بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]***
Setelah Athallah selesai melaksanakan shalat Tahajud, ia kini mengambil Al-Qur'an lantas dipanggilnya Ayesha yang sudah bangun dengan merebahkan diri di kasur sambil memainkan ponselnya. Yang merasa terpanggil tersebut pun langsung menoleh ke arah Athallah. "Kenapa, Gus?"
Athallah tanpa mengeluarkan suara, ia tepuk samping sajadahnya, mengisyaratkan agar Ayesha turun dari kasur dan duduk di samping Athallah yang sudah membawa Al-Qur'an di pangkuannya. Karena Ayesha juga bosan bermain ponsel, menurutlah ia meletakkan ponselnya lalu turun dari kasur menghampiri Athallah. "Kenapa, kenapaa?" Keponya atas perintah Athallah itu.
"Daripada main HP dipagi hari, membawa pengaruh buruk gak ngapa-ngapain. Mending dengerin saya ngaji," ucap Athallah akhirnya, yang langsung membuat Ayesha tersenyum detik itu juga.
Tapi tiba-tiba saja ia menguap dan lupa menutup mulut, di mana segera Athallah memberikan telapak tangan kanannya untuk menutup mulut Ayesha yang hampir terbuka lebar. "Ditutup," pesan Athallah lembut pada Ayesha.
Ayesha menampakkan giginya ketika ia telah selesai menguap dan terlalu lama menutup mulutnya. "Ehe, iya, Gus. Lupa."
"Lain kali ditutup, ya, Ay. Menguap itu dari setan. Jadi kalau menguap, sebisa mungkin ditahan dengan merapatkan mulut, atau bisa juga menutup mulut pakai tangan. Kalau mau tutup mulut pakai tangan kanan itu meletakkan telapak kanan kiri di mulut, tapi kalau pakai tangan kiri, itu meletakkan punggung tangan kiri ke mulut. Tapi gak dianjurkan kok mau pakai tangan mana, saya hanya memberi tambahan adab dari sebagian ulama. Rasulullah hanya memberitahu jika seorang menguap, maka hendaklah menahannya dengan merapatkan bibir atau menutup mulut menggunakan tangan. Jangan sampai mengeluarkan suara, karena ketika sampai ada suara, setan bakalan tertawa."
Baru satu perkara menguap di pagi, Ayesha sudah mendapat penceramahan panjang lebar seperti ini. Ia benar-benar tak tahu lagi jika sehidupnya akan dibersamai dengan Athallah, suami paham agama yang diidamkan kaum hawa. "Makasih, Gus, ilmunya. Tapi kayaknya Ay ngantuk deh. Mau lanjut tidur tau tadinya. Subuh juga masih satu jam lagi, kan?"
Mendengar itu, Athallah mengangguk. Lalu ia menepuk pahanya. "Sini, tidur di pangkuan. Sambil dengerin ayat Allah." Tersenyum Ayesha saat juga lalu langsung menurut menidurkan kepalanya di pangkuan Athallah.
Dengan penuh tenang, Athallah pun kemudian melantunkan ayat suci Alquran dengan tangan kiri yang ia buat untuk mengelus puncak kepala rambut Ayesha. Ini adalah kali pertamanya Ayesha merasakan hal yang sama seperti yang Rasulullah lakukan pada Siti Aisyah. Bedanya, Ayesha yang tidur di pangkuan Athallah. Karena Athallah tahu bahwa Ayesha mengantuk dan membiarkan Ayesha tidur di pangkuannya untuk tertidur.
Seperti tanpa dugaan, ditengah-tengah pergantian surah yang dibaca oleh Athallah. Tiba-tiba saja Ayesha yang setengah sadar langsung tak sengaja mendengar bisikan. "Besok gantian, ya. Saya yang membacanya dipangkuanmu." Seperti mengetahui isi pikiran apa yang Ayesha pikirkan tadi, Athallah berbisik demikian dengan perihal yang sama saat Ayesha menyamakan kejadian ini pada keharmonisan Rasulullah juga Aisyah.
"Ih, cepet lanjutin bacanya," cicit Ayesha dengan menahan diri dari salah tingkah. Athallah pun tersenyum dengan terkekeh lalu melanjutkan melantunkan. Tapi sampai ingin waktu subuh tiba, Ayesha tak kunjung tertidur. Berujung Ayesha terbangun dan mau melanjutkan masak saja, saat Athallah juga mau melaksanakan salat qobliyah subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLAH AL-HABIBIE
Ficção AdolescenteSUDAH TERBIT + tersedia di Gramedia dan TBO [Sekuel IMAMA AL-HAFIDZH versi Wattpad] Menjadi dewasa tanpa kedua orang tua kandung, memang tak semudah yang dibayangkan. Itulah yang dialami oleh seorang pemuda bernama Athallah Al-Habibie. Orang tuanya...