My You 35

29 5 0
                                    

Tubuh Hana menegang saat Jungkook menebak dengan benar. Hana lupa jika Jungkook selalu bisa mengetahui setiap kebohongannya.

"Satu-satunya teman yang kau punya adalah Yoora, dan dia berada di Korea. Aku sudah memeriksanya semalam.
Kau kemana, bersama siapa?"

Hana berbalik kemudian menatap Jungkook yang sekarang mengeraskan rahangnya. Jungkook marah, dan dia tau betul kalau dia lah alasannya.

"Jungkook-ah aku.. aku.."

"Kau membohongiku Hana, membuatku hampir bunuh diri karena sudah menyentuhnya. APA INI YANG KAU MAU HAH?"

"Jungkook-ah dengarkan aku dulu"

"TIDAK!!! KAU YANG DENGARKAN AKU..
Aku kecewa padamu"

Jungkook berbalik, hatinya sakit ketika petaka tadi malam adalah hasil rencana Hana. Hidup dan hatinya berhasil di porak porandakan oleh orang yang sangat ia cintai. Bahkan jika ada yang bertanya Jungkook rela mati demi Hana. Tapi sayangnya Hana tidak mencintai sebesar Jungkook mencintainya.

Bruk

"HANA.....!!!"
Lusi memekik terkejut ketika tiba-tiba  tubuh Hana ambruk ke lantai.

Jungkook yang mendengar teriakan Lusi segera berbalik, jantungnya hampir lepas ketika mendapati Hana pingsan dengan darah segar yang mengucur di hidungnya.

"HANAAAA....."

***

"Kondisi tubuhnya melemah, semua organ vitalnya sudah dijalari sel kanker, semoga dia segera bangun dan kita mulai pengobatannya, harap semua keluarga pasien di beritahu, agar tidak ada penyesalan"

Seorang dokter laki-laki yang bername tag Chris Vallen itu bicara sopan pada Jungkook yang mengaku sebagai wali Hana saat mereka di Belanda.

Jungkook lemas mendengarnya, terlebih ketika dokter mengatakan kalau sebelumnya pasien merasakan sakit kepala yang hebat, itu artinya ketika Jungkook marah Hana sedang menahan sakitnya. Dan bodohnya dia karena tidak tau dan tidak mengerti raut wajah wanitanya itu.

Jungkook keluar dari ruang dokter dan menuju kamar inap Hana dengan gontai. Dibukanya kamar itu dan menampilkan Hana yang sedang terbaring dengan alat medis yang lebih banyak dari sebelumnya.

"Apa yang dikatakan dokter?"
Lusi berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Jungkook yang masih berdiri diambang pintu.

Jungkook tidak menjawab, matanya hanya tertuju pada Hana. Dan itu mmbuat Lusi mulai mengerti jika dokter tidak memberikan kabar yang baik pada Jungkook.

"Dia akan sembuh, aku yakin Kook"
Lusi kembali mengajak bicara Jungkook yang nampak kacau. Entahlah apa bisa kalimatnya itu menghibur Jungkook sekarang, dia tidak tau.

"Hana koma, sel kanker sudah menjalar di organ vitalnya. Aku harus menghubungi ayahnya dan juga mama jika tidak ingin menyesal kata dokter"

Lusi menutup mulutnya tidak percaya, apa itu artinya kesempatannya terlalu kecil?

Jungkook berjalan dan duduk disamping bankar Hana, dengan lembut dia memegang tangan Hana yang sudah penuh dengan selang infus. Sedikit meringis karena melihat tangan mungil itu harus ditusuk dengan jarum.

"Maafkan aku karena memarahimu, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Ayo bangun, kita harus segera memulai pengobatanmu hm"

Jungkook bermonolog sendiri, dia sadar Hana tidak mungkin menyahut perkataannya sekarang, tapi entah kenapa Jungkook tetap ingin bicara dan mengeluarkan perasaannya.

Lusi yang mendengar itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya dan memilih keluar dari kamar. Rasa bersalah tiba-tiba menyeruak dalam hatinya. Jika saja dia mampu menahan semuanya dan tidak meminta hal yang aneh-aneh pada Hana, mungkin Hana tidak merasa terbebani seperti ini.

***

Semua keluarga sudah datang, tuan dan nyonya Jeon, ayah Hana, serta Taehyung dan ibunya. Setiap orang memiliki rasa bersalahnya masing-masing. Tidak menyangka jika gadis mereka yang sangat manja dan keras kepala itu terbaring sakit, dan yang lebih parahnya dia menanggungnya sendiri.

Tuan Choi ayah Hana tak hentinya menangis, mungkin diantara semua orang beliau lah yang paling merasa bersalah diruangan itu. Orang tua yang tidak becus menjaga dan melindungi anak satu-satunya.

"Berhentilah menangis, aku yakin Hana bisa mendengar tangisanmu, dan dia akan tambah malas untuk bangun"
Nyonya Kim menepuk punggung Tuan Choi mencoba menenangkan. Walaupun di selipi candaan tapi tidak ada satu orang pun yang tertawa.

Diantara semua orang hanya Jungkook yang terus berada disamping Hana, tangannya terus menggenggam jemari Hana yang masih betah menutup mata itu.
Sedangkan Lusi hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Dia tidak berani mendekat atau sekedar menanyakan apakah Jungkook mau makan atau tidak, nyalinya ciut ketika mendapati tatapan tajam Jungkook ketika Lusi mencoba mendekat.

Nyonya Jeon sepertinya menangkap perilaku Lusi yang selalu menatap Jungkook dari kejauhan, tatapan seakan takut-takut. Maka dengan lembut dia mengajak Lusi keluar untuk membicarakannya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jungkook, dia tidak menyusahkanmu kan?"
Tanya Nyonya Jeon lembut.

"Ti...tidak ma. Kami baik-baik saja"

Nyonya Jeon memicingkan matanya, dia mencium bau kebohongan. Insting ini lah yang diturunkannya pada Jungkook, hingga Jungkook selalu tau apabila ia sedang di bohongi seseorang.

"Kau tau, mama mempunyai insting yang sangat kuat jika ada yang berbohong"

Lusi membelalakkan matanya menatap ibu mertuanya yang saat ini sedang menatap lurus kedepan. Tiba-tiba Lusi merasa merinding karena wajah mertuanya sangat serius sangat berbanding terbalik seperti yang sebelumnya.

"Maafkan aku ma"
Lusi menundukkan wajahnya, dia merasa bersalah karena sudah mencoba membohongi mertuanya sendiri.

"Jelaskan padaku sayang, semuanya"
Ucap nyonya Jeon penasaran.

"Ju..jungkook mencintai Hana ma"
Dengan terbata akhirnya Lusi mampu mengucapkannya walau dia harus meremas roknya dengan kuat. Sangat sulit bagi Lusi mengatakannya, tapi Lusi yakin semuanya akan membaik ketika mertuanya itu mengetahuinya.

"Apa yang kau katakan Lusi, jangan bercanda"

"ITU BENAR MA!!"

Taehyung datang dan langsung menyahut. Sepertinya Lusi dan Taehyung memiliki pemikiran sama.

"Taehyung, coba kau jelaskan semuanya"

Taehyung menghela nafas kemudian ikut mendudukkan diri disamping nyonya Jeon. Kali ini dia sudah siap jika Jungkook akan marah padanya. Dia tidak peduli, dia sudah terlalu lelah menanggung rahasia ini seorang diri.

"Mereka saling mencintai ma,  tepatnya Jungkook yang lebih dulu mencintai Hana bahkan ketika Hana masih bersama Jimin. Karena tidak ingin merusak semuanya Jungkook memilih pergi ke Amerika. Dan saat kepergian Jungkook disitu lah Hana sadar kalau dia juga mencintai Jungkook.

Tiga bulan setelah kepergian Jungkook, Hana divonis kanker serviks. Dia memilih pindah ke Busan untuk pengobatannya, karena gadis keras kepala itu merasa tidak ingin merepotkan siapapun.
Tapi ternyata pengobatan disana tidak berjalan dengan baik. Dan kankernya naik menjadi stadium dua.

Hana tidak menerima cinta Jungkook karena dia merasa hanya akan jadi beban dan menyusahkan Jungkook. Lalu mama menelepon memberitahu kalau ingin menjodohkan Jungkook dan Lusi, disitu lah Hana kembali tumbang dan dibawa kerumah sakit Seoul. Jungkook bersikeras ingin membawa Hana berobat keluar negri, tapi Hana menolak. Hingga akhirnya mereka mempunyai kesepakatannya sendiri, Hana mau berobat asalkan Jungkook menikahi Lusi"

Nyonya Jeon menutup mulutnya tak percaya, semua ini karenanya. Kalau saja dia bisa sedikit lebih peka bagaimana perasaan kedua anaknya itu, mungkin tidak akan seperti ini.

"Terimakasih Tae, sudah memberitahu mama. Setelah ini mama ingin bicara dengan Jungkook"

MY YOU ✔️ (AKAN SEGERA DI REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang