7. Kerinduan

39.6K 5.7K 1.9K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

Update tiap ahad :)

Ingatkan typo dan kesalahan.

****

Athallah kini telah berada dalam kamarnya, duduk bersila di pinggir ranjang dengan memandang fokus pada Al-Qur'an saku miliknya. Di mana sejak tadi dia hanya memfokuskan diri mengulang hafalannya hingga tiba-tiba terhenti saat mengingat permintaan dari Abhian tadi malam. Yaitu, permintaan Abhian yang melamar dirinya untuk Adiba, sepupunya sendiri.

Athallah membuang napas kasar sembari menutup mushafnya kembali. Dia meletakkan mushaf itu di nakas sebelah ranjangnya lantas meletakkan kedua tangannya di kepala hingga rambutnya menjadi berantakan. Entah kenapa, dia jadi tak bisa fokus melakukan kegiatan apapun sejak tadi hanya karena permintaan dari pamannya kemarin.

Tak mau banyak pikiran dengan mengurung diri di kamar itu, Athallah pun bergegas turun dari kasurnya lalu seperti bersiap-siap untuk pergi keluar dari rumah. Tapi, kali ini dia keluar dengan pakaian yang berbeda. Yaitu, memakai sarung beserta kaos berwarna hitam polos.

"QOLA MUHAMMADUN HUWABNU MALIKI AHMADU ROBBILLAHA KHOIRO MALIKIIII

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"QOLA MUHAMMADUN HUWABNU MALIKI AHMADU ROBBILLAHA KHOIRO MALIKIIII...."

Athallah kini langsung menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara kanak-kanak santrinya yang sedang lalaran Nadhom Alfiyah. Saat itu, Athallah telah mengenakan kaca mata, hingga kaca mata itu pun langsung dilepas kembali untuk melihat sekumpulan santrinya. Senyuman pun terukir hingga pada akhirnya ada yang menepuk pundaknya.

"Gue pikir siapa," ketus Raja. Ia kini langsung berkacak pinggang dengan menggeleng-gelengkan kepala. "Mau ke mana?" tanya Raja padanya. Kini ia ikut berdiri di samping Athallah sembari ikut melihat sekumpulan santri.

"Saya belum siap."

Hanya kalimat itu. Dan Raja pun langsung paham dengan topik yang dibicarakan. Raja menepuk pundak Athallah untuk memberi kekuatan. "Bie, memang awalnya berat. Tapi insyaallah, lama kelamaan lo bakal terbiasa, kok. Ini juga, kan... amanah dari Kakek. Siapa lagi kalau bukan lo, Bie? Pesantren ini udah sepenuhnya ada di tangan lo. Tanggung jawab besar buat lo, Habibie Athallah Hafiz Al-Ayyubi."

ATHALLAH AL-HABIBIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang