Bab 5 ||Cinta Pertama

10 0 0
                                    

Papa, Anda meninggalkan trauma di hidup saya.

-Kendrik Daniel Ar Razan

°
°
°
°
°

Suasana kembali tenang setelah Garry angkat suara. Senior itu menenangkan Daniel dan memerintah untuk Januar meminta maaf. Tidak hanya itu, dia juga berpesan agar Januar berhenti bermain dengan perempuan.

Bersyukur Januar tidak ditendang dari Sherfias. Dia aman karena Garry. Jika saja Garry tidak ada ditempat, mungkin sekarang dia sudah bukan anggota Sherfias lagi.

"Udah ya? Gue harap, setiap ada masalah selesaikan dengan tenang, bukan emosi," ujar Garry. Dia menepuk pundak Daniel, juga pundak Januar.

"Oke, kita langsung mulai aja buat rapat sunmori," sambungnya meminta Daniel untuk membuka acara.

Dengan tatapan datar dan tanpa ekspresi Daniel memulai acaranya. "Ekhem, untuk sunmori minggu besok, perjalanan kita menuju ke pantai. Jam kumpulnya seperti biasa dan kumpul di markas utama."

"Damar sebagai safety officer, lo pastiin jalurnya nanti aman. Faizal, lo sebagai sweeper tengah, Dika sebagai sweeper belakang."

"Voorijder nya seperti biasa, Mahesa yang atur. Perjalanan kali ini, road captain nya Fares."

Daniel membagi beberapa peran penting yang nantinya akan dibutuhkan. "Tobby, lo urus konsumsi."

"Yaelah, El! Masa gue konsumsi lagi, yang lain kek! Rugi terus gue urus masalah konsumsi," protes Tobby.

"Duitnya gak seberapa mintanya ayam, daging, yang enak-enak. Kagak adil."

"Terima gak?" tanya Daniel, menatap lurus ke Tobby, sepupunya itu.

Tobby, mau tidak mau mengangguk menerima. "Iya-iya." Mau bagaimana lagi, menolak nanti justru dia yang terkena bahaya. Bisa-bisa Daniel menjadi tidak percaya pada dirinya dan beralih ke orang lain.

"Ada yang mau berpendapat untuk besok?" tawar Daniel, tatapannya menyapu ke seluruh sudut warung tersebut.

Damar dengan percaya dirinya mengangkat tangan. "Gue!"

"Em, gue tuh pengen sunmori kita tuh ada acara dangdutan gitu loh, biar seru. Pada setuju gak?!" seru Damar. Pria itu menatap teman gengnya meminta dukungan.

"Setuju sih gue."

"Bener tuh, seru."

"Mantap! Gue menunggu dangdutan!"

"Saran yang bagus, Bro!"

"Kayak gini nih, suka gue!"

Jawaban persetujuan langsung terdengar. Zaman sekarang, siapa sih yang tidak tergiur dengan dangdut, apalagi semuanya kaum laki-laki. Jelas tidak ada yang menolak.

"Tenang!" Suara tegas Daniel memotong keributan anggotanya. Seketika semuanya menutup mulut. Anggota yang patuh.

"Gue tau, kalian butuh hiburan. Tapi hiburan itu gak gratisan. Ada harganya, apa kalian siap buat bayar harga itu?" ucap Daniel. Anggota Sherfias yang tadi bersuara keras, menjadi kicep.

"Apa kalian mau pake uang Sherfias? Cuma buat dangdutan?" lanjutnya. Lagi-lagi semua terdiam, apalagi Damar yang tadi memancing anggota lain.

"Gak kan? Untuk masalah dangdut, besok kita diskusi lagi, tenang ... akan ada acara dangdutan buat kalian, tapi bukan besok waktu sunmori."

"Bener, Bos?"

"Serius kagak nih?"

"Jangan php, Niel!"

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang