Bab 11 ||El, stop!

6 0 0
                                    

Happy Reading, Carang

Jangan lupa vote dan komentar!!
(⁠◠⁠‿⁠◕⁠)






"Baik. Pelajaran kita sampai di sini. Setelah ini silahkan pulang ke rumah masing-masing. Jangan ada yang main tanpa izin orang tua. Selamat siang!"

Salam perpisahan dari guru yang mengajar di kelas Tya mengundang helaan napas lega dari semua murid. Akhirnya setelah 2 jam tersiksa dengan pelajaran sejarah, mereka terbebas juga.

"Tya, ayo jajan!" ajak Anulika.

Gerakan Tya yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas menjadi terhenti. "Jajan? Gue mau pulang," ucap Tya.

"Yaelah, jajan bentar. Lagian gue ekstra loh, lo pulangnya ntar aja."

"Lo gak esktra, Ty?" tanya Nata.

Tya menggeleng. "Males."

Sudah sering Tya mengucapkan itu. Malas untuk berangkat ekstrakurikuler. Jika dua temannya, Nata dan Anulika rajin untuk mengikuti ekstrakurikuler baris berbaris. Berbeda dengan Tya, gadis itu awal masuk sekolah mengikuti ekstrakurikuler PMR, Palang Merah Remaja. Namun, seiring berjalannya waktu, dia merasa lelah dengan kegiatan itu. Alhasil jarang berangkat. Bukan tidak pernah loh ya.

"Yaudah, mending jajan. Ayo!" ajak Anulika lagi.

"Jajan di mana?" tanya Tya.

"Di deket SMK 2, gue pengen beli mi goreng."

"Jajan kantin aja, jauh-jauh ngapain?" timpal Nata, diangguki setuju oleh Tya.

Anulika menggeleng tegas. "Dibilang gue pengen mie, di kantin mie gorengnya kurang enak."

"Di sana banyak cowoknya. Lo yakin?"

"Ck, elah. Biasanya kita juga ngomongin cowok. Udah ayo, laper gue!"

"Oke. Ayo!" jawab Tya.

"Naik motor?" Nata bersuara lagi, menghentikan langkah Tya dan Anulika.

"Jalan kaki aja. Deket kok," sahut Tya.

Tiga sahabat itu berjalan menuju ke warung dekat SMK 2 Genio. Sesekali mengobrol ringan, ditambah dengan candaan. "Sst, heh itu kapten basket cuy, ganteng astaga!" seru Anulika, menarik dua sahabatnya agar mendekat.

Di area lapangan luar, beberapa murid tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket. Ya termasuk si kapten basket yang menjadi pusat perhatian mereka.

"Siapa namanya? Gue lupa," ucap Tya. Menatap kagum si kapten basket itu, memang tampan. Tinggi, rambut hitam legam dengan poni menutupi dahi, juga hidung mancung, kulit kuning langsat. Sangat sempurna.

"Firza," jawab Anulika.

Tya mengangguk. "Oh. Udah nih ... jadi gak jajannya?"

"Bentar, Ty. Modus dulu," jawab Anulika, dia hendak melangkah mendekat ke Firza.

"Oh yaudah. Gue pulang duluan kalau gitu." Tya bersuara, langsung saja gerakan Anulika menjadi terhenti. Anulika menghela napas kasar.

"Ya ampun, Ty. Gak seneng ya liat gue seneng?"

"Bukan gitu. Tapi tau malu dong, Anu."

Anulika berdecak. "Ck, iya-iya."

"Ayo deh! Cepet! Ini gak jadi mulu dari tadi!" Nata bergegas menarik tangan kedua sahabatnya. Membawanya keluar area sekolah. Kalau tidak begitu, malam hari baru mereka sampai di warungnya.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang