Bab 20 ||Dunia Malam

6 0 0
                                    

Motor itu melaju di jalanan menuju ke SMK 3 Genio. Disadari atau tidak, itu benar-benar tujuan si pemilik motor. Tak acuh dengan tatapan kagum, bingung, sekaligus takut, itu sudah biasa bagi Daniel. Pria itu menghentikan motornya di depan gerbang SMK 3, layaknya menunggu seseorang di jam pulang.

Kepala Daniel berkali-kali menoleh ke arah parkiran, berharap seseorang terlihat di situ. Namun, pria itu tak kunjung menemukannya. Padahal sudah sepuluh menit dia hanya berdiam diri di depan gerbang. Mendapat berbagai tatapan dari murid SMK yang memang mengenalnya.

"Daniel?"
Suara itu menyapa indra pendengar Daniel, pria itu menoleh ke sumber suara. Tanpa diduga, jantung Daniel berdebar cepat melihat Tya ada di hadapannya sekarang.

"Lo ngapain di sini?" tanya Tya, mendekat ke Daniel. Gadis itu baru dari luar sekolah dan pergi ke toko untuk membeli sesuatu. Lantas di depan gerbang dia justru bertemu Daniel yang kebingungan layaknya orang hilang.

"Em, gu-gue ...." Sial, mulut Daniel justru sulit berbicara di saat seperti ini. Dia kebingungan mencari jawaban pas.

Tya menaikkan sebelah alisnya, melihat Daniel gugup dia menjadi bingung. Ketua geng bisa gugup juga ya?

"Eh iya, jaket lo! Bentar, lo tunggu sini!" perintah Tya sebelum dia meninggalkan Daniel dan berlari ke area sekolah menuju kelas, sekalian mengambil motor karena ia pun akan pulang.

Dengan senang hati Daniel menunggu gadis itu. Dia menunggu sembari memainkan ponselnya, meski hanya menggulir halaman depan karena tidak tahu ingin membuka apa.

Selang beberapa menit, sebuah motor matic berhenti tepat di sebelah Daniel. Pria itu menoleh, rupanya Naditya.

"Nih, makasih ya. Sorry kebawa lagi," ucap Tya menyerahkan jaketnya ke Daniel sembari tersenyum lebar untuk menutupi ketakutannya karena siapa tahu pria itu akan marah.

"Tapi ini belum gue cuci, El. Atau mau gue bawa pulang lagi biar dicuci?" tawar Tya hati-hati.

Daniel mengambil jaketnya. "Gak masalah," jawab dia lalu memakai jaket itu.

Tya mengangguk lega. "Oke deh."

"Lo mau pulang?" tanya Daniel.

"Iya."

"Ikut gue."

Alis Tya mengerut bingung dengan ucapan Daniel yang tiba-tiba. "Ke mana?" tanyanya.

"Ya ikut aja. Mau gak?" Kali ini Daniel menawari, bukan memakai nada terkesan memaksa seperti tadi.

Tya diam sebentar. Mengejutkan Daniel mengajaknya untuk pergi. "Kenapa tiba-tiba?" tanya Tya guna menuruti rasa penasarannya.

"Ya ... gak papa." Jawaban pria itu benar-benar tidak memuaskan.

Tya melipat bibir bawahnya. Dia menaikkan pandangan sembari berpikir. Ide bagus juga kalau dia mengikuti Daniel, toh tujuannya dari awal memang mendekati pria itu. Siapa tahu dia menjadi semakin dekat dengan Daniel dan bisa meluluhkannya.

"Oke. Tapi jangan sampai malem," ucap Tya.

"Aman. Ntar motor lo titip di warung mas Yanto. Lo bonceng gue karena tempatnya agak jauh," ujar Daniel.

"Tapi aman, kan?"

Daniel mengangguk yakin. "Aman."

Keduanya menyalakan motor dan pergi menuju ke warung Mas Yanto. Lagi dan lagi Daniel mencoba mengambil langkah awal.

Sampai di warung Mas Yanto, Tya turun dari motor, begitu juga Daniel. "Bentar," ucap Daniel kemudian dia masuk ke warung dan tampak berbincang dengan salah satu anggotanya. Sepertinya Damar.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang