Hujan deras tiba-tiba turun membasahi jalanan dan rumput-rumputan liar. Semua pemilik rumah memilih masuk kedalam dan menyeduh mie atau pun pesan mie ayam. Sama hal nya dengan keluarga satu ini yang tengah sibuk dengan ular tangga dan semangkuk mie rebus di tangan nya untuk menemani hari weekend mereka
Ctak
"Hobah!! Ayah jago banget main ginian mah, cetek! Kasian banget kamu kevin~ udah kalah lima kali berturut-turut. Fufufufufu" Ledek kenzo
kevin mendengus kesal, "Ah udahan! Ayah curang! Masa ular dijadiin tangga sih! Gak mau kevin main sama ayah lagi" Kevin memanyunkan bibirnya lima senti, ia sekarang tengah merajuk dengan ayahnya
"Loh kok curang? Kan bener namanya 'ular tangga' dimana emang letak kecurangan ayah, boy?"
Kevan yang tengah mengunyah dan menyeruput mie memilih untuk diam saja melihat keributan ayah dan kembarannya, tumben kan ia diam? Ya, karena dia sedang menikmati makan jatah mie nya. Tidak ingin diganggu, maupun menganggu.
Namun, prinsip berbagi itu mantap memang harus melekat di diri kevan maupun kevin. Dengan perasaan yang sebenarnya tak rela berbagi mie dengan kevin yang tiba-tiba minta, ia hanya bisa memasang wajah suram
Melihat wajah kembarannya yang sama sekali tak enak dipandang, membuat kevin memutar matanya malas. Tapi, kemudian sebuah ide muncul tiba-tiba dikepalanya
"Van, jajan yuk ke supermarket depan" Ajak kevin
Kevan yang hendak memakan mie langsung terdiam, "ide bagus brow, tapi gak bagus buat dompet kering punya gue." Jawabnya, kemudian kembali menyantap mie
"Tenang aja, uang nya dari ayah kok. Iya 'kan ayah?" Kevin melirik ayahnya menunggu jawaban, sedangkan yang ditanya hanya bisa menghela nafas dengan pasrah.
Kenzo merogoh saku dan mengeluarkan dompetnya, lalu memberikan uang dua lembar warna merah pada kevin. "Segini cukup kan? Mau jajan apa sih, lagi hujan juga." Tanya kenzo
"Gak hujan kok yah, udah reda." Jawab kevin seadanya, mau jajan apa mereka, itu sih bagaimana nanti saat sudah berada di supermarket
Kevin bangkit kemudian berlari menuju kamarnya mengambil kunci motor dan hoodie milik kevan. Ia kembali dengan langkah terburu-buru, lalu melemparkan hoodie itu pada kevan
"Buruan van, keburu hujan lagi." kevin berlalu dari sana meninggalkan kevan
Kevan dengan malas memakai hoodie nya, kemudian berjalan menyusul kevin yang sudah duduk manis diatas motor. Ia berjalan dengan langkah gontai, tanpa bertanya apa-apa kevan langsung duduk dibelakang kevin. Kemudian melingkarkan tangannya di pinggang kevin
Kevin tersentak ketika sebuah tangan tiba-tiba saja sudah bertengger manis di pinggangnya, "woy anjing! Lepas nyet! Geli bangsat!" Segala umpatan keluar dari mulut kevin begitu saja
Gina yang tak sengaja melihat itu memilih untuk menertawakan mereka, "udah bang gapapa, kevan lagi pengen manja sama kamu."
Kevin berdecak, kemudian melaju meninggalkan perkarangan rumah. Di jalan, kevin masih terus berusaha melepaskan tangan kevan yang malah semakin erat memeluknya, apalagi saat merasakan punggungnya begitu berat. Sialan, si kevan malah duduk mepet dibelakang dan menyandarkan kepalanya dipunggung kevin.
Motor kevin berhenti saat lampu merah menyala, ia terus berusaha melepaskan pelukan kevan. Hal itu tak luput dari pandangan semua pengendara yang berhenti disana, berbagai pandangan dapat dirasakan oleh kevin. Ada yang memandang mereka bingung, aneh, jijik, atau bahkan salting sendiri. Ah sudah lah, hilang harga diri kevin.
Tapi, untungnya ia memakai helm yang cukup tertutup. Sedangkan kevan hanya memakai topi di hoodie nya
"Mah, kakak-kakak itu kenapa pelukan?"
"Jangan diliat nak, dosa. Mas, jangan gitu di depan umum ya. Apalagi mas sama mas yang satunya.."
Kevin yang sudah kesal memilih untuk buka suara, "maaf bu, jangan salah paham. Ini adek saya lagi tipes, dia kedinginan makanya peluk-peluk saya. Sekarang lagi buru-buru mau dibawa ke rumah sakit" Kevin berucap dengan asal
Ibu-ibu itu hanya mengangguk saja dan sedikit menghela nafas lega, "ya ampun, cepet sembuh ya buat adeknya." syukurlah kalau mereka hanya kakak dan adik.
Setelah lampu nya sudah berubah warna menjadi hijau, kevin langsung menancap gas. Ia sudah tidak tahan dengan tatapan dari mereka, ini juga kevan dari tadi hanya diam.
Kevin memarkirkan motornya, ia menepis tangan kevan yang masih memeluk pinggangnya itu.
"Hoam~ udah nyampe? Cepet ya" ucap kevan dengan suara parau sehabis bangun tidur, jadi dari tadi kevan tertidur? Sialan memang, kevin jadi menanggung malu nya sendirian
Kevin berjalan terlebih dulu ke dalam, meninggalkan kevan yang masih linglung. Sadar sudah ditinggal, kevan langsung berlari menyusul
"Mau jajan apa sih vin?" tanya kevan penasaran, pasalnya mereka daritadi hanya keliling-keliling saja tanpa menyentuh apapun
Mereka berhenti di depan rak chiki dan yupi, kevan mengambil beberapa yupi juga jelly disana. Ia memasukannya kedalam keranjang yang entah sejak kapan dibawa olehnya.
Kevin juga melakukan hal yang sama, hanya saja ia memilih beberapa yupi dan chiki.
"Van, nanti ketemu di kasir aja. Lo bebas mau kemana, asal pas mau bayar tunggu gue dikasir" kevin pun pergi setelah mengucapkan itu
Kevan terus berjalan sampai ada seseorang yang mengalihkan perhatiannya, seorang bocah perempuan yang seperti nya kesusahan mengambil sesuatu di rak tinggi.
Kevan menghampirinya lalu menunduk, "mau yang mana dek?"
Bocah itu hanya diam, membuat kevan mengerutkan alisnya bingung. Apa bocah ini terpesona mendengar suara serak-serak basah nan seksi miliknya? Tapi maaf dek, selera kevan bukan yang unyu-unyu.
"Dek-"
BUGH
ー%
Jangan lupa beri jejak, makasih yang udah baca. See u next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kev Twins
Random"Kenapa harus kembar cowok sih? Kenapa lo gak lahir jadi cewek dan gue cowok aja, biar bisa dikira pacar sama orang." "Anjing, sus banget omongan lo." ........ cw// harsh word