Bab 12 ||Obat Dua

5 0 0
                                    

Happy Reading, Carang!
Jangan lupa vote dan komentarnya
(⁠◠⁠‿⁠◕⁠)





Masih terdiam di tempatnya. Daniel berbalik guna menatap Tya. Napas pria itu masih memburu lantaran emosi. Entah apa yang Daniel pikirkan, tetapi dia memandangi wajah Tya. Menatap tepat di manik mata gadis itu.

"Udah, cukup," lirih Tya. Jantungnya berdetak kencang karena takut.

Daniel menarik napas dalam-dalam dan diembuskannya pelan. Pria itu akhirnya menurut. Dia hendak menjauh dari pria urakan si pembuat onar, tetapi belum juga ada satu langkah, tanpa diduga Daniel mendapat serangan. Pukulan tiba-tiba dari pria berandal itu membuat Daniel jatuh.

"Aaa!" pekik Anulika dan Nata secara kompak. Keduanya saling menggenggam tangan, sama-sama menyalurkan kekuatan lewat genggaman tangan itu.

"Hah, sedikit gak ikhlas. Biar seri," ucap pria berandal. Kemudian menatap sejenak Tya dan tersenyum misterius. Lantas dia keluar dari warung itu.

"Woy! Jangan kabur lo!" teriak salah satu anggota Sherfias, hendak mengejar cowok itu. Namun, Daniel segera mencegah.

"Biarin. Gak usah dikejar!" larang Daniel.

"Ty, ayo balik ke sekolah," lirih Anulika, menarik tangan Tya agar bergegas meninggalkan tempat mengerikan itu.

Tya melirik kedua sahabatnya. Wajahnya terlihat ketakutan. Keringat tampak di dahi mereka. "Kalian ke sekolah duluan aja. Gue mau di sini bentar," titah Tya.

"Mau ngapain?" timpal Nata.

"Gue rasa harus tanggung jawab, keributannya kan karena gue."

"Yaudah deh! Kita balik! Hati-hati." Anulika menarik tangan Nata. Mereka dengan cepat pergi dari warung itu. Tya menatap sejenak punggung keduanya yang mulai menghilang di belokan.

"Sakit gak?" tanya Tya sembari mendekat ke Daniel yang sudah dibantu berdiri oleh Damar dan Tobby. Dia mendesis, ngeri melihat darah di sudut bibir Daniel.

"Duh aduh, berantakan. Untung cuma satu gelas yang pecah," keluh mas penjaga warung. Dia membereskan beberapa kursi yang terjatuh, juga menyapu pecahan kaca dibantu oleh beberapa anggota Sherfias.

Tya langsung menuju ke penjaga warung itu. "Mas, maaf ya .... Saya bener-bener minta maaf atas kejadian ini," ucap Tya menundukkan kepalanya.

"Eh? Gak papa, Neng, santai aja. Di sini mah udah biasa, namanya juga lingkungan anak sekolah. Santai," balas mas Yanto, menampakkan senyum maklum.

"Maaf, Mas sekali lagi."

"Gak papa. Nengnya gimana? Ada yang luka gak?"

Tya menggeleng. "Aman, Mas. Tapi masnya ada obat merah gak ya? Untuk obati dia," ujar Tya. Menatap sekilas ke Daniel.

"Duh, gak ada, Neng. Kalau mau saya beliin."

"Eh, gak usah, Mas. Biar saya aja."

Tya kembali menghadap Daniel. "Tunggu bentar, gue beli obat," pamitnya dan langsung berlari padahal Daniel belum sempat menjawab.

Tatapan Daniel menuju ke teman gengnya. Dibalas tatapan bingung juga oleh mereka. "Kenapa lo?" ucap Damar mengajukan pertanyaan.

Daniel menggeleng. Dia kembali menatap ke depan. Entah kenapa jantungnya berdetak cepat saat Tya tadi bertanya 'Sakit gak?' padanya. Nada khawatir gadis itu tersimpan baik di memori Daniel.

"Lo ngapain sih, nyari konflik ke cowok tadi?" Tobby bertanya, pertanyaan yang sebenarnya dia sudah tahu jawabannya. Pertanyaan retoris.

"Lo nanya?"

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang