بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]Apakah kaliann lupa alur?
ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR MAAFKAN AKU TEMAN YANG SAMPAI SEBULAN LEBIH GAK UPDATE, bukan lupa tapi lagi depresi dikit heheee
Buat yang gak suka sama cerita ini, bisa skip saja ya, aku tidak memaksakan kalian untuk baca cerita ini, aku buat cerita dengan apa yang buat aku senang, bukan yang kalian senangi🤗!
Dan... kenapa kalian gak suka kalau Habibie sama Ayesha? Haha
Jangan lupaa komen tiap paragraf dan voteenyaaa!!
***
Athallah kini beranjak bangun dari tidurnya saat menatap ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul dua pagi. Setelah terduduk sebentar, Athallah langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Di dalam kesunyiannya, Athallah teringat akan pesan Iqbal yang diberikan padanya beberapa hari lalu."Bie, setelah selesai ijab qabul yang kamu ucapkan nanti, maka detik juga Ayesha akan Om serahkan kepada kamu. Kamu mau bawa dia, silakan. Kamu mau kasih makan dia sehari satu kali, silakan. Kamu mau kasih makan dia sehari tiga kali, silakan. Kamu mau bawa dia pergi jauh, silakan. Om nggak akan mempermasalahkan itu semua." Iqbal berucap lantang pada Athallah yang masih duduk diam dengan menunduk tenang.
"Tapi, Bie... kamu harus ingat satu hal ini. Kami lahirkan anak perempuan ini, dan kami rawat sampai belasan tahun, kami didik, kami jaga, dari makanannya, ibadahnya, tingkah lakunya, sampai pada saat jabatan tangan antara Om dengan kamu nanti... Demi Allah, bawa selamat anak kami sampai di hadapan Allah. Dan jika kamu tidak membawanya selamat ke hadapan Allah, Om bersumpah akan menuntut kamu di hari akhir nanti."
Athallah menerbitkan senyumannya detik itu juga. Siap menerima segala konsekuensi dalam kehidupan barunya nanti, Athallah langsung meminta petunjuk dari Allah atas segala perasaan resah gelisahnya hari ini. Karena hari ini, adalah pertemuan keduanya dengan keluarga Iqbal.
"Memang, kamu mau nanya apa lagi, Ay? Pertemuan kemarin itu belum selesai?" tanya Iqbal pada Ayesha, yang di mana pagi ini Ayesha meniatkan diri untuk mengeluarkan pertanyaan lagi pada Athallah.
Ayesha menggelengkan kepala pertanda tidak puas akan pertanyaan sebelumnya. Masih banyak yang harus dipertanyakan bagi Ayesha. "Belum, Pa. Ay masih mau tanya banyak sama Gus."
Ayesha menatap sekilas ke arah Athallah yang duduk di hadapannya. "Tapi Gusnya harus jawab serius. Awas kalau main-main lagi."
Pasalnya, setiap Ayesha memberi pertanyaan serius terkait pernikahan, Athallah selalu menjawab dengan melenceng, bahkan keluar dari persoalan yang ada. Sungguh, sangat menyebalkan.
"InsyaAllah," jawab Athallah seadanya.
Setelah mendengar itu, Ayesha pun mengeluarkan secarik kertas dari kantong gamisnya. Iqbal yang melihat Ayesha malah mengeluarkan kertas tentu sangat bingung. "Untuk apa keluarin kertas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLAH AL-HABIBIE
Genç KurguSUDAH TERBIT + tersedia di Gramedia dan TBO [Sekuel IMAMA AL-HAFIDZH versi Wattpad] Menjadi dewasa tanpa kedua orang tua kandung, memang tak semudah yang dibayangkan. Itulah yang dialami oleh seorang pemuda bernama Athallah Al-Habibie. Orang tuanya...