Bab 32 ||Panggilan Sayang

3 0 0
                                    

"Lo itu Nadi gue. Gimanapun lo sekarang, itu artinya menggambarkan gue."

"Ayo, ke rumah sakit."

Bibir Tya masih bungkam karena ucapan Daniel barusan. Hingga usapan lembut di keningnya menyadarkan dia. "Nad?" panggil Daniel.

"Eh. Apa?" tanya Tya setelah dirinya tersadar.

"Ke rumah sakit. Periksa lo."

Tya lantas menggeleng, dia juga menyunggingkan senyum tipis. "Gak usah, gue udah mendingan," tolaknya.

"Iya, Ty. Lebih baik lo ke rumah sakit, periksa kesehatan." Seseorang masuk ke tirai dan menyeletuk. Dia menaruh segelas air putih di nakas dekat brankar Tya. Dia petugas kesehatan di uks tersebut.

"Gue udah gak papa, Kak," balas Tya sembari melepas selang oksigennya. Menghela napas lega setelah bisa bebas dari benda menyebalkan itu.

"Ayo pulang!" ajak Tya setelah dia beranjak dari baringnya. Namun, Daniel masih belum bergerak, dia bahkan menatap Tya datar.

"Nad, kalau sakit itu bilang sakit. Gue gak suka lo yang kayak gini."

"Gak akan ada yang peduli kalau gue ngeluh."

Merasa kepentingannya sudah selesai, petugas kesehatan yang bernama Rara itu keluar. Dia membiarkan Daniel dan Naditya berbicara berdua.

"Gue. Gue peduli tentang lo, apapun itu," ucap Daniel tegas. Tangan pria itu mengusap lembut kepala Tya.

Kepala Tya tertunduk, mengalihkan tatapan dari kedua mata Daniel. "Sori, El. Gue lebih nyaman kayak gini," ujarnya.

Sejenak hening, dua makhluk itu sama-sama diam. Berperang dengan pikirannya masing-masing. "Oke, ayo pulang!" Daniel akhirnya membuka suara.

Tya mengangguk, perlahan dia turun dari brankar dengan bantuan Daniel. Pria itu pun merangkul Tya, membantunya berjalan. "Kak Rara, gue pulang ya. Thanks atas bantuannya," pamit Tya pada petugas kesehatan yang merupakan teman ekstrakurikulernya.

Rara mengangguk. "Sama-sama. By the way, gue baru tau lo punya pacar. Anak Sherfias lagi," ujar Rara.

Tya terkesiap dengan cepat dia menggeleng. "Bu-bukan, Kak. Dia temen gue," bantahnya.

"Oh, temen. Temen rasa pacar?"

"Apasih, Kak? Udah ah, gue duluan!"

Keduanya meninggalkan uks menuju ke gerbang sekolah. Saat berjalan di koridor, tanpa diminta Daniel melepas jaketnya dan memakaikannya ke Tya membuat gadis itu tersentak. "Biar gak dingin," ujar Daniel paham dengan keheranan gadis di sampingnya.

"Makasih, El," ucap Tya.

"Sity!"
Langkah keduanya terhenti kala dua orang gadis berlari menghampiri mereka. Dua gadis tersebut langsung berhenti tepat di depan Tya.

"Lo gak papa, kan? Aaa sori banget gue baru bisa ketemu lo, gue baru pulang. Katanya lo sakit?! Perlu ke rumah sakit?" oceh Nata memegang kedua bahu Tya dengan perasaan khawatir sampai banyak pertanyaan ia lontarkan.

Tya tersenyum, dia menepuk pundak kedua sahabatnya. "Gue udah mendingan. Thanks udah peduli ke gue," ujarnya.

Anulika tampak menghela napas pelan. "Kan ... gue udah bilang, Ty lo tuh sakit mending pulang. Masih bisa-bisanya lo sekolah?" kata Anulika menggeleng heran.

"Gue gak papa. Santai aja dong, jangan dibuat alay."

Keduanya tak menjawab, mereka mengalihkan perhatian ke seorang pria yang ada di samping Tya. Anulika menggoyangkan tangan Nata. "Ini bukannya Daniel ya? Ketua Sherfias?" bisik Anulika dibalas anggukan oleh Nata.

NEPENTHE (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang