Bab 34 ||Ditemani Air Mata

4 0 0
                                    

Motor Daniel melaju dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan yang sedikit sepi karena sudah malam. Malam ini pikirannya kacau. Menjauh dari Naditya? Kenapa teman-temannya menyuruhnya untuk menjauh dari gadis itu?

Tidak, Daniel tidak mau menuruti mereka. Daniel akan menjaga Tya karena perasaannya sudah sepenuhnya milik Tya.

Beberapa menit mengendarai kuda besinya, akhirnya Daniel menghentikan motor di depan rumah besar. Daniel memutuskan untuk menemui sang mama.

Daniel membuka pagar lalu memasukkan motornya. Dia mengetuk pintu lantas keluar seorang wanita yang saat ini sedang dia rindukan. "Hai, Mah!" sapa Daniel.

"El?" ujar Farah, terkejut dengan kehadiran sang anak yang tanpa kabar. Ditambah dengan penampilan yang tidak seperti biasanya.

Daniel yang baru menyadari tampilannya pun tersenyum. "Iya, Mah. Ini El," balasnya.

"Ayo masuk!" ajak Farah, membuka pintunya untuk sang anak.

"Kacamata kamu ke mana, El? Terus kamu tampilannya jadi ... beda?" tanya Farah begitu Daniel duduk di sofa.

Daniel mengusap leher belakangnya sambil meringis pelan. "Emh, ketinggalan, Mah."
Alasan yang klise. Salahkan dirinya yang dari markas langsung ke rumah sang mama dan tidak melihat tampilannya sendiri.

"Mama kira tadi kurir paket," ucap Farah membuat Daniel mengerutkan keningnya.

"Mama pesen sesuatu?"

Farah menggeleng. "Enggak, tapi kamu bener-bener beda dengan kayak gini. Apalagi pakai jaket geng motor," ucap Farah menunjuk jaket yang dikenakan putranya.

Daniel melotot, dia menatap jaketnya yang ternyata masih di badannya. "Aaa ini, Mah ...."

Ucapan Daniel menggantung, bingung hendak menjelaskan apa. "Apa, hm?" tanya Farah mengeluarkan tatapan intimidasinya.

"P-punya temen, Mah?" Daniel sendiri saja ragu dengan alasannya.

"Masa? Kamu gak punya jaket sampai harus minjem temen?"

Sekakmat!
Daniel kalah di hadapan mamanya sendiri. Lantas pria itu menunduk. "Maaf, Mah ...."

"Maaf kenapa?"

"Em, sebentar. Mama ambilin minum dulu," lanjut Farah memotong. Dia kemudian beranjak lalu pergi ke dapur mengambilkan minum untuk Daniel dan dirinya.

Sementara Daniel menghela napas sejenak. Menyiapkan diri untuk jujur daripada kebohongannya justru membuat masalah. Jika mamanya nanti marah, semoga saja dia bisa menghadapi.

"Nih, cokelat hangat." Tak lama kemudian Farah datang dan menaruh segelas minuman cokelat di hadapan Daniel. Lalu kembali duduk di samping putranya.

"Jadi ... ada yang mau kamu jelaskan?" tutur Farah, memulai percakapan serius.

Daniel menarik napas dalam-dalam sebelum berucap, "Mama jangan marah ya?"

"Tergantung, Sayang."

"Aaaa ... Mama." Daniel merengek layaknya anak bayi.

"Ya kamu jelaskan dulu."

"Em, sebenernya El ikut geng motor."

Farah menghela napas. Cukup terkejut, tetapi dia akan mengontrol emosinya. "Alasannya?" lontar wanita itu.

"Ya karena El kesepian. El jarang ketemu mama."

"El butuh temen untuk cerita, butuh temen untuk ketawa. El butuh itu, Mah," jelas Daniel, menundukkan kepalanya. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang