18.

1.7K 167 4
                                    

"Kevan, bener nih kamu mau ikut camping? gak mau rebahan aja gitu, kayak kevin?" Tanya kenzo memastikannya lagi

Kevan hanya bisa menghela nafasnya lelah, entah sudah berapa kali kenzo menanyakan hal yang sama, ayahnya ini kenapa sih? dirinya kan hanya akan camping, bukan kabur dari rumah!

"Ayah! Kevan cuma mau camping, mengenal alam dan sekitarnya, buat api unggun, nyanyi-nyanyi bareng, tidur di tenda--"

"Nah! Justru itu kevan!! Kamu kan kalo tidur harus ada kevin, kamu juga gak bisa tidur di sembarang tempat! nanti badan kamu merah-merah dicium semut dan hewan lainnya!" gerutu kenzo

Kenzo bukannya tak mengijinkan kevan untuk ikut camping, tapi apakah anaknya itu yakin akan tenang jika tak berada di dekat kembarannya? Ia sangat yakin sekali, jika sudah sampai di tempat camping nanti. Kevan akan tanpa sadar mencari kevin

Tak mengindahkan ucapan kenzo, ia justru mengambil langkah mendekati kevin yang tertidur dengan selimut tebal dan handuk yang digulung kecil bertengger manis di dahinya.

Gina yang baru keluar dari kamar mandi anaknya, langsung menghampiri kevan yang terduduk di pinggir ranjang memperhatikan kevin.

"Van, berangkat nya jam berapa besok?" tanya Gina dengan tangan yang sibuk mengemas perlengkapan kevan

Kevan mendongak, "jam delapan, tapi harus udah ada disekolah nya jam tujuh bun."

Gina mengangguk, "yaudah tidur sana, biar besok gak susah dibangunin" Gina menuntun kevan untuk berbaring, kemudian menarik selimut yang dipakai kevin untuk ikut menutupi kevan juga

"Bun, gerah ah! gak mau pake selimut tebel" Kevan langsung menurunkan lagi selimutnya dan menyamping memeluk erat kevin yang asik tertidur

Gina menggelengkan kepalanya melihat hal itu, sebenarnya mereka berdua sudah besar apa masih tk sih? ingin sekali memisahkan kamar mereka atau ranjang mereka saja lah, tapi kevan selalu saja menolaknya.

cup

Gina mengecup kedua dahi mereka, kemudian menarik tangan kenzo untuk pergi keluar.

Mendengar pintu sudah ditutup, kevan membuka sedikit matanya untuk memastikan jika mereka sudah benar-benar pergi. Ia melepas pelukannya, kemudian mengambil ponselnya di atas nakas dan mulai memainkan sesuatu disana

"Bro?! curang lo anjing!"

"Dasar lo anjing jangan kejar gue!"

"Pak pulici juga kenapa lo bisa ikut terbang kayak gue?! wah licik lo, gue kalo mau terbang harus dapet roket dulu!"

"Ini kereta dari mana kampret?! Perasaan di depan cuma ada tembok! sangat di luar angkasa!"

"Woy--!"

"Berisik.." lirihnya

Kevan menghentikan umpatannya yang akan keluar, ia menoleh pada kembarannya yang bergerak gusar. Satu tangannya terulur mengelus surai rambut milik kevin dengan lembut, ia juga sesekali mengelus pipi kevin yang sedikit merah akibat suhu tubuhnya

"Maaf-maaf, tidur lagi aja vin." ucap kevan mencoba menenangkan

Nafas kevin kembali beratur, melihat itu membuat kevan menyimpan kembali ponselnya. Kemudian kembali membaringkan dirinya sembari membawa kevin kedalam pelukannya.

๑﹏﹏﹏﹏๑

"Hiks.. gue gak mau pergi!" tak henti-hentinya kevan menangis dalam pelukan kevin

Sedangkan kevin sendiri menatap malas pada kevan yang terus menangis dalam pelukannya.

Kevan mengeratkan tangannya yang melingkar di leher kevin, membuat tubuhnya sendiri pun terangkat menggantung.

The Kev TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang