46. Syarat Transfusi Darah

27.4K 3.1K 2.4K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]


Hai, aku kembali. Maaf sudah menunggu lama atas updatenya, ada kendala sedikit yang buat aku hiatus sedikit tanpa memberi informasi pada pembaca di wp. karena, aku hanya memberi informasinya lewat Instagram dan siaran WhatsApp :)

Dan, aku juga udah publish hafizma, loh! Ada yang udah baca???

Apa ini part terakhir? Hehe...

***

Perlahan, langkah Harumi maju diam-diam dengan tangan sebelahnya yang ia sembunyikan, membawa sebuah benda tajam untuk ia pergunakan menghilangkan nyawa seseorang. Tepatnya, sasaran tengah berada di dekatnya. "Mati kamu, Ayesha."

Ketika Harumi sudah berdiri tepat di belakang Ayesha, dengan sedikit satu jarak ia melangkah ingin menusukkan pisau itu, tiba-tiba....

"Ayesha?"

"AYESHA AWAS!" Harumi berhasil menusukkan pisau itu. Namun, bukan pada sasarannya. Melainkan, ada seorang pria yang yang berdiri membelakangi Harumi, dengan melindungi sang perempuannya. Athallah, ia terdiam membeku manahan rasa sakit, saat ada sesuatu yang menusuk bagian punggungnya.

Ayesha pun berbalik badan kala Athallah berdiri di belakangnya, terlihat raut wajah Athallah demikian menahan rasa sakit. "G-gus?"

"Kamu baik-baik saja, saya mencintaimu," itulah lirihan pelan yang mampu Ayesha dengar saat Athallah berusaha tersenyum sebelum akhirnya ia tumbang karena tak sadarkan diri. Di mana, ketika Athallah jatuh ke bawah dengan tangkupannya, Ayesha melihat adanya Harumi di dekat mereka.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, NING?" bentak Ayesha dengan rasa sesaknya. Ketika melihat Harumi saat ini merasa gugup dan bergetar sembari menatap tangan yang ia sudah ia lakukan untuk berbuat buruk.

Harumi menggeleng getar, "M-maaf, Ay. A-aku... aku gak sengaja...." lirihnya dengan air mata rasa takutnya.

***

"Tenang, sayang. Suami kamu pasti gak apa-apa, kok. Tenang, ya." Shenna kini berusaha menenangkan Ayesha yang terus menangis tanpa henti di pangkuannya.

Sesekali mata Shenna mengarah pada Iqbal yang sedang bersandarkan dinding rumah sakit. Pria itu melamun kala belum mengetahui kondiri dari keponakan sekaligus menantunya itu. Ya, mereka berada di rumah sakit. Di sana juga ada keluarga dari Kiai Hafiz. Yaitu, Abhian beserta istri, Hasbi beserta Harumi, dan Irama beserta istri dan putranya, Raja.

Selang beberapa menit kemudian, pintu ruangan pun terbuka, Iqbal terburu-buru menghampiri Dokter itu seakan panik ingin mengetahui kondisi dari Athallah. Dokter pun perlahan mulai menatap seluruh keluarga pasien lalu mulai berbicara. "Tenang, Pak. Kami telah melakukan semua yang kami bisa untuk merawat pasien. Namun, saat ini, pasien telah kehilangan cukup banyak darah akibat lukanya. Untuk membantu pemulihan dan stabilitas kondisinya, kami menyarankan agar pasien melakukan transfusi darah. Transfusi ini penting untuk menggantikan darah yang hilang dan membantu pasien segera pulih. Kami memahami bahwa ini mungkin sulit, tetapi kami percaya ini adalah langkah terbaik yang bisa kita lakukan untuk pasien."

ATHALLAH AL-HABIBIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang