Bab 37 || Tolong

5 0 0
                                    

"Jelasin tujuan Tya deketin Daniel," titah Damar.

Hira belum menjawab pertanyaan itu. Dia masih diam mematung, berusaha menebak apa yang sebenarnya sedang direncanakan anak Sherfias. Tangan Hira meremas roknya untuk menyembunyikan kegugupannya, tetapi hal itu justru memperlihatkan rasa gugup.

"Denger gak?!" sentak Damar karena tak kunjung mendapat jawaban.

Hira terkesiap, dia malah menundukkan kepalanya. Takut melihat wajah-wajah sangar di hadapannya. "G-gue gak tau," lirih Hira.

Damar mencengkeram erat pipi Hira agar gadis itu mendongak. Melemparkan tatapan tajam ala dirinya. "Lo-"

"Lepasin!" sentak Daniel kemudian. Dia balik menatap tajam anggotanya. Perlu diingatkan jika Daniel tidak menyukai kekerasan terhadap wanita.

Damar terdiam. Kemudian dia melepas cengkeramannya. "Sori," lirihnya sampai tak didengar siapapun. Lantaran emosi dia sampai ingin berbuat kekerasan.

"Lo gak perlu berusaha apapun. Gue akan terima fakta tentang Nadi, walau buruk sekalipun," ujar Daniel.

Damar tak mengindahkan ucapan ketuanya. Dia tetap menatap Hira. "Jelasin ke kita, tentang Tya yang deketin Daniel!" tegasnya kemudian.

Hira memberanikan diri untuk mendongak. Bahkan sekarang kedua matanya berkaca-kaca karena takut. "Jelasin apa?! Kalian perlu kejelasan apa?!" teriak Hira, tetapi tak bisa dicegah air mata yang keluar. Selalu saja begitu ketika dia ingin terlihat tegar, justru air matanya membuka semua.

"Jelasin kalau Tya deketin Daniel cuma sebagai pelarian. Selain itu, tentang taruhan kalian untuk deketin Daniel!" perintah Damar.

Seketika tubuh Daniel membeku. Pelarian? Lalu apa itu tadi ... taruhan?

Sebelum membuka mulut, Hira menarik napas dalam-dalam. Dia menelan ludahnya walaupun sedikit sulit. "Iya! Awalnya Tya emang deketin Daniel karena gue nyuruh dia. Gue nantang Tya untuk menaklukkan Daniel. Itu gue lakuin karena dia butuh melupakan masa lalunya!"

"Ini salah gue, gue tau itu! Jadi ... sori. Gue minta maaf akan hal itu." Suara Hira terdengar lirih di akhir penjelasannya.

Tatapan Daniel berubah kosong. Mata yang biasanya tajam, kini berubah karena penjelasan dari Hira. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Anggota Sherfias-Damar, Fares, Mahesa, dan Januar-turut terdiam mendengar penjelasan langsung dari sahabat Tya. Mereka pun menatap sendu sang ketua.

Damar yang dari tadi menggebu ingin membongkar kedok Tya, kini menyesal. Dia merasa menyesal karena melihat raut wajah Daniel yang sendu.

"Hira!" Panggilan itu terdengar bersamaan dengan pintu rooftop yang dibuka secara kasar. Muncullah Daffa dengan raut khawatir. Dia langsung mendekat ke Hira yang terlihat ketakutan.

"Kalian apain Hira?!" bentak Daffa, menarik Hira untuk berdiri di belakang punggungnya.

Mahesa tampak menyipitkan mata. Membaca dengan saksama name tag yang dipakai oleh Daffa. Seketika dia teringat akan sesuatu. Lalu menatap lagi wajah Daffa dengan serius. "Lo yang waktu itu bikin keributan di warmindo?" tanya Mahesa, bahkan pertanyaan Daffa sendiri belum terjawab.

Napas Daffa terlihat menggebu. Dia emosi karena Hira ketakutan yang disebabkan oleh anak Sherfias. "Iya! Kenapa?! Lo balas dendam ke gue lewat Hira?" tanya Daffa.

"Balas dendam? Lewat perempuan? Kami bukan pengecut!" tegas Daniel. Pria itu beranjak, berdiri tepat di hadapan Daffa. Lalu dia melirik pada gadis yang ada di balik punggung Daffa.

"Lo bisa jelasin tentang dia? Nadi pernah cerita ke gue kalau sahabatnya nyuruh orang bikin kekacauan di warmindo. Dan sekarang gue tau, lo kan yang dimaksud?" ujar Daniel terlihat tenang walau sebenarnya dia emosi. Apalagi mengingat saat sebelum Tya bercerita, gadis itu merasakan sesak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang