Setelah sesi ciuman yang lumayan menguras emosi, Jimin dan Hana memutuskan untuk tidak masuk kekelas mereka. Sekarang mereka sedang duduk disebuah bangku panjang yang masih ada di rooftop. Langit masih mendung tapi belum berniat untuk menurunkan hujan.
"Apa yang terjadi?"
Hana mencoba bertanya tentang keinginan ayah Jimin yang mendadak memintanya kembali."Ayah ingin membuka cabang baru, dan aku di minta untuk mengawasi perkebunan anggur miliknya"
Jimin menghela nafas, sebenarnya dia juga bingung alasan apa yang bagus dikatakan ketika nanti dia dan ayahnya bicara lagi.Hana terdiam, dia membiarkan saja Jimin mencurahkan isi hatinya, dan disini dia tidak dalam kapasitas memberi nasehat.
Jimin menatap Hana yang masih menunggunya bicara, dia benar-benar bingung sekarang. Baru saja dia punya kebahagiaan untuk dirinya sendiri, tapi kenapa harus secepat ini.
"Ayah tidak bisa mempercayai orang lain, dia krisis kepercayaan, hanya aku anaknya yang bisa dia andalkan"
Jimin menundukkan wajahnya, dia ingat betul bagaimana ayahnya bangkit membangun perkebunan itu karena ditinggal pergi oleh ibunya bersama lelaki lain. Lelaki yang merupakan sahabat ayahnya sendiri. Sejak itu lah dia selalu tidak dapat mempercayai orang lain, kecuali darah dagingnya sendiri.
Rintik hujan mulai turun, hanya beberapa detik sampai akhirnya menjadi deras dengan angin kencang.
Jimin dan Hana kembali berlari kedalam ruangan tangga yang sebelumnya mereka pakai menuju rooftop. Tapi sial, tiba-tiba pintu itu terkunci."Bagaimana ini?"
Hana mulai panik, dia takut petir, apalagi berada diatas roopftop yang tinggi itu."Tunggu, aku mencoba menelepon Lee Ju Hoon"
Ju Hoon adalah teman sebangku Jimin dan merupakan tetangganya di flat. Mereka sering pergi kekampus bersama.Setelah beberapa kali menelepon, JuHoon tidak menjawab.
"Sepertinya kelas belum selesai"
Jimin menatap Hana dengan raut wajah yang bingung, hingga tiba-tiba suara petir menyambar memekakkan telinga."Aaaakkkkhhhhh"
Hana menjerit ketakutan, dia terduduk lemas dan memeluk lututnya sendiri.
"Hana..!!"
"Kau kenapa..!!"
Jimin panik, pasalnya dia tak pernah melihat Hana ketakutan seperti ini. Wajah Hana benar-benar pucat dengan bibir gemetar yang membuatnya semakin menyedihkan.
"Eomma"
"Jangan pergi"
"Jangan"
Hana bergumam sambil menutup telinganya. Bunyi petir kembali datang, kali ini lebih nyaring dengan sebelumnya.
"Hana..."
"Kau trauma petir?"
"Hana, dengarkan aku!"
Jimin memeluk Hana, tapi alangkah terkejutnya ketika dia mendapati Hana sedang menggigit lidahnya dan sudah mengeluarkan darah.
"Astaga, Hana. Lepaskan"
Jimin berusaha membuka mulut Hana dan menyumpal nya dengan tangan, dia meringis ketika Hana menggigit jarinya dengan sangat kuat dan membuat tangannya berdarah. Dengan cepat Jimin melepas jaketnya dan mengganti jarinya dengan jaket.
Jimin membuka tas Hana dan mengambil ponsel Hana berniat menelepon dua guardsmannya itu. Tapi seperti pucuk dicinta ulam pun tiba, nama Jungkook terpampang dilayar.
"Hana....kau dimana? Kau tak ada di kelasmu?"
Sedetik setelah telepon itu diterima Jimin, Jungkook langsung mencecarnya dengan pertanyaan, dari nada suaranya dia terlihat sangat cemas dan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY YOU ✔️ (AKAN SEGERA DI REVISI)
RomanceTidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan, itu hanya mitos. Terlebih laki-laki itu adalah Jungkook dan Taehyung. Dua pria yang sempurna dari fisik dan kehidupan. Namun sayangnya perempuan yang beruntung itu menyukai orang lain. Choi Hana...