Bab 36 ||Gila

3 0 0
                                    

Pelajaran olahraga di siang hari adalah hal yang menyedihkan. Dan Tya harus mengalami itu sekarang. Walaupun dirinya nanti tidak berolahraga karena sudah mendapat izin sakit, tetapi dia tetap disuruh untuk ganti baju. Malas sekali.

"Cie, Nadi! Lo utang cerita sama kita!" Dalam perjalanan menuju ke lapangan belakang-tempatnya berolahraga-Anulika kembali menggoda Tya.

Tya memutar bola mata malas. Benar kan dugaannya, kedua temannya itu pasti akan terus menggoda. "Bodo!" balas Tya semakin mempercepat langkahnya.

"Ih, Nadi!" teriak Anulika dan Nata serempak. Lantas keduanya tertawa karena berhasil menggoda sang sahabat.

Sampai di lapangan, teman sekelas Tya sekaligus dirinya mengikuti pemanasan yang diperintahkan oleh guru olahraga. Jika hanya untuk pemanasan kecil saja, Tya bisa ikut. Setelah pemanasan, mereka berlari keliling lapangan. Nah, kali ini Tya tidak ikut. Dia memilih duduk di bawah pohon, menunggu mereka pemanasan.

Pelajaran olahraga itu pelajaran menyenangkan, kalau saja Tya bisa mengikutinya dengan baik. Namun, sayang sekali, akhir-akhir ini kondisi fisiknya sedang memburuk. Tya juga tidak mau kalau nantinya dia drop dan lebih sering tinggal di rumah sakit seperti beberapa tahun yang lalu.

Pandangan Tya mengedar lalu tatapannya jatuh pada murid sekolah sebelah yang juga sedang olahraga. Lapangan smk 2 dan 3 Genio memang menjadi satu. Jadi harus bisa membagi adil area lapangan. Lagi dan lagi Tya harus tersenyum miris, jujur dia ingin berolahraga bersama temannya sekarang.

"Tya, tolong jaga catatan saya ya. Saya mau ke ruang guru ada rapat sebentar," ucap Guru olahraga yang mendekat ke Tya dan memberikan sebuah papan ujian dan berisi kertas catatan nilai para murid.

"Iya, Bu." Tya menerima catatan itu.

"Kalau semisal nanti saya belum selesai dan jam olahraga sudah berakhir, silahkan langsung ke kelas setelah pendinginan ya!"

"Oh iya, sekalian kamu jangan lupa mengerjakan tugas untuk mengganti nilai praktik olahraga."

"Baik, Bu."

Guru tersebut sudah pergi, datanglah Anulika mendekat ke dirinya. "Gurunya ke mana, Ty?" tanya Anulika.

"Rapat."

"Oh," balas Anulika lalu mengambil duduk di samping Tya. Kemudian mengipas-ngipasi wajahnya dengan tangan.

"Lah? Kok duduk?" tanya Tya merasa heran.

"Capek, Nad."

"Ck, bisa gak manggilnya kayak biasa aja?!" protes Tya, malas juga mendengar hal itu.

Anulika pun tertawa. Dia sampai menepuk pundak Tya. "Iya deh, Nadi kan panggilan sayang dari Daniel, ye gak?" goda Anulika, menggerakkan kedua alisnya.

"Udah sono lo olahraga!" perintah Tya, mendorong tubuh Anulika.

"Kan gue udah bilang capek, Ty."

"Harusnya lo tuh bersyukur, Anu. Lo bisa gerak bebas tanpa batasan," ucap Tya dengan tatapan lurus ke arah teman-temannya yang laki-laki sedang berlarian ke sana kemari untuk mengejar bola. Sedang para perempuan sibuk bermain bulu tangkis.

"Ty, jangan mulai deh!" cegah Anulika. Dia enggan untuk membahas hal menyedihkan sekarang. Bukan malas mendengarkan keluh kesah sang sahabat, hanya saja dia tidak mau melihat Tya merasa tak berdaya.

"Lo tuh hebat dengan cara lo sendiri. Jangan bandingin diri lo sama orang lain! Jelas beda! Udah, gue mau lanjut aja kalau gini mah!" ucap Anulika lalu beranjak untuk kembali berolahraga. Namun, belum ada sepuluh langkah, suara bariton seseorang mengejutkannya.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang