My You 4

40 10 0
                                    

Hana kembali mendudukkan diri disamping Jimin. Dia lantas melipat siku dan menopang kepalanya menghadap Jimin.
"Aku suka parfume mu...!"

Jimin yang mendengar itu hanya membalas dengan kernyitan dahi. Selain wajahku sekarang dia menyukai parfume ku pikir Jimin.

"Apa kau belum pernah bertemu wanita jujur seperti aku Jimin?"
Kembali Hana mengajak Jimin berbicara, sedangkan Jimin mati-matian menahan ingin mengumpat, dia tidak terlalu suka wanita berisik seperti Hana.

"Selama aku hidup 22 tahun, baru kali ini aku bertemu wanita dengan jenis berbeda"
Jimin melirik tajam ke arah Hana, dia harap Hana sadar kalau pertanyaan Hana menganggunya. Tapi yang dilirik malah senyum-senyum saja.
Ya Tuhan tolong beri Jimin kesabaran lebih banyak.

"Tentu aku berbeda, kau beruntung kalau sudah mendapatkanku nanti Jim"
Hana terkekeh kecil, dia sudah mulai membayangkan bagaimana bucinnya seorang Jimin apabila mereka sudah pacaran. Membayangkannya saja sudah ada kupu-kupu diperutnya, apalagi bila itu nyata.

"Ck, sudah lah jangan berhayal terlalu tinggi, nanti kau jatuh"
Telak, Jimin sudah mengisyaratkan kalau itu tidak akan pernah terjadi.

"Aku kurang apa Jim, aku cantik, menarik, aku juga tidak sombong, dan nilai plusnya lagi aku kaya. Susah mencari orang seperti ku"
Hana menegakkan dirinya, dia bersedekap dada. Ada rasa tak terima saat Jimin bilang kalau dia sedang berhayal.

"Aku hanya tidak ingin menjalin hubungan serius pada siapapun saat ini"
Tiba-tiba wajah Jimin menjadi sendu, walau masih ada sisi cueknya.

"Aku juga tidak suka terlalu serius, oh ayolah kita baru berumur 20 an. Memangnya kita bisa seserius apa?"
Hana memutar bola matanya jengah, terlalu mengerikan mendengar kata serius. Dia hanya ingin puas bermain-main dan mungkin setelah umur 35 baru akan memikirkan menikah.

Jimin hendak berucap tapi tidak jadi karena dosen sudah datang dan mengetuk-ngetuk meja dengan spidolnya. Pelajaran akan dimulai, tapi Hana malah kembali asyik menggambar.

Sebuah sketsa bulu burung yang menjadi lambang dream catcher. Hana memang berjiwa artistik, dia selalu out of the box jika mendapatkan ide untuk dilukis.

Jimin kembali menoleh, kenapa tidak kuliah dijurusan seni saja kalau setiap ada pelajaran selalu di isi dengan menggambar. Dan sialnya gambar Hana selalu bagus dan memukau.

Terlalu asyik menggambar Hana bahkan sudah tidak tau kalau dosen pengajarnya sudah keluar, bahkan Jimin pun sudah bersiap untuk bangkit dan pulang.

"Aku duluan!"
Suara Jimin membuat fokus Hana pecah, dia kemudian melihat ke kanan dan ke kiri, semua mahasiswa yang ada diruangan itu sudah pulang. Tersisa hanya dia, Jimin dan dua orang perempuan yang sepertinya sedang menunggu Jimin. Terlihat sekali dari gestur tubuhnya yang berbisik-bisik dan sesekali menatap Jimin.

"Sudah pulang?"
Hana bertanya bingung, dia segera merapikan alat gambarnya, berniat keluar bersama Jimin tapi sayangnya laki-laki itu terlalu cepat, dan dia hanya bisa melihat punggungnya yang berjalan menjauh.

"Seru"
Hana tertawa semangat, baginya Jimin benar-benar menyenangkan. Sosok yang dingin tapi selalu mau menjawab pertanyaannya, dan meladeni bicaranya.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

POV HANA

Keluar dari kelas aku langsung menuju parkiran, dari jauh sudah terlihat dua guardsman ku yang sedang menunggu sambil duduk di kap mobil, dan tunggu ada satu lagi.

Seorang wanita yang sepertinya berbeda dari sebelumnya, dari penampilannya nampak biasa, oh jangan lupakan kaca mata tebal yang bertengger diwajahnya, apa betul selera Taehyung berubah.

Aku mendekat kearah mobil, dan setelah melihatku Jungkook dan Taehyung turun dari kap mobil. Taehyung membuka kan pintu depan samping kemudi untukku sedangkan dia masuk bersama wanita itu dibangku penumpang.

"Mainan baru Taehyung tidak seperti biasanya?"
Aku berbisik kearah Jungkook, sambil melirik Taehyung yang menampakkan wajah kesalnya, mulutnya berkata "apa" tanpa suara.

"Kali ini taruhan, berapa lama?"
Jungkook tersenyum jahil, dia mengernyitkan hidungnya dan langsung menancap gas.

"2 minggu"
Aku menjawab semangat, dilihat dari gestur tubuh Taehyung yang nampak risih sepertinya 2 minggu itu terlalu lama.

"3 hari"
Jungkook menimpali, dia kemudian mengulurkan telapak tangannya padaku.

Aku menepuk telapak tangannya
"Pasword laptopmu, oke"

"Jangan menelponku 3 hari, oke"
Kami berjabat tangan kemudian mengaitkan kelingking. Kebiasaan lama yang tidak bisa dibuang.

Ku dengar Taehyung mendengus, wajahnya bertekuk dua. Oh ayolah kemana wajah tampan incaran para wanita itu.

"Taehyung-ssi , kau marah?"
Perempuan itu membuka suaranya, aku secara refleks langsung melihat kebelakang, jiwa penasaranku terlalu kuat.

"Entahlah"
Taehyung menjawab singkat, tidak seperti biasanya pikirku.

"Aku dengan Eun Woo hanya teman biasa, dan kami memiliki tugas bersama, hanya itu"
Dengan suara pelan perempuan itu menjelaskan sesuatu.

Aku yang mendengarnya langsung tertawa, ku lirik Jungkook yang juga sama denganku. Bahkan tawanya lebih nyaring.

"Ck kalian berisik, bisa diam tidak"
Taehyung marah, jelas sekali wajahnya memberengut. Matanya tajam sekali menatapku yang masih enggan mengalihkan pandangan dari mereka berdua.

"Kau cemburu Tae? Yang benar saja"
Aku kembali menertawakannya. Tidak masuk akal.

"Siapa namamu"
Aku bertanya pada perempuan yang disamping Taehyung. Kalau di lihat-lihat dia lumayan manis, walau memakai kaca mata dan behel gigi. 180° kebalikan dari wanita yang biasanya Taehyung ajak berkencan.

"Mmm, aku Jennie"
Suaranya lembut dan terkesan malu-malu, mungkin kalau jadi penyanyi dia akan jadi incaran semua agensi.

"Sudah berapa lama kalian berkencan?"
Oh jiwa penasaranku tak bisa dibendung. Menyenangkan sekali mengetahui urusan pribadi orang lain.

"Sudah cukup bertanya nya Hana, aku sedang tidak mood"
Taehyung memotong ucapan Jennie yang sebenarnya ingin menjawab pertanyaanku.

Jungkook menggamit lenganku, dia menggelengkan kepalanya pertanda aku tidak boleh menambah kekesalan Taehyung lagi.
Aku memutar bola mata jengah, tidak seru.

Kami sampai didepan sebuah flat yang terlihat biasa saja, sepertinya itu milik Jennie.

Jennie keluar dari mobil bersama Taehyung, dengan gentle Taehyung mengantar Jennie sampai kedepan flatnya. Dan aku menatap mereka dengan wajah kagum.

"Apa yang kau lihat?"
Jungkook mengusap mataku, dia mengikuti arah pandangku dan mendapati Taehyung yang sedang mengacak pucuk kepala Jennie.

"Kau iri?"
Jungkook menertawakanku lagi, aku yang merasa ditertawakan mendelik tajam kearah Jungkook.

"Aku tidak iri, aku hanya sedang berhayal Jimin melakukan hal yang sama denganku"

Ya, aku memang sedang menghayal Jimin mengantarku pulang dan mengusap kepalaku sama seperti yang Taehyung lakukan.

"Kau baru hari ini bertemu dengannya, kau bahkan belum tau sifatnya seperti apa, dan sudah menghayal berkencan secepat itu?
Aku tidak akan mengizinkannya"

Jungkook berucap tegas, menyebalkan sekali. Kalau sudah begitu maka aku selalu harus menurutinya.

"Sepertinya akan sulit membuat Jimin menyukaiku, dia terlalu kaku dan sering terlihat tidak nyaman bersamaku"
Mataku menerawang keatas, aku mengingat-ingat kembali bagaimana ekspresi wajah Jimin saat tadi bersamaku. Selain kernyitan dahi dan sahutan singkat selain itu tidak ada lagi. Tersenyum pun ku rasa belum pernah.

"Dan kau suka tipe pria seperti itu"
Jungkook menyahut, dia benar. Aku suka laki-laki yang seperti itu. Adrenalin ku terpacu untuk bisa menaklukannya. Rasanya senang saja jika mengejar seseorang.

MY YOU ✔️ (AKAN SEGERA DI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang