41. Tuduhan fitnah dari Harumi

25.4K 2.8K 1.2K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

۞اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala sayyidina Muhammad, wa ala ali sayyidina Muhammad.]

***


"Ayesha?" Ayesha yang sedang duduk di kursi penunggu rumah sakit dengan merundukkan kepalanya bergetar, kini langsung mengangkat kepala kemudian segera bangkit untuk memeluk seseorang yang menyapa dirinya itu.

"Gus, Bi Ira...." Ayesha menahan isak tangisnya yang sudah ia tahan sejak tadi karena tak mau membatalkan puasanya. Ia takut terjadi apa-apa dengan bibinya itu. Meski, Ayesha tahu bibinya itu seperti apa saat memperlakukan dirinya, dan itu adalah masa lalu. Sekarang ia yakin bibinya sudah berubah.

"Iya, kamu tenang, ya. Ayo, duduk lagi." Athallah menyuruh Ayesha untuk duduk dan tak menolak saat Ayesha terus meminta pelukan dari Athallah. Ia bersenang hati menenangkan istrinya itu yang sepertinya masih ketakutan.

Dan, Athallah tak sendiri. Setelah Athallah tiba di sana, disusul lah oleh keluarga besar. Abhian beserta Izara, Hasbi beserta Harumi, dan Iqbal beserta Shenna. Izara, ia memang sejak awal bersama Ayesha terus di rumah sakit, namun ia tadi izin pergi keluar untuk menunggu kedatangan mereka semua. "Ayesha, apa ada kabar dari keadaan Bibimu?" tanya Hasbi dengan paniknya.

Ayesha menggeleng lemah, ia sejak tadi terus menunggu karena ruangan ICU belum terbuka sejak tadi. Hasbi pun memundurkan langkahnya untuk menyandar di dinding rumah sakit sana. Mengusap wajahnya kasar dengan mengucapkan kalimat istighfaar dan doa pertolongan.

Harumi yang sejak tadi terus menahan kecemasannya karena semakin takut, ia pun perlahan menghampiri Ayesha dengan dekat. "Ning, katanya Umi itu sama Ning, kan, perginya? Terus gimana kejadian awalnya Umi bisa jatuh dari tangga? Dan kenapa cuman Umi doang? Kan ada Ning juga?"

Sontak ucapan Harumi tersebut langsung membuat Athallah bangkit dari duduknya. "Apa maksudmu, Ning Harum?"

"Afwan, Gus. Saya gak bermaksud lancang berbicara seperti itu. Tapi kan emang bener kenyataannya. Umi itu pergi sama Ning Ayesha," ucap Harumi seakan ingin menuduh Ayesha dibalik kecelakaan yang terjadi pada Ikara.

"Lalu, kenapa kalau istri saya itu pergi bersama Umi kamu? Kamu ingin memfitnah bahwa istri saya yang membuat Umi kamu jatuh dari tangga?" Harumi terdiam. "Lagi pun, saya meminta maaf, Ning Harumi. Mereka tidak berdua, Bi Ara juga ikut bersama mereka."

Penjelasan dari Athallah tersebut, membuat Abhian yang berdiri di samping Izara pun bertanya. "Gimana kejadiannya, Ra?"

Izara dengan badan lemahnya menggeleng pelan karena tak tahu harus memberi kesaksian apa. "Maaf, Mas. Aku juga nggak tau. Soalnya aku tadi ada di bawah sedangkan mereka berdua di lantai atas. Mba Ira ngajak Ayesha untuk ke atas sebentar, dan tiba-tiba gak lama ada teriakan dari Ayesha, dan aku langsung nyusul ke sana. Terus udah ada Mba Ira di bawah dengan kondisi kayak gitu."

"Tuh, kan!" Harumi membuat seluruh yang berada di sana kembali menatapnya. Karena menjadi sorot pandangan, Harumi kemudian menatap ke arah Hasbi. "Abi, denger kan, apa yang dibilang Bi Ara? Di atas hanya ada Ning Ayesha dan Umi! Udah jelas ada sesuatu. Gak mungkin Umi jatuh sendiri.

ATHALLAH AL-HABIBIE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang