahun. Sedangkan dia sangat menghindari acara itu. Karena menurut Juno, kasih sayang kedua orang tuanya hanya berbentuk memberi hal-hal yang mewah, seperti memberi fasilitasi lengkap untuk Jeno, memberi uang yang banyak, bahkan termasuk merayakan hari ulang tahunnya. Juno tidak butuh itu semua, yang ia butuhkan hanya kehadiran Mama dan Papa di rumah. Bahkan sepertinya ulang tahun dia kali ini, Mama dan Papa tidak akan ikut hadir karena terlalu sibuk.

Juno jadi ingat, dimana Nana juga merasakan hal yang sama seperti dirinya. Orang dewasa selalu sama, pikirnya.

Nana pernah bilang, kita harus tetap tumbuh meski orang tua tidak begitu memperhatikan pertumbuhan kita. Seperti bunga yang harus tetap mekar walaupun tidak disiram air. Tumbuhlah secara mandiri.

"Lo mau kado apa dari kita?" tanya Yanhar setelah mereka sampai di kantin.

"Doa aja ya?" malah Harsa yang nyaut tiba-tiba, kemudian digeplak oleh Juno sembari tertawa.

Harsa cengengesan, "mikir dong Jun, yang kaya raya itu lo. Kita-kita kalau mau ngasih kado murah, ntar malah lo gak butuh."

Sebetulnya Yanhar setuju sih dengan apa yang barusan Harsa bilang. Jadi yang tadi dia tanyain ke Juno cuman basa-basi saja.

Juno sedikit berpikir, kemudian dia mengangguk-anggukan kepalanya setelah mendapatkan ide. "Gue mau kalian manggung di acara ultah gue," pungkasnya.

"Nyanyi?" tanya Harsa yang dibalas anggukan oleh Juno.

"Gampil," cibir cowok itu sambil menjetikan jarinya. "Ntar si Yanhar yang genjreng gitar."

Yanhar hanya mengacungkan jempolnya tanda setuju.

Setelah itu mereka bertiga memesan makanan, karena perut sudah keroncong. Menu ketiganya kali ini adalah mie ayam pak Saman, yang terkenal enak seantero sekolah. Tak lupa dengan pop es tiga rasa yang berbeda ; permen karet, taro dan cokelat.

Kata Harsa yang teraktir makan hari ini Juno, karena sebentar lagi cowok itu mau ulang tahun. Padahal hari-hari biasa juga tetap Juno yang bayarin. Dia mana pernah keluar duit kalau gak sendirian pergi ke kantin. Kalau ada Juno, pokoknya Juno yang selalu ngeluarin dompet. Yanhar sih ikut-ikut aja, katanya rejeki gak boleh ditolak.

Lagi asik-asik makan, Harsa malah sesekali mandangin mie ayamnya sebelum ia masukan ke dalam mulut. "Dipikir-pikir kok mie nya makin kurus ya?"

Juno geleng-geleng kepala, males ngejawab soalnya Harsa lagi ngawur kayaknya.

"Mie nya diet," jawab Yanhar asal sambil kepedasan, lalu ia menyesap pop es cokelatnya. Nikmat.

"Ngomong-ngomong pas ultah lo nanti dirayainnya dimana?" tanya Yanhar pada Juno.

Juno mengambil tisu dan mengelap sudut bibirnya yang sedikit belepotan, "di rumah ajalah supaya kalian bisa dateng. Kalau di luar negeri takutnya kalian pada gak mampu."

"Bangsat!" sungut Yanhar. Tapi benar juga sih. Tahun lalu aja mereka tidak hadir karena jauh, kudu ke Singapur dulu.

"Siapa aja yang lo undang?" kali ini Harsa yang bertanya.

"Temen sekelas gue, sama kita-kita ini ajalah. Gue gak mau terlalu mewah kali ini. Malu soalnya, udah gede diraya-rayain."

Harsa ngangguk-ngangguk.

"Sok-sokan gak terlalu mewah, nanti pas kita dateng lo malah ngundang Zayn Malik anjir. Gua tonjok muka lo kalau lo ngundang artis!"

"Mau tonjok muka Juno atau mau minta ttd Zayn Malik?" sewot Yanhar.

Harsa nyengir, "minta ttd Zayn Malik sih, sekalin fotbar hehe. Soalnya kembaran, masa gue anggurin. Habis itu baru deh nonjok muka Juno."

"Sinting!" cibir Juno.

---




aku mau cepat cepat slesaikan book iniiiii, mau update terus terus tapi tkut klian mlah bosen wkwk



malam ini aku update lagi, besok besok rehat dulu. aku mau skripsian 😂

terimakasih buat yg sudah memberi saya feedback berupa vote dan komen <3
yg siders saya anggaplah kalian secret admirer 😌 malu malu mau vote sma komen yaaa hmm..
padahal vote dan komen sangat berarti buat author, apalagi penulis kecil seperti saya :'v

sehat selalu ya kalian semua, selamat malam dan semoga mimpi lee haechan hehe ♡

Harsa | Lee Haechan [completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang