42. Rencana dibalik fitnah

24.3K 3K 1.1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

***

"Saya sebagai buktinya." Seorang perempuan yang ikut serta di pemakaman itu sejak tadi, kini mulai bersuara. Membuat seluruh yang berada di sana menatap ke arahnya. Perempuan itu tak lain adalah asisten dari Ikara di ruko butik itu yang memanggil Ikara sebelum Ikara jatuh dari tangga.

Ayesha yang juga baru menyadarinya bahwa perempuan itu ada di tempat kejadian, sungguh membuat Ayesha kini tersenyum lega. Ia ingat jika perempuan itu yang memanggil Ikara sedetik sebelum Ikara jatuh dari tangga. "Kamu, Raya?" Hasbi bertanya, dan mengenali perempuan itu.


Perempuan yang bernama Raya itu tersenyum mengangguk. "Iya, Pak. Saya Raya. Saya asisten Ning Ira di Butik. Dan saya, ada di tempat kejadian itu."

"Bagaimana kejadiannya?" tanya Hasbi lagi.

"Jadi... awalnya, saya mau menghampiri Bi Ira yang lagi melihat-lihat aksesoris di pinggir tangga. Dan saya lihat, di belakang Ning Ira ada keberadaan Ning Ayesha, di mana... Ning Ayesha mendorong Bi Ira dengan kuat hingga jatuh dari tangga," mata Ayesha langsung membulat seelah mendengarnya.

"Enggak!" teriak Ayesha dengan cepat. Karena penjelasan dari perempuan itu telah memutar balikan fakta. Ia awalnya tidak tahu jika Ikara ingin mendorongnya, bahkan ia tahu saat Ikara yang mengaku di kondisi setelah koma kemarin. Ada apa dengan perempuan itu? Kenapa tiba-tiba memberi kesaksian yang salah?

Ayesha terus menggeleng, menatap seluruh yang berada di sana termasuk Athallah sebagai suaminya yang merangkul dirinya. "Enggak, Gus. Ayesha gak lakuin itu. Gak mungkin, Gus. Itu fitnah," tambah Ayesha lagi dan menatap perempuan itu dengan tatapan tak percaya. "Kenapa kamu berbohong?" tanya Ayesha getar dengan meneteskan air matanya.

"Berbohong? Jelas dia udah kasih kesaksian yang bener! Terus fitnah apalagi, Ning Ayesha? Itu saksi udah jelas! Dia lihat pakai mata kepalanya sendiri kalau kamu dorong Umi saya!" Harumi bersuara lagi, dan membuat suasana di sana semakin tak terkondisikan.

"Sudah-sudah. Jangan main hakim sendiri. Kita semua adalah keluarga. Ayo, kita selesaikan secara baik-baik, tapi gak di sini. Ini pemakaman. Mari kita semua pulang, saya yakin ada solusinya." Iqbal dengan tenangnya mulai melerai keributan mereka.

"Solusinya?" Harumi tersenyum licik. "Solusi dari semuanya adalah, Ayesha harus dipenjara!" ucapnya dengan suara tegas, dan membuat Hasbi langsung menyentuh kedua bahu Harumi.

"Harumi," tegur Hasbi. Tapi, Harumi malah semakin kesal, karena terus melihat Hasbi membela orang lain dibanding dirinya.

"Abi... kenapa Abi terus bela yang udah bunuh Umi, sih?!"

"Anak saya bukan pembunuh!" Shenna membentak lantang pada Harumi, setelah sejak tadi terus menahan emosinya karena anaknya mendapatkan tuduhan yang tidak-tidak.

ATHALLAH AL-HABIBIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang