43. Cemburu

26K 3.6K 1.1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

4 PART MENUJU ENDING! Siap??

***

"Ayesha gak bersalah, Ma...." Ayesha kini menyandarkan tubuhnya di pelukan Shenna. Sejak tadi hingga malam ini, Ayesha terus aja tak berhenti bersedih hati dengan rasa gelisah atas tuduhan yang terjadi hari ini. Shenna pun juga tak ikut berhenti menenangkan anaknya yang seperti ketakutan itu.

"Gak ada yang salah, kamu gak salah. Udah, ya, sekarang makan dulu? Ay tadi cuman minum doang loh, buka puasanya. Ayo, makan, ya?" Shenna mencoba menawarkan lagi setelah berkali-kali makanan yang diberinya terus ditolak oleh Ayesha.

Ayesha tetap kekeuh menggeleng, "Ay nunggu Gus aja," lirihnya mengubah jawabannya, dan Shenna pun hanya bisa mengangguk pasrah setuju jika Ayesha akan tetap makan meski menunggu Athallah dan Iqbal yang masih berkumpul di kediaman rumah Hasbi.

Karena Athallah sangat lama pulangnya, Ayesha pun izin untuk berjalan-jalan sebentar di lingkungan pesantren. Mencari-cari udara segar di malam hari. Sekaligus, merenungi semua yang terjadi. Ayesha terduduk di batu besar dengan mendongak menatap ke arah langit-langit malam. "Maafin Ay, Bi...."

Apa ini salahnya?

Ayesha melamun panjang dengan gundah gulana. Ia mengelus perutnya sendiri dengan sangat lembut, mulai kembali berpikir bagaimana jika Athallah nanti akan meninggalkannya. Tidak mungkin, kan?

"Ning Ayesha?" kepala Ayesha terangkat, menatap ke sosok laki-laki yang menyapa dirinya. "Ngapain tah sendirian di sini? Dingin loh, istirahat aja di rumah. Suaminya di mana?"

Ayesha dengan lemahnya menggelengkan kepala saat mendapatkan pertanyaan tentang keberadaan suaminya. Ia tahu, jika suaminya sedang berada di kediaman Hasbi yang baru saja kehilangan istrinya. Apalagi, memang di malam ini pesantren cukup ramai yang bedatangan. Begitu pun para santri, yang berduka cita atas meninggalnya putri pertama dari Kiai Hafiz. "Nggak tau, maksudnya?"

"Memangnya di sana ndak ketemu, ya, Gus? Sama suaminya Ay," lirih Ayesha, bertanya dengan suara pelan.

"Tadi ketemu terus kok, di sana. Tapi tiba-tiba ilang gitu aja," ucap Raja heran, pada Athallah yang seingatnya terakhir bertemu di rumah Hasbi. Bahkan mereka salat berjemaah bersama, namun Raja belum sempat mengobrol banyak bahkan kabar penting yang ia bawa pun masih tersimpan rapi di kepalanya karena saking ramainya kondisi tadi.

"Oh, ya. Ning jangan sedih, ya. Saya udah tau kok, siapa dibalik semuanya. Ning istirahat aja, pokoknya gak usah didengerin apa kata-kata orang yang mau hancurin rumah tangga kalian. Ya... walau saya belum rabi, tapi saya bisa mengerti posisi kalau jadi Ning, apalagi jadi Habie." Raja mengeluarkan kata-kata bijaknya yang membuat Ayesha mengangguk kecil tersenyum tipis dibalik tundukannya.

ATHALLAH AL-HABIBIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang