07

3K 255 6
                                    

Hari ini sungguh hari yang berat bagi kevin, bagaimana tidak berat? Iya harus dengan sukarela membawakan tas kevan sampai rumah. Itu permintaan kevan saat dirinya meminta maaf di parkiran tadi

"kampret emang si kevan, udah gue bilang jangan ngelunjak! batu banget" gumam kevin

Sementara orang yang dimaki oleh kevin hanya bersiul saja, ia menoleh ke arah kembarannya yang sudah bermuka masam.

Kevan terkekeh pelan, "ini lo yang minta loh ya, gue mah cuma ngeiyain aja"

Kevin mendelik, entah keberuntungan atau hanya kebetulan. Di depan rumah, ia dapat melihat gina dan kenzo tengah bersantai.

"BUNDA!" teriak kevin tiba-tiba

Gina terkejut kemudian membulatkan matanya, "yaampun kevin? Kamu bawa tas siapa?"

"Tas kevan bun" ucap kevin dengan wajah yang dibuat memelas

Gina menghela nafas, tapi tunggu dulu-- sepertinya mereka berdua melupakan sesuatu. "Kevin, terus motornya mana?" Tanya gina

Kevin dan kevan saling melempar tatapan bingung, "motor ap-- YA ALLAH KEVAN! MOTOR NYA KETINGGALAN! PANTES KAKI GUE KOK BERASA KEBAS BANGET sialan, TERNYATA DARI TADI JALAN?! anjink emang" tentu saja kevin tak lupa dengan umpatan-umpatan nya, ya meskipun diucapkan dengan begitu pelan supaya gina tak mendengarnya

"Yaudah, bawa lah" ucap kevan seadanya

"Lo yang bawa sono! mau nyuruh gue lagi?! huh?"

Kevan memutar matanya malas, "iya-iya, yah bagi duit dong buat ongkos ojek online di depan."

Kenzo mengerutkan alisnya bingung, sejak kapan kevan memesan ojek online? Ah, ini pasti tipu muslihat nya saja supaya diberi uang, hoho tidak semudah itu kevan

"bohong--"

"Atas nama mas kevan?"

Kevan menoleh, "iya bang saya, tunggu sebentar ya" Kevan langsung mengadahkan tangannya meminta uang

Kenzo dengan berat hati langsung memberinya selembar uang berwarna merah, "nih, kembaliannya buat kamu aja"

"Yosh!! itu emang ungkapan yang kevan tunggu, terimakasih ayahanda. Kalo begitu, kevan pergi dulu untuk membawa kuda besi nya pulang" ucap kevan dengan nada yang dibuat-buat seperti seorang yang berwibawa

Setelah kepergian kevan, ia berbalik dan berjalan masuk menuju kamarnya.

Kevin membaringkan dirinya diatas kasur milik kevin dan kevan, tentu saja mereka masih sekamar berdua. Mana seranjang pula, jujur ia sudah muak dan ingin pisah kamar dengan kevan. Tapi, apa boleh buat? Kevan selalu menolaknya dengan alasan tak bisa tidur sendirian dan gina yang sangat amat sayang dengan kembarannya itu langsung melarang kevin untuk pisah kamar dengannya.

Selama 18 tahun ini, hidupnya selalu ada kevan. Saat mau mandi, kevan ada. Makan, kevan pun ada. Bahkan saat sakit pun, kevan juga ada dan ikut sakit.

Kevin menghela nafas nya berulang kali, melirik jam di dinding. Sudah lebih dari setengah jam, tapi batang hidung kevan belum terlihat sama sekali. Kemana perginya bocah itu?

ceklek

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok ayahnya yang terlihat masih begitu sangat muda. Kenzo duduk di sofa yang ada di dalam kamar anak-anaknya, menatap sekeliling kemudian berhenti menatap kevin

"Itu kembaran kamu belum pulang vin? kemana dia?" tanya kenzo

Kevin menghendikkan bahu nya, "ya paling belok kemana dulu dia" jawab kevin seadanya

The Kev TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang