بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]***
"Lihat kamarku, penuh dengan bunga. Ada istriku, yang selalu cantik. Setiap hari, kupandang selalu. Semakin cantik, dan selalu cantik, cantik!" Ayesha terkekeh ketika Athallah bernyanyi dengan nada lagu lirik lihat kebunku yang diubahnya. Mereka kini baru saja bangun dari tidur, dengan posisi mereka yang saat ini berbaring miring saling berhadapan.
Athallah tersenyum tipis lalu memberi kecupan hangat pada Ayesha. Selepasnya, ia menyentuh hidung Ayesha gemas. "Yuk, bangun. Tahajud."
Jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi, Ayesha langsung menjawab anggukan kepala dan mereka sama-sama bergerak bangun untuk melaksanakan salat Tahajud. Selesai itu, mereka kembali berdoa, mengaji bersama dan mendengarkan Ayesha menyetorkan hafalannya. "Kamu mau denger hadis di pagi hari ini, Ay?"
Ayesha langsung menjawab anggukan kepala. Posisi Athallah kini merebahkan kepalanya di pangkuan Ayesha, dan Ayesha yang duduk bersandarkan kepala ranjang sembari mengelus rambut Athallah. "Mau-mauu, apa?"
"Jadi, di dalam hadis Bukhari nomor 6322 pada Fathul Bari, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, 'Rabb kita Tabarakawata'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, lantas Dia berfirman, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku akan mengijabahinya, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya."
Ayesha tersenyum. Lalu ia pun mengangkat kedua tangannya dengan memejamkan mata, sembari berdoa dalam hatinya. Setelah selesai, ia kembali menunduk menatap Athallah. "Lagi-lagi," ucapnya, meminta Athallah untuk memberikan hadis lagi.
"Hmmm hadis apa, ya?" Athallah terlihat berpikir sebentar, yang tak lama ia sengaja menyorotkan matanya menatap jam di dinding di sana. "Puasa Senin, yuk?" Ajak Athallah tiba dengan tersenyum mengalihkan pandangan ke Ayesha.
"Ayuk! Keutamaan puasa Senin Kamis itu, banyak ya, Gus?" tanya Ayesha, yang diangguki mantul oleh Athallah.
"Iya, Ay, banyak. Keutamaannya, bisa menghapus dosa-dosa kecil kita, mendekatkan diri kita kepada Allah, menjaga diri kita dari hawa nafsu, dan lainnya. Begitu pun, puasa Senin Kamis ada keistimewaannya. Di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda bahwa Allah berfirman, 'setiap amal kebaikan anak Adam, itu dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhanahu wata'ala. Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku (Allah) dan Aku (Allah) yang akan membalasnya."
"Dan, Nabiyullah kita, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sangat suka sekali berpuasa. Beliau, biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Kenapa? Dijelaskan di dalam satu riwayat, di mana Usamah bin Zaid pergi bersama budaknya ke bukit Al-Qurâ. Saat itu kondisi Usamah berpuasa, sementara usianya sudah lanjut. Lalu, sang budak pun bertanya padanya, 'Mengapa engkau berpuasa senin-kamis padahal engkau sudah lanjut usia?' Usamah pun menjawab 'Sesungguhnya, Rasulullah berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Ketika Rasulullah ditanya tentang hal itu, beliau menjawab, 'Amal perbuatan manusia akan disampaikan pada hari Senin dan Kamis. Maka, aku ingin amalku diserahkan saat aku berpuasa." Hadis riwayat Tirmidzi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALLAH AL-HABIBIE
Fiksi RemajaSUDAH TERBIT + tersedia di Gramedia dan TBO [Sekuel IMAMA AL-HAFIDZH versi Wattpad] Menjadi dewasa tanpa kedua orang tua kandung, memang tak semudah yang dibayangkan. Itulah yang dialami oleh seorang pemuda bernama Athallah Al-Habibie. Orang tuanya...