بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]Ingatkan typo dan kesalahan :)
****
Sejak pagi hingga menjelang sore hari, Athallah terus menerus disibukkan oleh aktivitas yang tak pernah ia lakukan dari hari-hari sebelumnya. Kini ia telah pulang ke rumahnya kembali setelah lelah akan pertemuan dirinya dengan khalayak orang di lingkungan pesantren tadi. Beberapa menit kemudian, Athallah langsung bangkit dari sofa ruang tengah lalu keluar dari rumah dengan mengunci pintu rumahnya. Entah ingin pergi ke mana dirinya.
Athallah mulai berjalan dan keluar dari gerbang samping, yang di mana di sana terdapat banyak penduduk rumah namun ia berhenti di salah satu rumah yang menurutnya tak asing lagi. Ia pun langsung mengetuk pintu lalu mengucap salam, dan dibeberapa detik kemudian terdengar suara menyahut dan menyuruhnya untuk masuk saja ke dalam. Athallah pun menurut, ia langsung masuk ke dalam rumah.
Saat Athallah telah masuk, ia dengan langkah pelan mendekati seorang lelaki yang kini hanya fokus pada game di ponselnya dengan berbaring di sofa panjang depan televisi. Terlihat lelaki itu tiba-tiba meletakkan ponselnya di meja dengan kesal.
"ARGH!! KALAH, KAN, BIE?"
Athallah yang masih dengan wajah datarnya itu semakin mengernyit bingung tiba-tiba lelaki itu menyalahkan dirinya. "Saya yang baru datang juga salah?"
"Nggak, sih." Laki-laki itu mengubah gaya tidurnya menjadi duduk. Ia membiarkan untuk Athallah duduk di sebelahnya. "Kenapa?" tanyanya lagi saat Athallah telah duduk.
Athallah menolehkan kepalanya ke depan pintu luar yang sedikit terbuka. Menampakkan mobil sport berwarna hitam itu terparkir di depan rumah. "Mobil di depan itu.... mobilmu?"
Lelaki itu mengangguk. "Iya. Sebulan lalu dibeliin sama Bokap. Emang kenapa?"
"Boleh antar saya?"
Berkerut dari lelaki itu. "Hah? Antar ke mana?"
"Saya mau keluar."
"Lah, kok sama gue? Kan bisa minjam mobil Om Iqbal. Pernah diajarin naik mobil, kan? Atau lo mau belajar lagi sama gue?"
Athallah menggelengkan kepala, "Nggak. Saya gak bisa. Kamu aja yang antar saya. Dan jangan sampai Om Iqbal atau Papa kamu tau, Ja."
Terkejut lelaki itu. Raja namanya, ia adalah anak kandung dari Irama. "Wah, kalau ini gue gak mau nanggung risiko, Bie. Lo izin dulu sama mereka kalau mau keluar. Takut gak diziinin, kan, bisa gue yang dimarahin."
"Saya gak mau mereka tau."
"Emang lo mau ke mana?" tanya Raja mulai menuruti keinginan dari Athallah. Mungkin Athallah emang mau pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiran.
"Terserah kamu mau bawa saya ke mana. Yang penting saya mau keluar dari tempat ini."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLAH AL-HABIBIE
Teen FictionSUDAH TERBIT + tersedia di Gramedia dan TBO [Sekuel IMAMA AL-HAFIDZH versi Wattpad] Menjadi dewasa tanpa kedua orang tua kandung, memang tak semudah yang dibayangkan. Itulah yang dialami oleh seorang pemuda bernama Athallah Al-Habibie. Orang tuanya...