Bab 3 ||Follow

10 1 0
                                    

Happy Reading, Carang!

Jangan lupa vote dan komentarnya
ʘ⁠‿⁠ʘ





Menggulir halaman depan sosial media terus menerus. Itulah yang dilakukan Tya di kamarnya. Gadis itu dari tadi juga keluar masuk memantau akun seseorang, dia sedang meyakinkan dirinya untuk mengikuti akun orang tersebut. Ya, siapa lagi kalau bukan akun ketua geng motor Sherfias.

Usai tadi bertemu dengan sahabatnya dan mendapatkan rekomendasi pria tampan, kini Tya menjadi bingung. Gadis itu bimbang. Dia ragu untuk mengikuti akun Kendrick Daniel Ar-Razan.

"Ini kalau gue follow difollback gak ya sama dia? Pengikutnya aja ribuan begini," monolog Tya. Gadis itu berbaring santai di kasur dengan memegang ponsel.

Tya menghela napas pelan. "Kagak difollback juga biar deh!" lanjut Tya, jarinya dengan yakin menekan tulisan 'ikuti' di layar ponsel pintarnya.

Selanjutnya dia menaruh ponselnya di nakas dan beranjak keluar kamar. Di ruang keluarga, ada adik perempuan Tya dan kedua orang tuanya. "Sudah makan, Ty?" tanya bu Yeni, dia adalah ibu dari Tya.

Tya menatap sejenak jam dinding, rupanya sudah pukul 8 malam. Lama juga dia berada di kamar. "Belum, Ma."

"Yaudah makan gih. Dari tadi kamu belajar?"

Tya terdiam. Ingin menjawab jujur, tetapi ia takut. Akhirnya dia hanya tersenyum lebar tanpa menjawab. Lalu kakinya melangkah menuju ke dapur.

"Setelah itu tolong beli sabun cuci piring ya, Ty!" ucap ayahnya Tya, namanya adalah Pak Wisnu.

"Iya, Pah." Tya menjawabnya dari dapur dengan sedikit berteriak.

Selang beberapa menit, Tya sudah menyelesaikan makan malamnya. Dia kembali ke ruang keluarga untuk menemui sang ayah. "Udah selesai?" tanya Pak Wisnu.

Tya mengangguk. "Udah, Pah."

Pak Wisnu pun mengeluarkan dompetnya dan memberikan satu lembar uang berwarna hijau ke Tya. "Sabun cuci piring satu, terus sisanya kamu," pesan Pak Wisnu.

Senyum Tya mengembang. "Asiap, Pah!" jawab gadis itu dengan semangat. Sisa banyak, lumayan bisa untuk jajan.

"Kak, Bunga mau coka-coka ya," ujar seorang gadis berusia 15 tahun. Dia adalah Bunga Athifa Prada, adik dari Tya.

Tya memutar bola mata malas. "Beli sendiri!"

"Papah!" adu Bunga, menatap ayahnya dengan melas.

"Naditya," peringat Pak Wisnu, tatapan matanya menyiratkan ancaman.

Tya menghela napas kasar. "Oke-oke."

Kemudian Tya menuju ke kamarnya untuk mengambil jaket dan ponsel. Gadis itu meraih kunci motor yang tergantung di dinding ruang keluarga.

Dengan motor maticnya, Tya menuju ke toko terdekat. Tidak sampai lima menit, gadis itu sampai di toko. Mendadak dia menjadi canggung karena di depan toko banyak anak motor yang tengah menongkrong.

Salah juga memilih keluar di malam hari begini. Sudah sering sekali Tya melihat anak motor yang nongkrong di toko tersebut. Tidak tahu juga anak motor mana, sepertinya tidak terlalu populer.

Tanpa melihat ke mereka, Tya bergegas masuk ke toko dan membeli pesanan ayah dan adiknya. Tidak lupa dia juga membeli jajanan. Kemudian dia langsung menuju ke kasir dan membayar.

Selesai dengan belanja, Tya berjalan ke motor. Namun, saat ingin naik ke motornya, ponsel gadis itu berdenting. Sejenak Tya mengeluarkan ponsel dan mengecek notifikasi.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang