"Jadi, saham proyek ini mengalami penurunan. Bisa di lihat dari grafik di depan, yang menunjukan setidaknya museum mengalami kerugian hingga 28%."
Layar proyektor digital mahal itu menampilkan data yang di maksud, Sakura melingkari jumlah garis penyeimbang berjumlah 2.657 itu dengan pena digitalnya.
"Itu adalah target minimum pengunjungan kita dengan keuntungan sekitar sebulan." Sakura menzoom layar digital, memperbesar analisis data.
"Dengan begitu, kita memiliki keuntungan kotor setara 15.000 dollar perbulan," pungkasnya menjelaskan.
Sakura menatap semua jajaran tinggi yang hadir dengan penuh percaya diri, kecuali Shion yang begitu kentara memandangnya dengan tidak suka.
"Lalu, berapa target kita sesungguhnya?" Sakura membuka slide selanjutnya, kali ini grafik merah kembali di tampilkan.
"10.000 pengunjung," ucapnya kemudian menampilkan jumlah populasi di kota ini.
"Tanda merah memperlihatkan jumlah nyawa yang terdata di pemerintahan, ada sekitar 150.000 ribu jiwa di kota ini," ujar Sakura menggantungkan ucapannya sejenak.
"Pasar kita saat ini, adalah oranh-orang dari berbagai golongan. Jika kita memenuhi bahkan melampaui target setidaknya 65.000 ribu dollar menjadi pendapatan kotor hanya dengan tiket masuk 100 Yen."
Sebuah tangan terangkat ke atas, Shion mengangkat tangannya. "Nona Akasuna."
Sakura menoleh, dia menatap Shion dengan penuh tanya. "Ya nona Senju, ada yang ingin anda tanyakan?"
Bibir itu membuat seringai, seringai yang dapat dengan jelas Sakura lihat. Ternyata Shion masih ingin bermain-main dengannya? Baiklah.
"Penjelasanmu sungguh menakjubkan, tapi bagaimana dengan caranya? Bukankah 10.000 pengunjung terdengar mustahil, kau memberikan kita harapan sia sia."
Salahkah jika Sakura, ingin mengajak duel Shion sekarang saat ini Juga. Karena mimik wajah putri Senju itu, kentara seolah olah menunjukkan bahwa dia telah men-skamat seseorang.
"Pertanyaan yang bagus, Nona Senju. Jadi, saya akan mengusulkan sebuah bazar dekat dengan museum, lengkap dengan band tentunya," jawab Sakura, sambil mencoret gambar perkarangan museum yang sepi.
Bergantian dengan kondisi museum yang tampak indah dengan air mancur, panggung minimalis, dan jajaran stand makanan. "Mari kita sulap menjadi seperti ini," putusnya.
"Semua orang akan senang menikmati musik, mengingat museum yang kedap suara dan mereka dengan mudah mendapatkan makanan."
Di era ini, semua orang ingin sesuatu yang asik, menyenangkan dan tidak ribet. Membuat banyak orang mengangguk setuju dengan ide Sakura.
"Selain itu, kita mendapatkan keuntungan dari uang sewa tempat ataupun sponsor makanan. Bahkan jika salah satu dari kalian berminat untuk mempromosikan produk, itu bisa di lakukan," jelasnya panjang lebar, dan tersenyum simpul.
Tepuk tangan terdengar memenuhi ruangan, mengapresiasi konsep pemasaran sekaligus pembaruan untuk bulan ini.
"itu ide yang bagus."
"Ku rasa itu pantas untuk di coba."
"Ya, bahkan gambarannya sudah jelas."
"Terima kasih," balas Sakura. Manik itu kemudian menatap pada Shion, "Nona Senju, lain kali mohon bersabar, saya bahkan belum membuka sesi pertanyaan tadi."
Tertohok, Shion mencoba tersenyum namun tangan kanannya mengepal dengan kuat. "Maafkan saya nona Akasuna, saya terlalu bersemangat."
Sialan, seharusnya tidak begitu. Kenapa semua orang menyanjungnya dan Sakura juga mempermalukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal [ END ]
FanfictionDia berkelas, menjadi tunangan putra Mahkota dan didik sejak dini untuk menjadi ratu dimasa yang akan datang. Tapi sebuah skandal mengakibatkan dunianya berubah, memaksa Sakura putri Grand Duke harus kabur dan menyelamatkan diri dari eksekusi mati. ...