Bab 26 ||Pilihan

4 0 0
                                    

"Besok lagi kalau lo mau nangis, di kamar aja. Jangan di pinggir jalan kayak tadi, bahaya," pesan Daniel begitu dia mengantarkan Tya sampai di depan rumahnya.

Tya mengangguk pelan. Menampakkan raut tenang walau sebenarnya dia terbawa perasaan. "Makasih ya," ucapnya pelan.

Suara motor yang memasuki area rumah Tya terdengar. Mahesa menghentikan motornya dan memberikan kunci ke Tya. "Silahkan, Calon ratu," ujarnya.

"Calon ratu?" gumam Tya sambil menerima kunci motor.

"Iya, siapa tau lo mau jadi calon ratu di hati gue," balas Mahesa menampakkan senyum menggoda.

"Lah lah? Lo kenapa begitu, Niel? Tajem bener tatapan lo?" tanya Mahesa ketika melihat Daniel menatapnya dengan tajam.

Daniel diam. Hati kecilnya merasa kesal mendengar kalimat Mahesa tadi. Ya walaupun terdengar bercanda, tetapi tetap saja.

"Pulang!" perintah Daniel tegas.

"Kan gue nunggu lo, Niel. Masa gue jalan kaki?" ujar Mahesa. Sebenarnya dia ingin tertawa melihat muka ketuanya yang tak enak dipandang itu. Sungguh sudah mempunyai rasa cemburu.

"Gue pulang, Nad," pamit Daniel pada akhirnya.

Tya mengangguk. "Iya, makasih sekali lagi. Makasih juga ...." Dia menggantungkan ucapannya sambil menatap tanya ke arah Mahesa.

"Mahesa. Panggil sayang juga gak papa loh, ikhlas gue," ujar Mahesa menggodanya lagi.

Alis Tya terangkat sebelah. Menggoda lagi?
"Makasih, Sayang," lontar Tya menurut kata Mahesa.

Tak hanya Mahesa yang melotot, Daniel pun terkejut. Hatinya mencelis. Dia menggenggam erat setang motornya. Menyembunyikan perasaan asing yang ada di hati.

"Sayang pala lo gue penggal mau?" lanjut Tya, tatapannya menjadi tajam dan galak. Ucapan Tya mampu mengundang tawa kecil Daniel. Pria itu puas dengan jawaban Nadi.

Seketika bulu kuduk Mahesa berdiri. Dia mengusap lengannya yang terbalut jaket Sherfias. "Anj*r, serem banget calon ratu," lirihnya.

Baru saja Tya hendak membuka mulut untuk membalas Mahesa, sebuah suara dari arah pintu rumah memotongnya. "Tya, sudah pulang?"

Ketiganya langsung menoleh ke pemilik suara. Bu Yeni, baru keluar dari rumah dan menghampiri mereka. Saat di dalam rumah tadi dia mendengar suara-suara, lalu memutuskan untuk mengecek. "Ya ampun, Tya, ada tamu gak disuruh masuk?" ujar Bu Yeni.

Tya mengusap tengkuk lehernya. "Mereka juga mau pulang kok, Mah," balasnya.

"Hai, Tante, saya Mahesa," sapa Mahesa tersenyum dengan manis. Dia mencium punggung tangan Yeni.

"Yeni mamanya Tya .... Kalian ini?"

"Kami temennya Tya, Tan."

"Daniel," ujar Daniel dengan singkat dan senyum tipis. Turut mencium tangan Yeni.

Yeni menyunggingkan senyum ramahnya. "Oh iya-iya. Silahkan mampir dulu," ucapnya.

"Makasih, Tante. Kita mau langsung pulang," jawab Daniel.

"Oh gitu? Yaudah hati-hati ya."

Daniel mengangguk. "Iya, Tante."

Motor Daniel mulai meninggalkan pekarangan rumah Tya. Yeni lantas menatap putri sulungnya. "Itu temen sekolah kamu? Seragamnya beda," ucapnya mengungkap keheranan.

"Anak SMA Venus, Mah," jawab Tya.

"Oh, temen smp? Kenapa bisa kenal sama anak sekolah tetangga?" Setahu Yeni, anaknya itu sangat malas berinteraksi dengan banyak orang, apalagi yang tak pernah dekat dengannya. Bahkan, baru ini Tya membawa teman pria setelah teman SMP-nya dulu yang Yeni lupa namanya.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang