My You 23

33 6 0
                                    

Taehyung menyodorkan sekaleng bir untuk Jungkook yang sedang berada di kamarnya saat ini. Malam ini Jungkook benar-benar mengejutkannya. Satu tahun tidak bertemu ternyata tidak merubah sifat sahabatnya itu, dia masih seenaknya masuk kamar tapi sialnya Taehyung merindukannya setengah mati.

"Katakan padaku apa yang terjadi, kenapa Hana pergi dari rumah dan pindah ke Busan?"
Jungkook langsung mencecar Taehyung dengan pertanyaan.

"Seharusnya kau tanyakan kabarku dulu brengsek"

Taehyung merengut, dia sangat merindukan Jungkook, tapi Jungkook malah menanyakan kabar orang lain. Iya, Taehyung tau kalau Jungkook mencintai sahabatnya itu. Tapi tiba-tiba mata Taehyung membulat, dia seperti sedang mendapatkan sesuatu dari otaknya.

"Tapi tunggu dulu, siapa yang mengatakannya padamu"

Jungkook berdecak sebal
"Cepat jawab aku, tidak penting aku tau dari mana"

"Tidak, tidak, tidak. Kau harus mengatakan dulu sudah sejauh mana kau tau tentang kepindahan Hana"

"Apa maksudmu Tae, ada sesuatu dibalik kepindahan Hana, apa ada yang terjadi selama aku pergi?"

Taehyung langsung menutup mulutnya, hampir saja Taehyung membocorkan rahasia penting Hana, yang hanya diketahui olehnya saja.

"Oh tidak, Hana hanya ingin mandiri, dia juga merindukan ibunya dan Yoona, kalau disana dia jadi sering menemui mereka dirumah abu"

Jawaban Taehyung tidak salah, tapi juga tidak mengucapkan semua kebenarannya. Tapi tiba-tiba Taehyung jadi ragu, apa dia harus menyimpan rahasia ini sendiri. Terlebih dia tidak pernah berbohong pada Jungkook.

"Aku mencium sesuatu yang kau sembunyikan, katakan padaku apa yang terjadi"

Jungkook memicingkan matanya, menganalisa semua gerak gerik Taehyung yang sangat mencurigakan baginya. Walaupun Taehyung pintar berakting, tapi entah kenapa Jungkook selalu tau ketika temannya itu sedang berbohong atau tidak.

"Memang ada yang ku sembunyikan, tapi aku tidak bisa memberitahumu. Kau bisa menanyakannya langsung pada Hana nanti"

Jungkook berdiri kemudian menarik Taehyung keluar kamar.

"Kau mau membawa aku kemana?"

"Antar kan aku menemui Hana"

"Kau gila, ini jam 1 pagi kook"

Jungkook melepaskan tangannya yang sudah menarik Taehyung. Dia terduduk dan meremas rambutnya. Sepertinya dia memang gila. Sebelumnya di Amerika dia bisa menahannya, tapi entah kenapa setelah menginjakkan kaki di Seoul, semuanya berbeda. Jungkook merindukan Hana, rindu sampai rasanya ingin segera berlari dan memeluk tubuh mungil itu.

"Jungkook dengarkan aku, kalau kau ingin memperjuangkan cintamu untuk Hana aku akan mengantarmu malam ini juga, tapi kalau kau masih ragu dan masih ada keinginan untuk meninggalkannya lagi, sebaiknya kau lupakan dia. Dia bukan Hana yang dulu lagi, kali ini dia lebih lemah dan rapuh. Aku tidak ingin dia kembali terpuruk"

Taehyung menepuk bahu Jungkook, dia sedikit meringis ketika melihat penampilan sahabatnya itu malam ini. Taehyung menebak Jungkook baru landing malam ini dan langsung menemuinya. Dia pasti tidak tidur karena ada lingkaran hitam dan matanya terlihat sayu. Rambutnya juga lepek dan kemejanya juga kusut, pertanda dia tidak mengganti bajunya dengan waktu yang lumayan lama.

"Antar kan aku malam ini Tae, ku mohon"

"Baiklah, tunggu disini aku bersiap"

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Hana terbangun dari tidurnya, tiba-tiba perutnya mual. Segera dia lari ke kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya. Hana baru saja menjalani kemoterapi yang ke tiga kemarin. Efeknya memang mual dan pusing yang tidak tau tempat dan waktu.

Hana tertegun mendapati pantulan dirinya di cermin, mata yang layu, kantung mata yang menghitam, serta rambut yang mulai menipis.

"Perfect Hana, selamat kau sudah menjadi seorang wanita penyakitan"

Hana menggumam sendiri, dia kemudian keluar menuju dapur. Kerongkongannya kering dan ingin minum. Tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar oleh Hana. Tidak ada yang tau sandi rumahnya selain Taehyung.

"Tae, kau kah itu?"

Hana kesulitan melihat karena memang lampu sengaja dipadamkan oleh Hana. Posisi dapur hanya berbelok sedikit dari pintu itu, membuat Hana tidak langsung mengenali siapa yang masuk, walau hati kecilnya menyadari kalau hanya Taehyung yang bisa masuk dengan leluasa kerumahnya.

Jungkook mematung didepan pintu mendengar suara Hana yang sudah lama dirindukannya. Aneh, sebelumnya dia merasa baik-baik saja mendengar suara Hana, tapi saat ini entah kenapa begitu membuat Jungkook gugup setengah mati.

Jungkook kembali melangkah, dia ingin segera memeluk Hana. Persetan tentang apa yang di pikirkan Hana padanya. Dia hanya rindu, rindu sekali.

"Stop disitu, ini tidak lucu Tae. Kenapa kau datang hampir pagi seperti ini dan memakai parfume Jungkook? Bercandamu tidak lucu"

Baru lima langkah tapi Jungkook berhasil berhenti mendengar perkataan Hana. Hana masih hafal baunya, bahkan dia sudah hampir 24 jam memakai parfume nya, tapi Hana mampu mengenali aromanya bahkan dari jarak sejauh ini.

Hana hendak kembali ke kamarnya, dia akan membiarkan Taehyung masuk kekamar tamu yang selalu dipakainya jika menginap. Tidak perlu dipersilahkan. Tapi tiba-tiba sebuah pelukan dari belakang menghentikan langkah Hana tepat didepan pintu kamarnya.

"Ini aku.."

Hana menegang, suara Jungkook membuatnya tercekat. Hana hampir kesulitan bernafas ketika suara bariton itu mengalun indah di rungunya, perlahan tangan Hana memegang kedua tangan Jungkook yang melingkar di bahunya. Dengan sisa kekuatannya Hana berbalik.

"Jungkook, ini benar kau?"

Jungkook mengangguk kemudian melepas topinya. Lampu temaram yang masih menyala dikamar Hana yang terbuka itu memberikan cahaya disebelah wajah Jungkook.

Hana segera memeluk Jungkook erat, dan menangis di dadanya.

"Aku merindukanmu"

Jungkook membalas pelukan Hana, hatinya menghangat ketika Hana memeluknya. Selama Satu tahun ini adalah pelarian yang sangat berat untuk Jungkook. Mengisi hari-harinya hanya dengan bekerja dan belajar. Tujuannya hanya ingin melupakan perasaannya pada Hana. Tapi sialnya, sekeras apapun usahanya, takdir berkata lain. Saat ini mereka bahkan saling berpelukan. Pelarian itu menguap entah kemana, menyisakan rindu yang semakin sesak bahkan setelah raga yang sudah bisa digapai.

"Aku juga"

Jungkook mengangkat bahu Hana, dia ingin memandang wajah Hana walau dengan cahaya seminim ini. Sedikit tersentak karena mendapati air mata yang mengalir dipipi Hana. Dengan lembut Jungkook menyapu air mata itu dengan ibu jarinya. Mata mereka saling menatap, Hana seakan sedang melukis wajah Jungkook dalam ingatannya. Dia ingat betul ketika Jungkook pergi pipi itu sedikit gembil, tapi yang dihadapannya saat ini hanya ada rahang tegas yang menggelitik pikiran Hana untuk mengecupnya.

Perlahan wajah Jungkook maju menyentuh hidung Hana. Siapapun tau Jungkook ingin melakukan apa. Tapi dia menahannya, ada keraguan dihatinya jika dia mencium Hana sekarang. Apa Hana bisa menerimanya, atau dia akan didorong dan mendapat tamparan.

"Kau bisa menghentikan ku"

Jungkook bicara tepat didepan bibir Hana, membuat Hana dapat merasakan hangatnya nafas Jungkook di permukaan bibirnya, mendadak pikiran Hana kosong. Sialan, memang ini yang diinginkan Hana. Tapi bagaimana mengucapkannya. Hana mendadak kaku dengan tangan yang meremas erat kemeja bawah Jungkook.

Maka dengan semua akal sehat yang sudah hilang entah kemana, Hana memajukan wajahnya dan mengecup bibir tipis yang terasa dingin itu. Persetan dengan semuanya. Kali ini Hana hanya ingin melakukan apa yang di inginkan nya. Hidup hanya sekali bukan.

MY YOU ✔️ (AKAN SEGERA DI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang