Bab 24 ||Licik

5 0 0
                                    

Kantin SMK 3 Genio tampak ramai di jam istirahat pertama. Manusia-manusia tidak sabaran membuka mulut mereka untuk protes pada penjaga kantin yang lama. Sebenarnya Tya masuk ke dalam kategori manusia tidak sabar itu, hanya saja dia memilih bungkam. Toh, mengeluarkan suara justru menguras energinya.

Apalagi Tya juga enggan pergi ke kantin kalau saja dia tadi pagi bisa menyiapkan bekal makanan. Memikirkan kesehatannya sendiri membuatnya susah tidur dan berakhir bangun siang sampai tak sempat menyiapkan bekal.

Sesudah mendapatkan semangkuk bakso dan es teh sesuai pesanannya, dia pergi mencari bangku kosong. Sayang sekali dua temannya tak ikut karena sudah membawa makanan, coba kalau ada mereka, Tya tidak kebingungan seperti sekarang.

"Ty, nyari meja kosong?" tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di sebelahnya.

Tya menoleh, ada Faizal dan satu temannya lagi yang Tya tak tahu namanya tengah membawa sebuah nampan. "Iya, rame banget," jawab Tya dengan helaan napas lelah.

"Sama gue aja, ada kursi kosong di sana," tawar Faizal.

Tanpa berpikir lagi, Tya langsung mengangguk. Dia ingin cepat menghabiskan baksonya dan kembali ke kelas. "Boleh."

Faizal dan Andika berjalan terlebih dahulu. Di belakangnya Tya mengikuti. Sampai di meja yang ditempati Faizal dan teman-temannya, Tya tersenyum canggung. Ini pertama kalinya Tya makan di kantin bersama para laki-laki, beberapa dari mereka juga memakai jaket Sherfias.

"Ini cewek yang waktu itu di warung mas Yanto bukan sih?" tanya seorang anggota Sherfias. Bahkan Tya baru sadar jika di sekolahnya ternyata banyak anggota Sherfias.

"Iya. Udah jangan bikin dia gak nyaman. Tya cuma pengen makan," jawab Faizal yang bisa membaca gelagat Tya seperti tak nyaman.

Tya tersenyum tipis. Bersyukur Faizal peka dengan situasinya. Dia bergegas menyantap baksonya, mengisi perut yang sejak tadi sudah kosong.

"Eh, tapi waktu itu lo diajak ke mana sama Daniel?"

Yang namanya larangan adalah perintah, begitulah prinsip manusia. Anggota tadi sudah diam, giliran anggota yang lain sebagai pewawancara. Tya mendongak, mengelap sisa kuah baksonya dari area bibir. "Ke danau," jawabnya singkat.

"Danau? Ngapain?"

"Bertukar pikiran." Tya kembali melanjutkan makannya.

"Itu Daniel yang ngajak?" Andika ikut bertanya.

Tya hanya mengangguk sambil masih mengunyah baksonya. Keinginannya untuk segera mengakhiri makan semakin besar agar tidak mendapat pertanyaan lebih lanjut lagi.

"Gue udah selesai makan. Makasih tumpangan duduknya," pamit Tya setelah mangkuknya kosong. Dia menenggak es tehnya sampai tersisa setengah lalu segera pergi keluar kantin.

"Buru-buru banget," gumam Andika.

"Ya kalian bikin dia gak nyaman," ucap Faizal.

"Yaelah, cuma nanya padahal," sahut anggota Sherfias.

"Iya dia gak suka sama orang banyak tanya. Bahkan ini mungkin pertama kalinya dia makan satu meja sama cowok sekolah," ungkap Faizal. Berbulan-bulan mendekati Tya, pria itu sedikit bisa memprediksi soal Tya. Ya walau hanya prediksi dan belum tentu benar.

***

"Ayo ketemuan, Ty!"

"Di mana?"

"Kafe Cactus kayak biasa."

"Oke. Gue ke sana sekarang."

"Tapi gue agak telat ya, Ty. Nunggu seseorang dulu."

"Hm. Iya-iya."

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang